Dalam budaya jawa, penyebutan ” Kakang Kawah Adi Ari-Ari”
keberadaannya masih tersamar. Apalagi di zaman modern sekarang ini.
Mitos saudara kembar yang ghaib ini cenderung di abaikan. Ini
konsekuensi dari zaman maju. Dunia material cenderung meningkat, sedang
kaweruh spiritual orang jawa kian gersang. Kita mencoba untuk memahami
kembali Puasa Weton yang bagi orang jawa di percayai dapat memberikan
pencerahan spiritual dengan berbagai mitosnya yang penuh dengan
kesakralan dan religiusitas.
Hakikat Puasa menurut ” Wulang Reh “.
Sri
Pakubuwono IV telah memberikan wewaler, peringatan,pada anak cucunya
untuk pengekangan nafsu.
Peringatan itu tertuang dalam karyannya Serat Wulang Reh, yang di tulis pada hari ahad kliwon, wunku sungsang, tanggal ke-19, bulan besar, mongso ke-delapan, windu sancaya dan di beri sengkalan : Tata-guna-Swareng-Nata ( 1735 ).Ia bergelar : Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono Senopati Ing Ngalogo Abdur Rahman Sayyidin Panotogomo IV. Nama kecilnya adalah Bandoro Raden Mas Gusti sumbadyo, Putra Pakubuwono III dengan Kanjeng Ratu Kencana.Dalam pupuh II Tembang Kinanthi ia menulis : “Podho Gulangen Ing Kalbu, Ing Sasamita Amrih Lantip, Ojo pijer mangan nendra, ing kaprawiran den kesthi, Pesunen sariraniro , Sudanen dhahar lan guling. (Wahai, asahlah di dalam hatimu biar tajam menangkap isyarat isyarat ghaib. jangan terlalu banyak makan dan tidur, kurangilah hal tersebut, cita citakan kaprawiran ” keluhuran budi “, agar bisa mengekang diri) “.Inti yang cepat di tangkap dari wejangan ini menyangkut pada pengendalian diri dan cara yang harus di tempuh adalah dengan perpuasa.Hakekat Puasa adalah pengekangan diri, karena alam duniawi banyak memberi godaan. Silau dengan kemewahan, apalagi kalau sedang mendapat suka cita yang berlebihan, ” Maka kaprayitnan batin ( kewaspadaan ) akan terkurangi. Manusia akhirnya akan terbelenggu nafsunya. Nafsu yang bersumber dari dirinya sendiri.Nafsu merupakan sikap angkara yang dalam Wulang Reh di sebutkan terdiri dari 4 macam , yaitu :
Peringatan itu tertuang dalam karyannya Serat Wulang Reh, yang di tulis pada hari ahad kliwon, wunku sungsang, tanggal ke-19, bulan besar, mongso ke-delapan, windu sancaya dan di beri sengkalan : Tata-guna-Swareng-Nata ( 1735 ).Ia bergelar : Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono Senopati Ing Ngalogo Abdur Rahman Sayyidin Panotogomo IV. Nama kecilnya adalah Bandoro Raden Mas Gusti sumbadyo, Putra Pakubuwono III dengan Kanjeng Ratu Kencana.Dalam pupuh II Tembang Kinanthi ia menulis : “Podho Gulangen Ing Kalbu, Ing Sasamita Amrih Lantip, Ojo pijer mangan nendra, ing kaprawiran den kesthi, Pesunen sariraniro , Sudanen dhahar lan guling. (Wahai, asahlah di dalam hatimu biar tajam menangkap isyarat isyarat ghaib. jangan terlalu banyak makan dan tidur, kurangilah hal tersebut, cita citakan kaprawiran ” keluhuran budi “, agar bisa mengekang diri) “.Inti yang cepat di tangkap dari wejangan ini menyangkut pada pengendalian diri dan cara yang harus di tempuh adalah dengan perpuasa.Hakekat Puasa adalah pengekangan diri, karena alam duniawi banyak memberi godaan. Silau dengan kemewahan, apalagi kalau sedang mendapat suka cita yang berlebihan, ” Maka kaprayitnan batin ( kewaspadaan ) akan terkurangi. Manusia akhirnya akan terbelenggu nafsunya. Nafsu yang bersumber dari dirinya sendiri.Nafsu merupakan sikap angkara yang dalam Wulang Reh di sebutkan terdiri dari 4 macam , yaitu :
Lawwamah, Bertempat di perut,
lahirnya dari mulut ibarat hati bersinar hitam. Akibatnya bisa
menimbulkan dahaga, kantuk dan lapar.
Amarah, artinya garang bisa
menimbulkan angkara murka, iri dan emosional. Ia berada di empedu,
timbulnya lewat telinga bak hati bercahaya merah.
Sufiyah, Nafsu yang
menimbulkan birahi, rindu, keinginan dan kesenangan. Sumber dari Limpa
timbul lewat mata bak hati bercahaya kuning.
Muthmainah, Berarti rasa
ketentraman. Punya watak yang senang dengan kebaikan, keutamaan dan
keluhuran budi. Nafsu ini timbulnya dari tulang, timbul dari hidung
bagai hati bersinar putih.
Lelaku Puasa.
Ritualnya di mulai dengan
reresik raga ( membersihkan badan ). Badan harus bersih dari kotoran
dunia, caranya dengan siram jamas ( mandi besar ).
Kalau perlu
menggunakan kumkuman ( rendaman ) bunga lima warna, Mawar, Melati,
Kenanga, Kanthil putih, Kanthil kuning. Waktu mandi membaca doa ” Ingsun
Adus Ing Banyu Suci, Kang adus badan sejati, Kakosokan nyowo sejati,
Amulyaaken kersane Pangeran ( Aku mandi di air suci, Yang mandi badan
sejati, membersihkan nyawa sejati, memuliakan takdir Illahi.
Lelaku,
jangka waktu puasa ini sehari semalam yang di mulai pukul 24.00 WIB di
akhiri pukul 24 WIB hari berikutnya. lelaku puasa yang lebih bersifat
khusus. Jangka waktunya 3 hari. Keistimewaan puasa ini menurut pinisepuh
( para arif ) jawa terletak pada nilai amalannya. Seseorang yang
melakukan puasa dina dulur ini, nilai amalannya hampir sama dengan puasa
40 hari. Keistimewaan lain adalah terletak pada mustikanya. Puasa ini
di yakini dapat menyelesaikan problematika hidup yang sangat berat dalam
waktu yang sangat mendesak.
Tiga weton dan buang sengkala.
Ritual
Puasa dina dulur ini selama 3 hari, dan harus tepat pada hari Selasa
Kliwon, Rabu Legi dan Kamis Pahing. Tentu saja ini dari hitungan
kalender jawa, atau umumnya dalam satu bulan terdapat 3 hari yang
berurutan ini. Tinggal kita saja yang menentukan ada kesiapan atau
tidaknya niatan yang mantap untuk menjalankan lelaku puasa khusus
ini.Jangka waktunya juga sama dengan waktunya puasa puasa kejawen
lainnya. Dimulai ( sahur ) pada pukul 24 WIB di akhiri ( Berbuka ) pada
pukul 24 WIB hari berikutnya. Demikian juga kesiapan jiwa raga seseorang
yang hendak berpuasa. Di pagi harinya, sebelum hari (H) ia wajib
melakukan pembersihan diri dengan cara " siram jamas " ( mandi besar )
lebih baik kalau menggunakan kumkuman ( rendaman ) bunga setaman yang
baru di beli di pasar.
Cara mandi jamas ini tidak boleh sembarangan.
Rendaman bunga yang tercecer itu harus di kumpulkan dan di larung ( di
buang ) di sungai. Hal ini di dasarkan pada mitos "sengkala" ( nasib
buruk/dosa dosa ). Termasuk sifat buruk dan nafsu dalam diri manusia
harus harus di buang jauh. Larung di maknakan di buang jauh. Sedangkan
sungai ( muaranya menuju lautan bebas ) sebagai simbol dunia luas dan
tak terbatas.
Bubur Lima Warna.
Akan lebih sempurna bila dalam
ritual larung ini di sertakan sesajen berupa bubur lima warna. Hitam,
putih, Merah, Kuning dan merah di beri titik putih. Lima warna ini
berarti menghormat pada " Keblat Papat Limo Pancer " ( Keblat 4 5 bumi
tempat berpijak ). Hitam berada di utara, merah di selatan, kuning
bertempat di barat dan putih berada di timur.Khusus Filosofi bubur merah
bertitik putih, sebenarnya di artikan penghormatan kepada orang tua.
Bisa juga sesepuh ( leluhur kita ) baik yang masih hidup ataupun yang
sudah meninggal. Namun dalam khasanah kiblat tadi di maknakan
pancer.Tentang bubur lima macam ini bisa kita kaitkan dengan simbolisasi
bunga lima warna. Dan semua unsur ini di maksudkan sebagai pelengkap
sebelum melakukan puasa dino dulur. tetapi jauh di balik ini semua ada
mitos bahwa semua unsur itu sebagai pendukung ( kekuatan batin ) dalam
melaksanakan puasa. Sekaligus penguat dan peneguh iman seseorang dalam
menjalankan ritual puasanya.
Saudara-Saudara Halus / Sedulur papat kalimo pancer
Orang
Jawa tradisional percaya eksistensi dari sedulur papat ( saudara empat )
yang selalu menyertai seseorang dimana saja dan kapan saja, selama
orang itu hidup didunia. Mereka memang ditugaskan oleh kekausaan alam
untuk selalu dengan setia membantu, mereka tidak tidak punya badan
jasmani, tetapi ada baik dan kamu juga harus mempunyai hubungan yang
serasi dengan mereka yaitu :
a. Kakang kawah, saudara tua kawah, dia keluar dari gua garba ibu sebelum kamu, tempatnya di timur warnanya putih.
b. Adi ari-ari, adik ari-ari, dia dikeluarkan dari gua garba ibu sesudah kamu, tempatnya di barat warnanya kuning.
c. Getih, darah yang keluar dari gua garba ibu sewaktu melahirkan, tempatnya di selatan warnanya merah
d. Puser, pusar yang dipotong sesudah kelahiranmu, tempatnya di utara warnanya hitam.
Selain
sedulur papat diatas, yang lain adalah Kalima Pancer, pancer kelima
itulah badan jasmani kamu. Merekalah yang disebut sedulur papat kalimo
pancer, mereka ada karena kamu ada. Sementara orang menyebut mereka
keblat papat lima tengah, ( empat jurusan yang kelima ada ditengah ).
Mereka berlima itu dilahirkan melalui ibu, mereka itu adalah Mar dan
Marti, berbentuk udara. Mar adalah udara, yang dihasilkan karena
perjuangan ibu saat melahirkan bayi, sedangkan Marti adalah udara yang
merupakan rasa ibu sesudah selamat melahirkan si jabang bayi. Secara
mistis Mar dan Marti ini warnanya putih dan kuning, kamu bisa meminta
bantuan Mar dan Marti hanya sesudah kamu melaksankan tapa brata ( laku
spiritul yang sungguh-sungguh )
mereka itu selalu bersama kamu,
menjaga kamu dimanapun kamu berada. Mungkin kamu tidak menyadari bahwa
mereka itu menolongmu dalam setiap saat kegiantanmu, mereka akan senang,
bila kamu memperhatikan mereka, mengetahui akan keberadaan meraka.
Adalah bijaksana untuk meminta mereka supaya berpatisipasi dalam setiap
kegiatan yang kamu lakukan, seperti : minum, makan, belajar, bekerja,
meyopir, mandi dam lain-lain.
Dalam batin kamu mengundang mereka, misalnya :
1.
Semua saudara halusku, saya mau makan, bantulah saya ( ewang-ewangono )
artinya mereka itu akan membantumu, sehingga kamu selamat pada saat
makan dam makanan itu juga baiak untukmu.
2. Semua saudara halusku,
bantulah saya untuk menyopir mobil dengan selamat sampai kantor. Ini
artinya kamu kan menyopir dengan selamat sampai ke kantor, tidak ada
kecelakaan yang terjadi pada kamu, pada mobil dan yang lain-lain.
3. Semua saudara halusku, saya akan bekerja, bantulah saya supaya bisa meyelesaikan pekerjaan ini dengan baik dan lain-lain.
Tetapi
kamu jangan meminta partisipasi mereka pada waktu kamu mau tidur, untuk
hal itu kamu harus berkata : saya mau tidur lindungilah saya ( reksanen
) pada waktu saya tidur, kalau ada yang mengganggu atau membahayakan,
bangunkanlah saya, sambil membaringkan badan ditempat tidur sebelum
menutup mata, dengan meletakkan tangan kanan didada, menyentuh jantung,
katakanlah : “ saya juga hidup “
Dengan mengenali mereka artinya
kamu memperhatikan mereka dan sebaliknya mereka pun mengurusi kamu.
Kalau kamu tidak memperhatikan mereka, mereka tidak akan berbuat apapun
untuk menolongmu, mereka mengharap supaya secepatnya kamu kembali ke
asalmu, supaya mereka itu secepatnya terbebas dari kewajibannya untuk
mendampingimu. Ketika kamu kembali kealam kelanggengan, mereka juga akan
pergi dan berharap diberi kesempatan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk
dilahirkan sebagai manusia dengan jiwa dan raga dalam hidup baru mereka
di dunia.
Weton adalah peringatan hari lahir seseorang yang terjadi
setiap 35 hari sekali. Untuk orang Jawa tradisional mengetahui wetonnya
itu penting dan harus diingat kapan wetonnya itu, dengan mengetahui
tanggal, bulan, tahun kelahiran seseorang bisa ditentukan hari wetonnya.
1. Pada saat weton biasanya akan dibuat semacam sesaji
sederhana yang berupa secawan bubur merah putih dan satu gelas air
hangat. Pemberian ini adalah untuk saudara-saudara halus, dengan
mengatakan: ini untuk semua saudara halusku, aku selalu ingat kamu,
mengenali kamu, maka itu bantulah dan jagalah aku. Sesaji sederhana ini
juga untuk mengingatkan dan bersyukur kepada ibu dan ayah, karena
melalui merekalah kamu dilahirkan dan hidup di dunia ini. Selanjutnya
untuk mengingat dan menghormati para leluhur dab yang paling penting
untuk mengingat dan memuji Sang Pencipta Hiduo, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Cara
yang lengkapuntuk meyebut saudara-saudara halus tersebut adalah : Mar
marti, kakang kawah, adi ari-ari, getih puser sedulur papat, kalimo
pancer .
- Bantulah saya (katakan apa keperluanmu)
- Jagalah saya pada waktu saya tidur
Sebaliknya
kamu menyebut nama mereka dengan lengkap sehingga kamu menjadi biasa
dengan mereka (jumbuh) misalnya untuk beberapa bulan. Sesudah itu kamu
boleh memanggil mereka semua : saudara halusku.
Tetapi pada saat
kamu berdoa atau meditasi, kamu menyebut dengan nama lengkap, juga pada
saat kamu memberikan sesaji untuk mereka, katakanlah nama mereka satu
demi satu. Kamu hendaknya tahu bahwa kakang kawah dan adi ari-ari adalah
yang paling banyak membantu kamu. Kakang kawah selalu berusa dengan
sebaik-baiknya supaya semua keinginan dan usahamu terealisir sedangkan
adi ari-ari selalu berusaha menyenangkan kamu.
Oleh karena itu pada
saat kamu akan melakukan hal yang penting atau sebelum berdoa, sesudah
menyebutkan nama lengkap mereka satu persatu, ulangi lagi dengan
menyebut kakang kawah dan adi ari-ari untuk membantumu.
2.
Selain memberikan sesaji kepada saudara-saudara halus kamu bisa
menyucikan diri, antara lain dengan cara berpuasa selama 24 jam, hanya
makan buah dan sayuran ; makan nasi putih dan minum air putih ; tidur
sesudah tengah malam atau tidak tidur sama sekali dan lain-lain.
Ada
juga yang melakukan selama tiga hari berturut-turut, yaitu satu hari
sebelum weton, pada saat weton dan sehari sesudah weton yang disebut
Ngapit.dengan selalu meminta partisipasi dari saudara-saudara halusmu,
ini berarti kamu aktif secara lahir maupun batin
Yang melakukan
sesuatu itu bukan hanya aku, tetapi Ingsun yaitu aku-lahir, luar (jobo)
bersama dengan aku dari batin (jero). Maka itu orang Jawa yang mau
melakukan hal penting berkata : Niat Ingsun.
Dengan melakukan laku
spiritual seperti tersebur diatas, biasanya orang berharap supaya
hidupnya selamat dan sejahtera, atau untuk penghayatan ilmu sejati
merasa lebih dekat kepada hidup sejati atau kasunyatan.
LANJUTAN SEDULUR PAPAT LIMO PANCER
Siang dan malam keempat pendekar gaib ini setia menunggu kita. Saat
genting dan bahaya, dia menyeret kita ke tempat yang aman. Saudara
penjaga gaib ini bukan jin.
Semakin lama belajar ajaran-ajaran
leluhur Jawa, kita akan semakin terkagum-kagum pada para nenek moyang.
Ilmu yang mereka ajarkan tidak bertentangan dengan agama, bahkan sesuai
dan memperkaya pemahaman agama yang kita anut.
Sayangnya banyak
yang masih memandang sebelah mata ajaran para leluhur Jawa ini. Bahkan
ada yang menuduhnya sebagai syirik, khurofat dan takhayul. Para penuduh
ini mungkin lupa, bahwa ajaran Jawa disampaikan secara sederhana agar
mudah dipahami orang Jawa. Memang, para leluhur kita kadang tidak fasih
melafalkan kata-kata Arab. Para leluhur ini juga orang yang masih gagap
iptek. Namun, jangan salah sangka dulu.
Dari segi kebijaksanaan,
ilmu batin dan olah rasa para nenek moyang kita dulu boleh diandalkan.
Mereka adalah para waskita yang mampu membangun candi Borobudur,
Prambanan dan mampu membuat sebuah bangunan dengan ketepatan geometris
dan geologis. Tidak kalah oleh nenek moyang bangsa Mesir yang mampu
membangun piramida, atau nenek moyang suku Inca, bangsa Peru yang bisa
membangun Manchu Picchu.
Saat agama Islam masuk ke nusantara,
sementara di Jawa saat itu sudah berkembang agama Hindu, Budha dan
berbagai kepercayaan animisme, dinamisme, politeisme. Islam melebur
secara pelan dan damai, berasimilasi serta berosmosis tanpa pertumpahan
darah. Islam agama damai dan tidak memaksa. Orang Jawa bersifat pasrah,
sumeleh, sumarah, ikhlas dan mengandalkan rasa pangrasa.
Bagi
orang Jawa, masuknya Agama Islam yang kaya dengan aspek kebatinan
(tasawuf) sangatlah tepat. Orang Jawa pun tidak kebingungan dengan
ajaran-ajaran mistik yang ada di dalamnya. Namun orang Jawa berhasil
menyederhanakan ajaran-ajaran mistik ini dengan terminologi dan
kalimat-kalimat sederhana dan mudah dimengerti. Harap maklum saja, orang
Jawa dulu mayoritas hidup di pedesaan yang sederhana dan tidak banyak
berwacana ilmiah.
Salah satu ajaran Kejawen yang membahas tentang
adanya malaikat pendamping hidup manusia adalah SEDULUR PAPAT LIMO
PANCER. Pancer adalah tonggak hidup manusia yaitu dirinya sendiri. Diri
kita dikelilingi oleh empat makhluk gaib yang tidak kasat mata
(metafisik). Mereka adalah saudara yang setia menemani hidup kita. Mulai
dilahirkan di dunia hingga kita nanti meninggal dunia menuju alam
barzakh (alam kelanggengan).
Sebelum hadirnya agama Islam, orang
Jawa tidak memahami konsep malaikat. Maka mereka menyebut malaikat
penjaga manusia dengan sedulur papat. Konsep “sedulur papat” ini oleh
orang Jawa ditamsilkan melalui sebuah pengamatan/niteni.
Mulai
saat janin tumbuh di perut ibu, janin dilindungi di dalam rahim oleh
ketuban. Selanjutnya adalah ari-ari, darah dan pusar. Itulah saudara
manusia sejak awal dia hidup dan selanjutnya “empat saudara” ini
kemudian dikubur. Namun orang Jawa Percaya bahwa “empat saudara” ini
tetap menemani diri manusia hingga ke liang lahat.
Karena Air
Ketuban adalah yang pertama kali keluar saat ibu melahirkan, orang Jawa
menyebutnya SAUDARA TUA. Saudara ini melindungi jasad fisik dari bahaya.
Maka ia adalah SANG PELINDUNG FISIK.
Selanjutnya yang lebih MUDA
adalah ari-ari, tembuni atau plasenta. Pembungkus janin dalam rahim. Ia
melingkupi tindakan janin dalam rahim yang kemudian mengantarkan kita
ke tujuan. Maka ia adalah SANG PENGANTAR.
Saudara kita
selanjutnya adalah DARAH. Darah ini membantu janin kecil untuk tumbuh
berkembang menjadi bayi lengkap. Darah adalah SARANA DAN WAHANA
IRADAT-NYA pada manusia. Darah bisa disebut nyawa bagi janin. Maka,
darah disebut dengan PEMBANTU SETIA MANUSIA MENEMUKAN JATI DIRINYA
SEBAGAI HAMBA TUHAN, CERMIN TUHAN (Imago Dei).
Saudara gaib kita
terakhir adalah pusar. Menurut pemahaman Kejawen, pusar adalah NABI.
Pusar secara biologis adalah tali yang menghubungkan perut bayi dalam
rahim dan ari-ari. Pusar mendistribusikan makanan yang dikonsumsi ibu ke
bayi. Pusar dengan demikian MENDISTRIBUSIKAN WAHYU “IBU” MANUSIA yaitu
Gusti Allah SWT kepada diri kita.
Keempat saudara gaib ini
sesungguhnya adalah EMPAT MALAIKAT PENJAGA manusia. Yang berada di
kanan-kiri, depan-belakang kita. Maka, tidak salah bila Anda menyapa dan
bersahabat akrab dengan mereka. Secara gaib, Tuhan mmeberikan
pengajaran tidak langsung kepada hati kita. Namun melalui mereka
pengajaran itu disampaikan.
Keempat penjaga (malaikat) itu adalah:
JIBRIL (Penerus informasi Tuhan untuk kita),
IZRAFIL (Pembaca Buku Rencana Tuhan untuk kita),
MIKAIL (Pembagi Rezeki untuk kita) dan
IZRAIL (Penunggu berakhirnya nyawa untuk kita).
Keempat
malaikat itu oleh orang Jawa dianggap sebagai SEDULUR karib hidup
manusia. Bila kita paham bahwa perjalanan hidup untuk bertemu dengan
Tuhan hakikatnya adalah perjalanan menuju “ke dalam” bukan “ke luar”.
Perjalanan menembus langit ketujuh hakikatnya adalah perjalanan “diri
palsu” menuju “diri sejati” dan menemukan SANG AKU SEJATI, YAITU DIRI
PRIBADI/ TUHAN.
Untuk menemukan SANG AKU SEJATI (limo pancer)
itulah kita ditemani oleh EMPAT SAUDARA GAIB/MALAIKAT PENUNGGU (sedulur
papat). Lantas dimana mereka sekarang? Mereka sekarang sedang mengawasi
Anda. Berdzikir mengagungkan asma-Nya. Kita bisa menjadikan mereka
sedulur paling akrab bila paham bagaimana cara berkomunikasi dengan
mereka. Caranya? Pejamkan mata, matikan seluruh aktivitas listrik di
otak kiri dan kanan dan hidupkan sang AKU SEJATI yang ada di dalam diri
Anda. Ya, hanya diri sendirilah yang mampu untuk berkomunikasi dengan
para sedulur gaib nan setia ini.
Bagaimana tidak setia, bila
kemanapun kita berada disitu keempatnya berada. Bila kita berjalan,
mereka terbang. Bila jasad kita tidur, mereka akan tetap melek ngobrol
dengan ruh kita. Maka, saat bangun tidur di siang hari pikiran kita akan
merasa fresh sebab ruh kita akan kembali menjejerkan diri kita dengan
iradat-Nya. Sayang, saat waktu beranjak siang polusi nafsu/ego lebih
dominan sehingga kebeningan akal pikiran semakin tenggelam.
Bagaimana
agar hidup kita selalu ingat oleh kehadiran sedulur papat ini yang
setia menjaga kita? Sunan Kalijaga memiliki kidung bagus:
Ana kidung akadang premati
Among tuwuh ing kuwasanira
Nganakaken saciptane
Kakang kawah puniku
Kang rumeksa ing awak mami
Anekakaken sedya
Pan kuwasanipun adhi ari-ari ika
Kang mayungi ing laku kuwasaneki
Anekaken pangarah
Ponang getih ing rahina wengi
Angrowangi Allah kang kuwasa
Andadekaken karsane
Puser kuwasanipun
Nguyu uyu sambawa mami
Nuruti ing panedha
Kuwasanireku
Jangkep kadang ingsun papat
Kalimane pancer wus dadi sawiji
Nunggal sawujudingwang
(Ada
nyanyian tentang saudara kita yang merawat dengan hati-hati. Memelihara
berdasarkan kekuasaannya. Apa yang dicipta terwujud. Ketuban itu
menjaga badan saya. Menyampaikan kehendak dengan kuasanya. Adik ari-ari
tersebut memayungi perilaku berdasar arahannya.
Darah siang malam
membantu Allah Yang Kuasa. Mewujudkan kehendak-Nya. Pusar kekuasaannya
memberi perhatian dengan kesungguhan untuk saya. Memenuhi permintaan
saya. Maka, lengkaplah empat saudara itu. Kelimanya seagai pusat sudah
jadi satu. Manunggal dalam perwujudan saya saat ini)
Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, paham “sedulur papat limo pancer”
sangat kental. Yang dimaksud dengan sedulur papat limo pancer yaitu
saudara yang menemani sang jabang bayi saat lahir. Yang secara umum
banyak orang mengenal dengan istilah kakang kawah adhi ari-ari, yang
disebut ini baru dua dari 5 bersaudara.
Adapun nama – nama sedulur papat , yaitu : Watman, Wahman, Rahman,
Ariman. Sedang penyebutan limo pancer sendiri yaitu si jabang bayi yang
lahir.
Watman berarti “Wat” kondisi si Ibu yang sedang mengalami perasaan pertama untuk melahirkan, mengejan.
Wahman berarti kawah, jalan lahir, terbukanya jalan lahir.
Rahman berarti darah yang keluar.
Ariman berarti ari-ari atau plasenta yang keluar setelah si jabang bayi.
Nama-nama diatas biasanya dipanggil apabila si jabang bayi sedang atau memerlukan bantuan dari para “sedulur”nya.
Setelah Islam masuk di Jawa, konsep ini masih ada. Hanya saja mereka
dianggap malaikat-malaikat penjaganya. Adapun nama-namanya berubah
seperti Jibril, Mikail, Isroil, Israfil
Dalam konsep sedulur papat limo pancer, masyarakat Jawa juga
menggunakan hari pasaran legi, pahing, pon, wage dan kliwon yang
dihubungkan dengan arah mata angin.
Legi dengan posisi di Timur
Pahing dengan posisi di Selatan
Pon dengan posisi di Barat
Wage dengan posisi di Utara
Kliwon dengan posisi di Tengah
Seperti pada kepercayaan lama/kuno, sisi timur merupakan sisi yang
tertua. Karena itu kenapa Legi ada di posisi timur. Kliwon menunjukkan
posisi sentral, posisi yang tertinggi. Seperti si jabang bayi yang ada
diposisi pancer / pusat.
Kembali lagi ke sedulur papat limo pancer, didalam keyakinan Kejawen
orang dapat menemui sedulurnya, dapat saling berkomunikasi. Adapun rupa
sedulurnya mirip dengan si jabang bayi itu sendiri, dan mereka akan
menjaga sampai titi wanci-nya.
MASIH SEPUTAR SEDULUR PAPAT LIMO PANCER
Berbicara tentang pengertian dan konsep Sedulur Papat Kalima Pancer
adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dalam diri manusia,
maka di Gantharwa sendiri juga mengajarkan hal ini. Secara lengkap
tentunya tidak bisa diterangkan secara detail kata demi kata. Pada
prinsipnya Manusia Jawa yang sejati (Kwalitas) atau setiap manusia
mempunyai cita-cita yang utama yaitu Manunggaling Kawula Lan Gusti,
walaupun kadang dalam bahasa yang berbeda. Untuk mencapai cita-citanya
tersebut, manusia harus kembali ke asalnya (sebagai pribadi penciptaan
awal) atau menjadi manusia seutuhnya, bagaimana manusia menuju menjadi
manusia seutuhnya, manusia harus menjadi AJI SAKA. Aji Saka maknanya
adalah kaweruh/kesadaran dalam menghargai secara maksimal dengan
berperanan utama. (Atau menjadi Raja yang Beperanan Utama). (konsep Aji
Saka akan ada materinya. Red).Untuk menjadi Aji Saka, Jawa memiliki
dasar, dasar dari Jawa adalah KALIMASADA, atau dalam pewayangan
dikatakan, seorang manusia tidak akan mati jika telah memengang Jamus
Kalimasada, seperti cerita pewayangan adalah SAMIAJI atau YIDISTIRA,
begitu sucinya diceritakan, sehingga darahnya juga putih.Maka Kalimasada
banyak sekali menjadi perebutan dan untuk mengerti dan tahu tentang
Kalimasada banyak sekali yang telah mencari kemana-mana, bahkan saling
berebut dan terjadi perang. Bahkan jaman sekarang pun banyak yang telah
salah mentafsirkan Kalimasada, bahkan cenderung ngawur. Kalimasada bisa
diartikan juga sebagai Pancasilanya Jawa, karena merupakan dasar untuk
semuanya. Untuk menjelaskan Kalimasada secara tepat maka jawa telah
membuat penjelasan yang lebih sederhana atau dibuat semacam miniatur
Kalimasada, yaitu SEDULUR
PAPAT KALIMA PANCER . Atau bahasa sederhananya adalah Kalimasada
mewujudkan diri yang lebih bisa dimengerti manusia menjadi Sedulur Papat
Kalima Pancer. Lambang dari Sedulur Papat Kalima Pancer sendiri adalah
dalam cerita Bagawa Gita, Arjuna menbawa kereta perang yang ditarik oleh
4 kuda dengan masing-masing membawa sifat warna adalah Hitam, Coklat
(Merah), Biru, Putih. Keempat kuda itulah yang di sebut dengan Sedulur
Papat, sedangkan Pancernya adalah Arjuna. Namun Sedulur Papat Kalima
Pancer tidak hanya unsurnya demikian, masih ada satu unsur, yaitu di
samping atas Arjuna adalah Krishna. Krishna inilah yang dilambangkan
bahwa Roh (Pancer) kita bersifat Ilahi (Gusti Allah). Maka kalau manusia
ingin mencapai cita-citanya, manusia (Pancernya adalah Roh Kita yang
bersifat ilahi) harus bekerjasama dengan Sedulur Papatnya dan
konsultannya manusia adalah Gusti Allah (memakai pengertian Gusti
Allah). Barulah manusia bisa lengkap sampai pada cita-citanya yang
sempurna. Banyak dari para pelaku mistikus ingin bisa ketemu dengan
Sedulur papatnya, karena ingin sekali untuk ketemu, maka hal yang sering
terjadi adalah sering terjadi suatu penyesatan oleh pihak yang
memanfaatkan kelemahan dari salah megerti, dan juga kesalahan, atau
hayalan dan imaginasi belaka. Adapun penjelasan dan arti dari Sedulur
Papat Kilama Pancer adalah dari Sedulur yang memiliki sifat warna adalah
hitam adalah melambangkan sifat KEKUATAN, coklat ibaratnya adalah
seperti merah yaitu melambangkan sifat SEMANGAT, biru adalah
melambangkan sifat KECERDIKAN, putih adalah melambangkan sifat KESUCIAN.
Inilah merupakan sifat dan ciri manusia sejati, yaitu memiliki
KEKUATAN, SEMANGAT, KECERDIKAN, KESUCIAN. Dan dikontorl oleh Roh Kita
yang sejati (Pancer). Atau Sedulur Papat harus bersatu/manunggal dengan
roh kita yang bersifat ilahi, baru dapat berhasil mencapai kemanunggalan
dengan Gusti Allah.Sama halnya dengan Arjuna kalau tidak bisa kontrol
ke 4 kuda dia akan kalah dalam perang dan bagi manusia kalau tidak bisa
kontrol ke 4 sifat/saudaranya dia akan kalah, tidak akan pernah samapi
pada cita-citanya. Jika sudah bisa kontrol 4 kuda, Arjuna harus
senantiasa seiya sekata dengan Krishna agar selamat sampai akhir perang.
Kalau manusia mau selamat, Roh yang sejatinya harus senantiasa memakai
pengertian / Kaweruh Gusti Allah.Dan jika ada yang katanya bertemu
dengan ke empat sedulurnya, itu merupakan perwujudan saja atau
personifikasi dari keempat sifat diri manusia saja. Namun banyak yang
menganggap ketemu dengan Roh atau pribadi lain diluar dirinya, yang
merupakan empat saudara kita yang mengikuti selama hidup, padahal
tidaklah demikian. Pengalaman saya ketemu dengan keempat sedulur adalah
keempatnya seperti kita sendiri, wajahnya seperti kita masing-masing,
wujud badannya lebih kecil dari badan kita, dan mereka memiliki sifat
yang disebut diatas, saat-saat mereka muncul adalah saat kita memasuki
meditasi dengan kita telah mengalahkan fisik yang mana kita tidak
terpengaruh akan keletihan, kesakitan fisik, atau telah melewati
ketahanan fisik kita sendiri. Namun sekali lagi, Sedulur Papat bukanlah
Roh (Pribadi) seperti Pancer kita adalah pribadi atau Roh Sejati, mereka
hanyalah perwujudan saja. Inilah sedikit bisa saya sharingkan
berhubungan banyaknya pertanyaan mengenai Sedulur Papat Kalima Pancer,
ini adalah pemahaman ajaran Jawa yang sangat dalam, memang kelihatan
sederhana tapi kalau tidak ada tuntunan banyak yang salah kaprah. Karena
telah banyak orang yang tidak mengerti ini dan banyak yang tersesatkan
karena ini. Inilah sedikit bagian kecil saja mengenai Sedulur Papapt
Kalima Pancer
Mengambil dari Kitab Kidungan Purwajati tulisannya dimulai dari lagu Dhandanggula yang bunyinya sebagai berikut:
Ana kidung ing kadang Marmati Amung tuwuh ing kuwasanira Nganakaken
saciptane Kakang Kawah puniku Kang rumeksa ing awak mami Anekakake sedya
Ing kuwasanipun Adhi Ari-Ari ingkang Memayungi laku kuwasanireki
Angenakken pangarah Ponang Getih ing rahina wengi Ngrerewangi ulah kang
kuwasa Andadekaken karsane Puser kuwasanipun Nguyu-uyu sabawa mami
Nuruti ing panedha Kuwasanireku Jangkep kadang ingsun papat Kalimane wus
dadi pancer sawiji Tunggal sawujud ingwang.
Pada lagu diatas, disebutkan bahwa “Saudara Empat” itu adalah
Marmati, Kawah, Ari – ari (plasenta/ tembuni) dan Darah yang umumnya
disebut Rahsa. Semua itu berpusat di Pusar yaitu berpusat di Bayi.
Jelasnya mereka berpusat di setiap manusia. Mengapa disebut Marmati,
kakang Kawah, Adhi Ari – Ari, dan Rahsa? Marmati itu artinya Samar Mati
(Takut Mati)! Umumnya bila seorang ibu mengandung sehari - hari
pikirannya khawatir karena Samar Mati. Rasa khawatir tersebut hadir
terlebih dahulu sebelum keluarnya Kawah (air ketuban), Ari – ari, dan
Rahsa. Oleh karena itu Rasa Samar Mati itu lalu dianggap Sadulur Tuwa
(Saudara Tua). Perempuan yang hamil saat melahirkan, yang keluar
terlebih dahulu adalah Air Kawah (Air Ketuban) sebelum lahir bayinya,
dengan demikian Kawah lantas dianggap Sadulur Tuwa yang biasa disebut
Kakang (kakak) Kawah. Bila kawah sudah lancar keluar, kemudian disusul
dengan ahirnya si bayi, setelah itu barulah keluar Ari – ari (placenta/
tembuni).
Karena Ari – ari keluar setelah bayi lahir, ia disebut sebagai
Sedulur Enom (Saudara Muda) dan disebut Adhi (adik) Ari-Ari. Setiap ada
wanita yang melahirkan, tentu saja juga mengeluarkan Rah (Getih=darah)
yang cukup banyak. Keluarnya Rah (Rahsa) ini juga pada waktu akhir, maka
dari itu Rahsa itu juga dianggap Sedulur Enom. Puser (Tali pusat) itu
umumnya gugur (Pupak) ketika bayi sudah berumur tujuh hari. Tali pusat
yang copot dari pusar juga dianggap saudara si bayi. Pusar ini dianggap
pusatnya Saudara Empat. Dari situlah muncul semboyan ‘Saudara Empat Lima
Pusat’
Keempat nafsu yang digambarkan oleh ke empat hewan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Amarah : Bila manusia hanya mengutamakan nafsu amarah saja, tentu
akan selalu merasa ingin menang sendiri dan selalu ribut/ bertengkar dan
akhirnya akan kehilangan kesabaran. Oleh karena itu, sabar adalah alat
untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT.
Supiyah / Keindahan : Manusia itu umumnya senang dengan hal hal yang
bersifat keindahan misalnya wanita (asmara). Maka dari itu manusia yang
terbenam dalam nafsu asmara/ berahi diibaratkan bisa membakar dunia.
Aluamah / Serakah : Manusia itu pada dasarnya memiliki rasa serakah
dan aluamah. Maka dari itu, apabila nafsu tersebut tidak dikendalikan
manusia bisa merasa ingin hidup makmur sampai tujuh turunan.
Mutmainah / Keutamaan : Walaupun nafsu ini merupakan keutamaan atau
kebajikan, namun bila melebihi batas, tentu saja tetap tidak baik.
Contohnya: memberi uang kepada orang yang kekurangan itu bagus, namun
apabila memberikan semua uangnya sehingga kita sendiri menjadi
kekurangan, jelas itu bukan hal yang baik.
Maka dari itu, saudara empat harus diawasi dan diatur agar jangan
sampai ngelantur. Manusia diuji agar jangan sampai kalah dengan keempat
saudaranya yang lain, yaitu harus selalu menang atas mereka sehingga
bisa mengatasinya. Kalau Manusia bisa dikalahkan oleh saudara empat ini,
berarti hancurlah dunianya. Sebagai Pusat, manusia harus bisa menjadi
pengawas dan menjadi patokan. Benar tidaknya silakan anda yang menilai.
SEDULUR PAPAT LIMA PANCER DAN SISTEM KEMALAIKATAN.
Setelah Islam masuk P.JAWA kepercayaan tentang saudara empat ini
dipadukan dengan 4 malaikat di dunia Islam yaitu Jibril, Mikail ,
Isrofil, Ijro'il. Dan oleh ajaran sufi tertentu di sejajarkan denga
ke'empat sifat nafsu yaitu: Nafsu Amarah, Lawwamah, Sufiah dan
Mutmainah.
Pertama Jibril atau dalam bahasa ibrani Gabriel artinya pahlawan
tuhan fungsinya adalah penyampai informasi, didalam islam dikenal
sebagai penyampai wahyu pada para nabi. Dalam konsep islam Jawa Jibril
diposisikan pada kekuatan spiritual pada KETUBAN. Ada pandangan yang
menyatakan setelah N.Muhammad wafat maka otomatis Jibril menganggur
karena beliaulah orang yang menerima wahyu terakhir.
Tapi tidak demikian dalam pandangan Jawa, setiap orang di sertai
Jibrilnya. Hakikatnya hanya ada satu Jibril di alam raya ini tapi
pancaran cahayanya ada dalam setiap diri. seperti Ruh tidah pernah
dinyatakan dalam bentuk jamak didalam Al-Quran. Tetapi setiap diri
mendapat tiupan ruh dari tuhan dan ruh tersebut menjadi si A, si B, si C
Dst.. satu tetapi terpantul pada setiap cermin sehingga seolah2 setiapm
cermin mengandung Ruh, dan manusia sebenarnya adalah cermin bagi sang
diri. setiap diri menerima limpahan cahayanya.
Diantara limpahan cahayanya adalah Jibril yang menuntun setiap orang.
Jibril akan menuntun manusia kejalan yang benar, yang telah
membersihkan dirinya, membersihkan cerminnya, membersihkan hatinya.
Jibril lah yang menambah daya agar teguh dan tebal keimanan seseorang.
dalam khasanah jawa Jibril berdampingan dengan Guru sejati, bersanding
dengan diri Pribadi.
Jibril tidak mampu mengantarka diri Nabi ke Sidratul Muntaha dalam
Mij'raj beliau juga diceritakan ketika Jibril menampakan diri kehadapan
rasul selalu ditemani malaikat mulia lainnya yaitu Mikail isrofil
Ijroil.
Jelas kiranya bahwa kahadiran ketuban ketika membungkus janin
ternyata disertai saudara2nya yang lain. Ditinjau dari keddudukannya
yang keluar paling awal maka disebut sebagai kakak atau kakang (saudara
tua ) si bayi. begitu bayi lahir maka selesailah sudah tugas ketuban
secara fisik. tetapi exsistensi ketuban secara ruhaniah ia tetap menjaga
dan membimbing bayi tersebut sampai akhir hayat.
secara extensi Jibril diciptakan setelah malaikat Mikail. dan Tali
Pusar ada lebih dulu dari pada selaput yang membungkus janin di pintu
rahim (cervix)
Ke Dua Malaikat Israfil. Menurut hadis malaikat Israfil diciptakan
setelah penciptaan Arsy ( Singgasana Tuhan ) disebut sebagai malaikat
penggenggam alam semesta, ia meniup Terompet Pemusnahan Dan
Pembangkitan. Ia digambarkan menengadah ke atas untuk melihat jadwal
kiamat yang ada di Lawh Al Mahfuzh.
Israfil di sepadankan dengan ari-ari, tembuni atau Placenta, Ari-Ari
adalah yang memayungi sang janin sampai ketempat tujuan dialah yang
memberikan keamanan menyalurkan makanan dan kenyamanan pada janin dengan
ari-ari ini kehidupan berlangsung dalam janin.
Exsistensi Ari-ari ini disejajarkan dengan malaikat Israfil Dalam kelahiran janin, Ari-ari diterima sebagai saudara muda (adik).
Meskipun jasadnya telah tak ada lagi ari-ari tetap memberikan
perlindungan bagi manusia setelah dilahirkan. Dari sisi keberadaanya
malaikat Israfil dicipta terlebih dahulu dari pada malaikat Mikail dan
Jibril As. Israfil diyakini sebagai Pelita Hati Bagi manusia agar
hatinya tetap terang, Itulah sebabnya sejahat-jahatnya manusia masih ada
secercah cahaya dalam hatinya tetap ada kebaikan yang dimilikinya meski
hanya sebesar debu...
Yang ketiga adalah Malaikat Mikail, Salah satu malaikat yang menjadi
pembesar para malaikat.. Tugas malaikat Mikail adalah Memelihara
Kehidupan. Dalam hadis diceritakan bahwa malaikat Mikail mengemban tugas
memelihara pertumbuhan pepohonan, kehidupan Hewan juga Manusia.. Dialah
yang mengatur angin dan hujan dan membagi rejeki pada seluruh mahluk.
Pada konsep sedulur papat yang sudah di sesuaikan dengan ajaran
Islam, Tali Pusar merupakan Lokus, tempat dudukan bagi malaikat Mikail
dia merupakan tali penghubung bagi kehidupan manusia.Zat zat makanan,
Oksigen dan Zat yang perlu dibuang dari tubuh janin agar tidak meracuni
tubuh janin. Subhanallah.. Dia telah mengatur kehidupan manusia dalam
rahim melalui malaikat malaikatnya.
Mikail dipandang orang jawa sebagai saudara yang memberikan sandang,
pangan dan papan, Jika seseorang memohon perlindungan tuhan maka Mikail
yang akan menjalankan perintah Tuhan untuk melindunginya.
Ke Empat adalah Malaikat Ijroil. Malaikat Maut yang dipercaya sebagai
yang bertanggung jawab akan Kematian. Kehadirannya amat ditakuti
Manusia.. Jika ajal telah tiba maka ia akan Me wafatkan manusia sesuai
waktunya.
Dalam konsep sedulur papat Malaikat maut ini ternyata saudara Manusia
sendiri bukan orang lain dan ia tidak akan menyalahi tugasnya bila
seseorang belum sampai ajalnya dia tak akan mewafatkannya.. Dia hadir
untuk meringankan penderitaan manusia, saudara sejati pasti melindungi
bila yang bersangkutan selalu dijalan yang benar. Bayangkan bila manusia
tidak bisa mati tetapi hidupnya menderita..? apa tidak tersiksa..?
bayangkan bila ada orang yang mau mati aja sulitnya bukan main..
Nauzubillah..
Ijroil disebut sebagai kekuatan Tuhan yang berada didalam Darah,
Dalam kehidupan sehari hari Ijroil bertugas untuk menjaga hati yang
suci, Jika hati terjaga kesuciannya maka ketakutan akan hidup menderita
dan kematian akan tak ada lagi.
Jika ajal telah sampai maka Ijroil mengorganisasi malaikat lainnya,
mengorganisasi saudara saudara lainnya untuk mengakhiri hidupnya.
Permana yang memberikan kekuatan pada sang Jiwa diangkat keluar tubuh,
sehingga tubuh tak dapat lagi dikendalikan oleh jiwa. Ruh penyambung
hidup kita lepas.. tubuh menjadi lunglai lak berdaya dan ini bentuk umum
kematian bagi manusia.. loh kok gitu yaa..? Nah yang tidak umum yaaa..
bila Sang Diri Sejati manusia mampu memimpin saudara-saudaranya untuk
melepaskan Jiwa manusia kealam Gaib. Orang demikian sudah mempu
menyongsong kematiannya dengan benar, dia memberitahukan pada sanak dan
saudaranya kapan kematiannya akan datang.
Semua saudara gaib ini sudah menjadi satu dengan tubuh kita, ketika
dalam rahim sendiri-sendiri wujudnya. tapi ketika sang Bayi sudah lahir
hanya ada satu wujud. Empat saudara kita tetap menyertai kita dalam
wujud Ruh dan Tidak Kasat Mata.
Ada kutipan Ayat dalam Al-Quran yang perlu di simak..
" In Kullu nafsin lamma alayha hafizh" > 'Setiap diri niscaya ada
penjaganya' Atau "Wa huwa al-qahir fawq iba'dih wa yusril alaykum
hafazhah hatta idza ja'a ahadakum al-mawt tawaffathu rusuluna wahum la
yufarrithun" >' Dialah yang berkuasa atas semua hambanya. Dan dia
mengutus kepada kalian Penjaga-Penjaga untuk melindungimu. Jika
seseorang sudah waktunya mati, maka utusan-utusan kami itu mewafatkannya
tanpa keliru.
SIMBOLIS SEDULUR PAPAT LIMO PANCER DALAM PERWAYANGAN
Semar sebagai pamomong keturunan Saptaarga tidak sendirian. Ia
ditemani oleh tiga anaknya, yaitu; Gareng, Petruk, Bagong. Ke empat abdi
tersebut dinamakan Panakawan. Dapat disaksikan, hampir pada setiap
pegelaran wayang kulit purwa, akan muncul seorang ksatria keturunan
Saptaarga diikuti oleh Semar, Gareng, Petruk, Bagong. Cerita apa pun
yang dipagelarkan, ke lima tokoh ini menduduki posisi penting. Kisah
Mereka diawali mulai dari sebuah pertapaan Saptaarga atau pertapaan
lainnya. Setelah mendapat berbagai macam ilmu dan nasihat-nasihat dari
Sang Begawan, mereka turun gunung untuk mengamalkan ilmu yang telah
diperoleh, dengan melakukan tapa ngrame. (menolong tanpa pamrih).
Dikisahkan, perjalanan sang Ksatria dan ke empat abdinya memasuki
hutan. Ini menggambarkan bahwa sang ksatria mulai memasuki medan
kehidupan yang belum pernah dikenal, gelap, penuh semak belukar, banyak
binatang buas, makhluk jahat yang siap menghadangnya, bahkan jika lengah
dapat mengacam jiwanya. Namun pada akhirnya Ksatria, Semar, Gareng,
Petruk, Bagong berhasil memetik kemenangan dengan mengalahkan kawanan
Raksasa, sehingga berhasil keluar hutan dengan selamat. Di luar hutan,
rintangan masih menghadang, bahaya senantiasa mengancam. Berkat Semar
dan anak-anaknya, sang Ksatria dapat menyingkirkan segala penghalang dan
berhasil menyelesaikan tugas hidupnya dengan selamat.
Mengapa peranan Semar dan anak-anaknya sangat menentukan keberhasilan
suatu kehidupan? Semar merupakan gambaran penyelenggaraan Illahi yang
ikut berproses dalam kehidupan manusia. Untuk lebih memperjelas peranan
Semar, maka tokoh Semar dilengkapi dengan tiga tokoh lainnya. Ke empat
panakawan tersebut merupakan simbol dari cipta, rasa, karsa dan karya.
Semar mempunyai ciri menonjol yaitu kuncung putih. Kuncung putih di
kepala sebagai simbol dari pikiran, gagasan yang jernih atau cipta.
Gareng mempunyai ciri yang menonjol yaitu bermata kero, bertangan cekot
dan berkaki pincang. Ke tiga cacat fisik tersebut menyimbolkan rasa.
Mata kero, adalah rasa kewaspadaan, tangan cekot adalah rasa ketelitian
dan kaki pincang adalah rasa kehati-hatian. Petruk adalah simbol dari
kehendak, keinginan, karsa yang digambarkan dalam kedua tangannya. Jika
digerakkan, kedua tangan tersebut bagaikan kedua orang yang bekerjasama
dengan baik. Tangan depan menunjuk, memilih apa yang dikehendaki, tangan
belakang menggenggam erat-erat apa yang telah dipilih. Sedangkan karya
disimbolkan Bagong dengan dua tangan yang kelima jarinya terbuka lebar,
artinya selalu bersedia bekerja keras.
Cipta, rasa, karsa dan karya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Cipta, rasa, karsa dan karya berada dalam satu wilayah yang
bernama pribadi atau jati diri manusia, disimbolkan tokoh Ksatria.
Gambaran manusia ideal adalah merupakan gambaran pribadi manusia yang
utuh, dimana cipta, rasa, karsa dan karya dapat menempati fungsinya
masing-masing dengan harmonis, untuk kemudian berjalan seiring menuju
cita-cita yang luhur. Dengan demikian menjadi jelas bahwa antara Ksatria
dan panakawan mempunyai hubungan signifikan. Tokoh ksatria akan
berhasil dalam hidupnya dan mencapai cita-cita ideal jika didasari
sebuah pikiran jernih (cipta), hati tulus (rasa), kehendak, tekad bulat
(karsa) dan mau bekerja keras (karya).
Simbolisasi ksatria dan empat abdinya, serupa dengan 'ngelmu' sedulur
papat lima pancer. Sedulur papat adalah panakawan, lima pancer adalah
ksatriya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar