Makrifat tauhidul iman adalah nikmat yang
teramat besar, bahkan kenikmatan syurga tiada sebanding dengan nikmat
menatap wajah Allah secara langsung. Itulah puncak dari segala puncak
kenikmatan dan kebahagiaan. Rasulullah SAW sendiri menjanjikan hal ini
dan baginda pernah menyebut bahawa
umatnya dapat melihat Allah SWT di
saat fana maupun jaga (sadar).
KezahiraNya sangat nampak pada hamba.
Hadis qudsi Al insanu syirri wa ana syirrohu (Adapun insan itu Rahasiaku
Dan Aku pun Rahasianya). Firman Allah: Kuciptakan Adam dan anak cucunya
seperti rupaku (Khalakal insanu ala surati Rahman). Kesimpulannya insan
itu terdiri daripada tiga unsur, iaitu Jasad, Ruh/Nyawa dan Allah. Maka
dengan itu hiduplah hamba.
Adapun Jasad, Nyawa, dan Allah taala,
bagaikan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lain. Umpama langit, bumi, dan makhluk yang tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lain. Bagaimanapun pandangan insan terhadap
Tuhannya adalah berbeza-beza, mengikut tahap pencapaian ilmu
masing-masing. Pada pandangan nya, Allah Taala itu satu, dan hamba
menyembahNya bersama-sama dan beramai-ramai, tetapi sebenarnya
(hakikatnya) bukan begitu.
Itu hanya sangkaan umum saja. Dari segi
makrifat Allah SWT itu Esa pada wujud hamba. Dalilinya, QS Al Qaf 50:16:
Aku lebih dekat dari urat lehernya. QS Az Zariyat51 :21: Dalam diri
kamu mengapa tidak kamu perhatikan. Masing-masing hamba sudah mutkak
(esa dengan Tuhannya), satu persatu (esa) diberi sesembahan (Allah di
dalam diri), kenapa berpaling mencari Tuhan yang jauh, ini sungguh
melampaui batas (tidak makrifat).
Dalilnya, QS Al Hadid 57:4: Aku beserta
hambaku di mana saja dia berada. Oleh itu, janganlah risau dan takut
Allah sentiasa bersama kita ke mana sahaja kita pergi. Sekarang, mari
kita lihat pula bagaimana Nabi Musa melihat Tuhannya, seperti mana yang
diceritakan di dalam Al Quran. Allah SWT berfirman mengisahkan
permintaan Musa untuk melihatNya QS Al A’raaf 7:143:
Dan tatkala Nabi Musa datang pada waktu
yang kami telah tentukan itu, dan Tuhannya berkata-kata dengannya, maka
Nabi Musa (merayu dengan) berkata:” Wahai Tuhanku, perlihatkanlah
kepadaku (Dzat-Mu Yang Maha Suci) supaya aku dapat melihat-Mu.” Allah
berfirman: ”Kamu sekali-kali tidak dapat melihat-Ku, (rahasianya: tidak
ada siapa yang dapat melihat Allah, hanya Allah dapat melihat Allah.
Hamba terdinding daripada Allah, kerana
selain wujud Allah, masih ada Rasa wujud Hamba). tetapi pandanglah ke
gunung itu, (Pada ketika Nabi Musa memandang gunung itu, begitu juga
Allah Taala berpisah sementara daripada jiwa Nabi Musa, maka Nabi Musa
pengsan, bukannya mendengar akan letusan gunung tersebut) jika ia tetap
berada di tempatnya (sebagaimana sediakala) nescaya kamu dapat
melihat-Ku.
(” Engkau adalah aku, aku adalah engkau
“, apa yang disaksikan Nabi Musa adalah menyaksikan dirinya di luar
dirinya untuk sementara waktu, setelah Allah bertajalli (menzahirkan
kebesaran-Nya) kepada gunung itu, (maka) tajalinya itu menjadikan gunung
itu hancur lebur dan nabi Musa pun jatuh pengsan.) Setelah Nabi Musa
sedar, dan berkata: ”Maha Suci Engkau (wahai Tuhanku), aku bertaubat
kepada Engkau dan akulah orang yang pertama beriman (pada zamanku)”
Demikian sedikit paparan tentang Nabi
Musa melihat Tuhannya. Dan jelaslah Allah dapat dilihat tetapi bukannya
dengan mata kasar, yang dilihat dengan mata kasar itu adalah hijab, oleh
itu jangan tersalah, hati-hati, kalau tersalah boleh menjadi syirik dan
kufur. Maha Suci Allah Yang Maha Berkuasa, tiada daya sekalian makhluk
melainkan Allah.
1.keutamaan-keutamaan ma‘rifat : a.
Terhindar dari kerusakan. Berdasarkan dawuh Sayyidina Ali Karromalloohu
Wajhah : Tidak mengalami kerusakan orang yang menyadari akan kedudukan
dirinya “. b. Ketika mati akan diberi kebaikan oleh Allah menurut
bilangan makhluk. “Wahai hamba-KU ketika kamu bertemu dengan Aku dan
kamu ma’rifat kepada KU, maka KU berikan kebaikan menurut bilangan
Makhluk”
2. Apakah ma’rifat Billah itu ? Marifat
menurut bahasa adalah menggetahui Allah SWT. Makrifat menurut istilah
adalah sadar kepada Allah SWT, yakni: hati menyadari bahwa segala
sesuatu, termasuk gerak-gerik dirinya lahir batin seperti : melihat,
mendengar, merasa, menemukan, bergerak, berdiam, berangan-angan,
berfikir dan sebagainya semua adalah Alloh SWT, yang menciptakan dan
yang mengerakan. Jadi semuanya Billah !.
3. Mengapa Makrifat ( sadar Billah )
dinyatakan sebagai masalah yang paling pokok, pertama dan paling utama
? Marifat juga dinyatakan sebagai masalah yang paling pokok, pertama dan
paling utama sebab Makrifat Billah adalah soal Iman, soal tauhid, yang
menentukan bahagia atau tidaknya seseorang, bahkan yang pertama kali
yang diperjuangkan Rosulullah SAW, di Makkah selama 13 tahun, dan wajib
kita memiliki serta kita perjuangkan .
Sebagaimana kata ulamak:
‘‘Bodoh Billah ( tidak sadar Allah ) hukumnya haram, dan Makrifat Billah adalah wajib “ ( Jami’ul Ushul Auliyak Hal 159 )
‘’Pertama kewajiban seseorang adalah Makrifat kepada Tuhannya dengan yakin”. (Syekh Ibm Ruslan dalam kitab Zubad)
‘‘Bodoh Billah ( tidak sadar Allah ) hukumnya haram, dan Makrifat Billah adalah wajib “ ( Jami’ul Ushul Auliyak Hal 159 )
‘’Pertama kewajiban seseorang adalah Makrifat kepada Tuhannya dengan yakin”. (Syekh Ibm Ruslan dalam kitab Zubad)
4. Apa makrifat Birrosul SAW dan sebutkan
dasarnya ! Makrifat Birrosul adalah sadar kepada Rosulullah SAW yakni
hati menyadari bahwa segala sesuatu termasuk gerak gerik dirinya lahir
batin yang diridloi oleh Allah SWT adalah sebab jasa Rosuulullah
SAW: Dasarnya ‘‘Dan tiada KU mengutus Engkau ( Muhammad ) melainkan
rohmat bagi seluruh alam ’’
5. Sebutkan jasa Rosulullooh SAW. Yang
paling besar nilainya bagi ummatnya ! Jasa Rosululloh yang paling tinggi
nilainya bagi umatnya adalah Iman dan Islam.
6. Sebutkan kedudukan Rosulullooh Saw
! Kedudukan Beliau Rosululloh di sisi Alloh SWT adalah : Sebagai utusan
Allah SWT kepada seluruh umat manusia / makhluk. “Tidaklah Muhammad itu
melainkan sebagai utusan (ALL OH) “. Kami bersaksi bahawa tiada Tuhan
selain Alloh, dan kami bersaksi bahawa Nabi Muhammad SAW itu adalah
utusan Alloh. Sebagai perantara / saluran Nikmat.
Dalam hal ini ada dua (2) bagian:
1. Nikmat Ijab : adalah sebagai perantara wujudnya makhluk dengan melalui Nur Beliau Rosululloh SAW. Sesungguhnya Beliau Rosululloh SAW perantara yang terbesar semua nikmat yang diberikan kepada kita semua, bahkan Beliau adalah unsur darimana wujudnya semua makhluk Alloh SWT. sebagaimana dikatakan dalam Hadist Qudsi, Alloh SWT berfirman : “Andaikata tidak ada engkau (Muhammad) AKU (Alloh) tidak menciptakan makhluk “.
1. Nikmat Ijab : adalah sebagai perantara wujudnya makhluk dengan melalui Nur Beliau Rosululloh SAW. Sesungguhnya Beliau Rosululloh SAW perantara yang terbesar semua nikmat yang diberikan kepada kita semua, bahkan Beliau adalah unsur darimana wujudnya semua makhluk Alloh SWT. sebagaimana dikatakan dalam Hadist Qudsi, Alloh SWT berfirman : “Andaikata tidak ada engkau (Muhammad) AKU (Alloh) tidak menciptakan makhluk “.
2. Nikmat Imdad : adalah Nur Beliau Rosululloh SAW , makhluk yang telah dipelihara kelestariannya.
Dalam hal ini ada dua (2) jalur :
Jalur batiniyah / Rohani
Jalur lahiriyah / jasmani untuk umatnya
Dasar nikmat Imdad yang tersalur melalui rohani :
Hadist Shoheh yang diriwayatkan Imam Ahmad, Imam Turmudzi, AI-Haldm dari Ibm Amfin sebagai berikut :
“Sesungguhnya Alloh SWT menciptakan makhlukNYA di dalam keadaan gelap, maka Alloh. SWT memancarkan atas diriku dari Nur-NYA, maka barang siapa terkena pancaran Nur tadi, ia akan mendapatkan petunjuk dan barang siapa tidak kena Nur itu ia akan tersesat”.
Dalam hal ini ada dua (2) jalur :
Jalur batiniyah / Rohani
Jalur lahiriyah / jasmani untuk umatnya
Dasar nikmat Imdad yang tersalur melalui rohani :
Hadist Shoheh yang diriwayatkan Imam Ahmad, Imam Turmudzi, AI-Haldm dari Ibm Amfin sebagai berikut :
“Sesungguhnya Alloh SWT menciptakan makhlukNYA di dalam keadaan gelap, maka Alloh. SWT memancarkan atas diriku dari Nur-NYA, maka barang siapa terkena pancaran Nur tadi, ia akan mendapatkan petunjuk dan barang siapa tidak kena Nur itu ia akan tersesat”.
Dasar Nikmat Imdad yang tersalur melalui
lahir. Dalam Surat AI-Maidah Ayat 15 disebutkan : “Sesungguh telah
datang kepadamu sekalian dari Alloh SWT Nur (Muhammad SAW) dan Kitab Al –
Qur’an yang menerangkan halal, haram, haq dan bathil “
7. Apa fungsi Beliau Rosululloh SAW ?
Beliau Rosulullah berfungsi sebagai juru selamat umat manusia dari kesesatan dan kehancuran di dunia dan di akhirat.
Beliau Rosulullah berfungsi sebagai juru selamat umat manusia dari kesesatan dan kehancuran di dunia dan di akhirat.
8. Bagaimana merealisasi makrifat Billah
wa Rosulihi Saw. Secara sempurna ? Sila jelaskan. Makrifat Billah wa
Rosulihi SAW baru dianggap sempurna bila dasari dalam hati diikrarkan
dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, yakni di samping hati
selalu sadar Billah dan sadar Birrosul, dibuktikan dengan amal
perbuatan lahir selalu taat dan patuh atas segala perintah Allah SWT (
LILLAH ) dan selalu mengikuti tuntunan Rosulullah SAW (LIRROSUL) dalam
kehidupan nyata sehari-hari. atau istilah lain benar -benar merealisasi
dua kalimat Syahadat.
Kejauhan:
Kejauhan itu lupa hati.
Kedekatan itu ingat hati.
Kejauhan itu hijab (tertutup).
Kedekatan itu kasyaf (terbuka).
Hijab itu gelap, Kasyaf itu Nur.
Gelap itu jahil, Nur itu Makrifat.
Rasulullah SAW bersabda: “Firman Allah Ta’ala, aku ini sebagaimana yang disangka oleh hambaku, Aku bersama dia apabila ia ingat kepadaKu, apabila ia mengingatKu dalam dirinya, Akupun ingat padanya dalam diriKu, dan apabila ia mengingatKu dalam ruang yang luas, aku pun ingat padanya dalam ruang yang lebih baik.” (Hadis Qudtsi diriwayatkan oleh Bukhari).
Kejauhan itu lupa hati.
Kedekatan itu ingat hati.
Kejauhan itu hijab (tertutup).
Kedekatan itu kasyaf (terbuka).
Hijab itu gelap, Kasyaf itu Nur.
Gelap itu jahil, Nur itu Makrifat.
Rasulullah SAW bersabda: “Firman Allah Ta’ala, aku ini sebagaimana yang disangka oleh hambaku, Aku bersama dia apabila ia ingat kepadaKu, apabila ia mengingatKu dalam dirinya, Akupun ingat padanya dalam diriKu, dan apabila ia mengingatKu dalam ruang yang luas, aku pun ingat padanya dalam ruang yang lebih baik.” (Hadis Qudtsi diriwayatkan oleh Bukhari).
“Guru Sufi berkata: “Hatimu sekarang
bersama Tuhanmu dan Tuhanmu bersama engkau, tidak jauh dari engkau, Ia
mendekatkan engkau kepadaNya, dan mengenalkan engkau denganNya.” Orang
yang menjalankan Thariqat-dzikir secara sungguh- sungguh tidak mempunyai
rasa khawatir dalam menjalani hidup, tidak waswas dalam menjalankan
sesuatu kebenaran, dan tidak berprasangka buruk terhadap orang lain.
Hati mereka tenang, jiwa mereka tenteram.
Firman Allah SWT: “… (yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan dzikrullah.
Ingatlah hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang” (Ar-Ra’d 28).
Dengan menjalankan Thariqat-dzikir dan latihan-latihan Thariqat, kaum
Sufi merasakan kelezatan ibadah, merasakan makna- makna Qur’an yang
mulia, dan Sunnah yang suci, yang belum tentu dapat dirasakan oleh
orang-orang lainnya.
Sampai di tingkat tertentu orang yang
berthariqat-dzikir merasakan seluruh alam dan dirinya hancur lebur masuk
ke dalam Allah SWT. Pada saat ini orang tersebut berada dalam tingkat
yang fana. Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rahman ayat 26-27:
“Semua yang ada akan fana binasa, yang kekal adalah Tuhan sendiri yang
Besar dan Maha Mulia.”
Dzikrullah itu dapat mengangkat seorang
hamba yang mukmin dari bumi syahwat ke langit makrifat. Rasulullah SAW
bersabda “Tidak ada seorangpun yang berkata Laa Ilaaha Illallah secara
ikhlas dalam hatinya, kecuali Tuhan membukakan pintu langit sehingga ia
bisa meninjau arasy. Guru Sufi mengatakan: “dalam asma yang tertinggi,
orang dapat meningkat ke langit (mencapai martabat yang tinggi).”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar