Ditulis dalam AJARAN DAN PEMIKIRAN SYEKH SITI JENAR pada 10:46 am
Kepada Yth Pembaca Yang Budiman,
Artikel
ini disampaikan untuk menambah wacana dan referensi untuk memperkaya
pemahaman dan bisa juga untuk tujuan menambah perbendaharaan pengetahuan
ajaran-ajaran jawa semata. Soal benar dan salah ajaran beliau, kami
mohon agar para pembaca bisa arif dan bijaksana. Terima kasih. (Editor)
Ketika
dihadapkan pada peradaban baru, banyak di antara manusia yang memilih
jalan yang dianggap benar. Jalan wali adalah salah satu yang mungkin
bisa membawa manusia memasuki peradaban yang penuh
dengan kesadaran untuk menuju Tuhan, karena jalan wali adalah jalan menuju pembebasan…..
dengan kesadaran untuk menuju Tuhan, karena jalan wali adalah jalan menuju pembebasan…..
Syekh
Siti Jenar adalah salah satu wali yang memiliki ajaran dan pemikiran
kontroversial. Banyak ulama melihat ajaran Beliu dari sudut pandang
tasawwuf dan menjadikan persoalan yang timbul menjadi lain, karena
dianggap menyesatkan tetapi justru menjadi suatu ajaran yang sudah
mencapai derajat ”fana”.
Apa dan bagaimana ajaran dan pemikiran
Syekh Siti Jenar yang telah menemukan ”sejati ning urip” hidup yang
lahir. Apakah ajaran dan pemikiran Beliu dapat kita petik untuk bekal
kehidupan atau malah menyesatkan ….
Mari kita ungkap ajaran-ajaran Beliu serta membuka misteri yang selama ini masih menjadi teka-teki yang belum terpecahkan,sbb:
140 AJARAN DAN PEMIKIRAN SYEKH SITI JENAR
001.
…. tidak usah kebanyakan teori semu, karena sesungguhnya ingsun (saya)
inilah Allah. Nyata ingsun yang sejati, bergelar Prabu Satmata, yang
tidak ada lain kesejatiannya yang disebut sebangsa Allah.
002.
Jika ada seseorang manusia yang percaya kepada kesatuan lain selain
Allah SWT, maka ia akan kecewa karena ia tidak akan memperoleh apa yang
ia inginkan.
003. Allah itu adalah keadaanku, lalu mengapa
kawan-kawanku sama memakai penghalang? Dan sesungguhnya aku ini adalah
haq Allah pun tiada wujud dua; saya sekarang adalah Allah, nanti Allah,
dzahir bathin tetap Allah, kenapa kawan-kawan masih memakai pelindung?.
004.
Sebenarnya keberadaan dzat yang nyata itu hanya berada pada mantapnya
tekad kita, tandanya tidak ada apa-apa, tetapi harus menjadi segala niat
kita yang sungguh-sungguh.
005. Tidak usah banyak bertingkah,
saya ini adalah Tuhan. Ya, betul betul saya ini adalah Tuhan yang
sebenarnya, bergelar Prabu Satmata, ketahuilah bahwa tidak ada tuhan
yang lain selain saya.
006. Saya ini mengajarkan ilmu untuk
betul-betul dapat merasakan adanya kemanunggalan. Sedangkan bangkai itu
selamanya tidak ada. Adapun yang dibicarakan sekarang adalah ilmu yang
sejati yang dapat membuka tabir kehidupan. Dan lagi semuanya sama. Tidak
ada tanda secara samar-samar, bahwa benar-benar tidak ada perbedaan
yang bagaimanapun, saya akan tetap mempertahankan tegaknya ilmu
tersebut.
007. Bahwa sesungguhnya, lafadz Allah yaitu kesaksian
akan Allah, yang tanpa rupa dan tiada tampak akan membingungkan orang,
karena diragukan kebenarannya. Dia tidak mengetahui akan diri pribadinya
yang sejati, sehingga ia menjadi bingung. Sesungguhnya nama Allah itu
untuk menyebut wakil-Nya, diucapkan untuk menyatakan yang dipuja dan
menyatakan suatu janji. Nama itu ditumbuhkan menjadi kalimat yang
diucapkan Muhammad Rasulullah.
008. ….. padahal sifat kafir
berwatak jisim, yang akan membusuk, hancur lebur bercampur tanah. Lain
jika kita sejiwa dengan Dzat Yang Maha Luhur. Ia gagah berani, Maha
Sakti dalam syarak, menjelajahi alam semesta. Dia itu pangeran saya,
yang mengusai dan memerintah saya, yang bersifat wahdaniyah, artinya
menyatukan diri denga ciptaan-Nya. Ia dapat abadi mengembara melebihi
peluru atau anak sumpit, bukan budi bukan nyawa, bukan hidup tanpa asal
dari manapun, bukan pula kehendak tanpa tujuan. Dia itu yang bersatu
padu dengan wujud saya. Tiada susah payah, kodrat dan kehendak-Nya,
tiada kenal rintangan, sehingga pikiran keras dari keinginan luluh tiada
berdaya. Maka timbullah dari jiwa raga saya kearif-bijaksanaan saya
menjumpai ia sudah ada di sana.
009. Syehk Lemah Bang namaku,
Rasulullah ya aku sendiri, Muhammad ya aku sendiri,Asma Allah itu
sesungguhya dirilu, ya akulah yang menjadi Allah ta’ala.
010. Jika
Anda menanyakan di mana rumah Tuhan, maka jawabnya tidaklah sukar.
Allah berada pada Dzat yang tempatnya tidak jauh, yaitu berada dalam
tubuh manusia. Tapi hanya orang yang terpilih saja yang bisa melihatnya,
yaitu orang-orang suni.
011. Rahasia kesadaran kesejatian
kehidupan, ya ingsun ini kesejahteraan kehidupan, engkau sejatinya
Allah, ya ingsun sejatinya Allah; yakni wujud yang berbentuk itu sejati
itu sejatinya Allah, sir (rahasia) itu Rasulullah, lisan (pengucap) itu
Allah, jasad Allah badan putih tanpa darah, sir Allah, rasa Allah,
rahasia rasa kesejatian Allah, ya ingsun (aku) ini sejatinya Allah.
012.
Adanya kehidupan itu karena pribadi, demikian pula keinginan hidup
itupun ditetapkan oleh diri sendiri, tidak mengenal roh, yang
melestarikan kehidupan, tiada turut merasakan sakit ataupun lelah. Suka
dukapun musnah karena tidak diinginkan oleh hidup. Dengan demikian
hidupnya kehidupan itu berdiri sendiri.
013. Dzat wajibul maulana
adalah yang menjadi pemimpin budi yang menuju ke semua kebaikan. Citra
manusia hanya ada dalam keinginan yang tunggal. Satu keinginan saja
belum tentu dapat dilaksanankan dengan tepat, apalagi dua. Nah cobala
untuk memisahkan Dzat wajibul maulana dengan budi, agar supaya manusia
dapat menerima keinginan yang lain.
014. Hyang Widi, kalau
dikatakan dalam bahasa di dunia ini adalah baka bersifat abadi, tanpa
antara tiada erat dengan sakit apapun rasa tidak enak, ia berada baik
disana, maupun di sini, bukan ini bukan itu. Oleh tingkah yang banyak
dilakukan dan yang tidak wajar, menuruti raga, adalah sesuatu yang baru.
015. Gagasan adanya badan halus itu mematikan kehendak manusia.
Di manakah adanya Hyang Sukma, kecuali hanya diri pribadi. Kelilingilah
cakrawala dunia, membubunglah ke langit yang tinggi, selamilah dalam
bumi sampai lapisan ke tujuh, tiada ditemukan wujud yang mulia.
016.
Kemana saja sunyi senyap adanya; ke Utara, Selatan, Barat, Timur dang
Tengah, yang ada di sana hanya adanya di sini. Yang ada di sini bukan
wujud saya. Yang ada dalam diriku adalah hampa dan sunyi. Isi dalam
daging tubuh adalah isi perut yang kotor. Maka bukan jantung bukan otak
yang pisah dari tubuh, laju peasat bagaikan anak panah lepas dari busur,
menjelajah Mekkah dan Madinah.
017. Saya ini bukan budi, bukan
angan-angan hati, bukan pikiran yang sadar, bukan niat, buka udara,
bukan angin, bukan panas, dan bukan kekosongan atau kehapaan. Wujud saya
ini jasad, yang akhirnya menjadi jenazah, busuk bercampur tanah dan
debu. Napas saya mengelilingi dunia, tanah, api, air, dan udara kembali
ke tempat asalnya, sebab semuanya barang baru bukan asli.
018.
Maka saya ini Dzat sejiwa yang menyatu, menyukma dalam Hyang Widi.
Pangeran saya bersifat Jalil dan Jamal, artinya Maha Mulia dan Maha
Idah. Ia tidak mau sholat atas kehendak sendiri, tidak pula mau
memerintah untuk shalat kepada siapapun. Adapun shalat itu budi yang
menyuruh, budi yang laknat dan mencelakakan, tidak dapat dipercaya dan
dituruti, karena perintahnya berubah-ubah. Perkataannya tidak dapat
dipegang, tidak jujur, jika dituruti tidak jadi dan selalu mengajak
mencuri.
019. Syukur kalau saya sampai tiba di dalam kehidupan
yang sejati. Dalam alam kematian ini saya kaya akan dosa. Siang malam
saya berdekatan dengan api neraka. Sakit dan sehat saya temukan di dunia
ini. Lain halnya apabila saya sudah lepas dari alam kematian. Saya akan
hidup sempurna, langgeng tiada ini dan itu.
020. Menduakan kerja
bukan watak saya. Siapa yang mau mati dalam alam kematian orang kaya
akan dosa. Balik jika saya hidup yang tak kekak ajal, akan langeng hidup
saya, tida perlu ini dan itu. Akan tetapi saya disuruh untuk memilih
hidup ayau mati saya tidak sudi. Sekalipun saya hidup, biar saya sendiri
yang menetukan.
021. …….Betapa banyak nikmat hidup manfaatnya
mati. Kenikmatan ini dijumpai dalam mati, mati yang sempurna teramat
indah, manusia sejati adalah yang sudah meraih ilmu. Tiada dia mati,
hidup selamanya, menyebutnya mati berarti syirik, lantaran tak tersentuh
lahat, hanya beralih tempatlah dia memboyong kratonnya.
022. Aku
angkat saksi dihadapan Dzat-KU sendiri, susungguhnya tidak ada Tuhan
selain Aku. Dan Aku angkat saksi sesungguhnya Muhammad itu utusan-KU,
susungguhny yang disebut Allah adalah ingsun (aku) diri sendiri. Rasul
itu rasul-KU, Muhammad itu cahaya-KU, aku Dzat yang hidup yang tak kena
mati, Akulah Dzat yang kekal yang tidak pernah berubah dalam segala
keadaan. Akulah Dzat yang bijaksana tidak ada yang samar sesuatupun,
Akulah Dzat Yang Maha Menguasai, Yang Kuasa dan Yang Bijaksana, tidak
kekurangan dalam pegertian, sempurna terang benderang, tidak terasa
apa-apa, tidak kelihatan apa-apa, hanyalah aku yang meliputi sekalian
alam dengan kodrat-KU.
023. Janganlah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah keberadaan Allah. Disebut Imannya Iman.
024. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah tempat manunggalnya Allah. Disebut Imannya Tauhid.
025. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah sifatnya Allah. Disebut Imannya Syahadat.
026. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kewaspadaan Allah. Disebut Imannya Ma’rifat.
027. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah menghadap Allah. Disebut Imannya Shalat.
028. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kehidupannya Allah. Disebut Imannya Kehidupan.
029. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kepunyaan dan keagungan Allah. Disebut Imannya Takbir.
030. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, sebab engkau adalah pertemuan Allah. Disebut Imannya Saderah.
031. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah kesucian Allah. Disebut Imannya Kematian.
032. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, sebab engkau adalah wadahnya Allah. Disebut Imannya Junud.
033.
Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah
bertambahnya nikmat dan anugrah Allah. Disebut Imannya Jinabat.
034. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah asma Nama Allah. Disebut Imannya Wudlu.
035. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah ucapan Allah. Disebut Imannya Kalam.
036. Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah juru bicara Allah. Disebut Imannya Akal.
037.
Jangalah ragu dan janganlah menyekutukan, karena engkau adalah wujud
Allah, yaitu tempat berkumpulnya seluruh jagad makrokosmos, dunia
akhirat, surga neraka,arsy kursi, loh kalam, bumi langit, manusia, jin,
iblis laknat, malaikat, nabi, wali, orang mukmin, nyawa semua, itu
berkumpul di pucuknya jantung, yang disebut alam khayal (ala al-khayal).
Disebut Imannya Nur Cahaya.
038. Yang disebut kodrat itu yang
berkuasa, tiada yang mirip atau yang menyamai. Kekuasannya tanpa
piranti, keadaan wujudnya tidak ada baik luar maupun dalam merupakan
kesatuan, yang beraneka ragam.
039. Iradat artinya kehendak yang
tiada membicarakan, ilmu untuk mengetahui keadaan, yang lepas jah dari
panca indra bagaikan anak gumpitan lepas tertiup.
040. Inilah
maksudnya syahadat: Asyhadu berarti jatuhnya rasa, Ilaha berarti
kesetian rasa, Ilallah berarti bertemunya rasa, Muhammad berartihasil
karya yang maujud dan Pangeran berarti kesejatian hidup.
041.
Mengertilah bahwa sesungguhnya inisyahadat sakarat, jika tidak tahu maka
sakaratnya masih mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya hanya
sperti hewan.
042. Syahadat allah, allah badan lebur menjadi
nyawa, nyawa lebur menjadi cahaya, cahaya lebur menjadi roh, roh lebur
menjadi rasa, rasa lebur sirna kembali kepada yang sejati, tinggalah
hanya Allah semata yang abadi dan terkematian. (Terjemahan dalam Bahasa
Indonesia).
043. Syahadat Ananing Ingsun, Asyhadu keberadaan-KU,
La Ilaha bentuk wajahku, Ilallah Tuhanku, sesungguhnya tidak ada Tuhan
selain Aku, yaitu badan dan nyawa seluruhnya. (Terjemahan dalam Bahasa
Indonesia).
044. Syahadat Panetep Panatagana yaitu, yang menjdai
bertempatnya Allah, menghadap kepada Allah, bayanganku adalah roh
Muhammad, yaitu sejatinya manusia, yaitu wujudnya yang sempurna.
(Terjemahan dalam Bahasa Indonesia).
045. Kenikmatan mati tak
dapat dihitung ….tersasar, tersesat, lagi terjerumus, menjadikan
kecemasan, menyusahkan dalam patihnya, justru bagi ilmu orang remeh…..
046.
Segala sesuatu yang wujud, yang tersebar di dunia ini, bertentangan
denga sifat seluruh yang diciptakan, sebab isi bumi itu angkasa yang
hampa.
047. Shalat limakali sehari adalah pujian dan dzikir yang
merupakan kebijaksanaan dalam hati menurut kehendak pribadi. Benar atau
salah pribadi sendiri yang akan menerima, dengan segala keberanian yang
dimiliki.
048. Pada permulaan saya shalat, budi saya mencuri, pada
waktu saya dzikir, budi saya melepaskan hati, menaruh hati kepada
seseorang, kadang-kadang menginginkan keduniaan yang banyak, lain dengan
Dzat Maha yang bersama diriku, Nah, saya inilah Yang Maha Suci, Dzat
Maulana yang nyata, yang tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat
dibayangkan.
049. Syahadat, shalat, dan puasa itu adalah amalan
yang tidak diinginkan, oleh karena itu tidak perlu dilakukan. Adapun
zakat dan naik haji ke Makkah, keduanya adalah omong kosong. Itu semua
adalah palsu dan penipuan terhadap sesama manusia. Menurut para auliya’
bila manuasia melakukannya maka dia akan dapat pahala itu adalah omong
kosong, dan keduanya adalah orang yang tidak tahu.
050. Tiada
pernah saya menuruti perintah budi, bersujud-sujud di masjid mengenakan
jubah, pahalanya besok saja, bila dahi sudah menjadi tebal, kepala,
berbelang. Sesungguhnya hal itu tidak masuk akal. Di dunia ini semua
manusia adalah sama. Mereaka semua mengalami suka duka, menderita sakit
dan duka nestapa, tiada bedanya satu dengan yang lain. Oleh karena itu
saya, Siti Jenar, hanya setia pada satu hal, saja, yaitu Gusti Dzat
Maulana.
051. ….Gusti Dzat Maulana. Dialah yang luhur dan sangat
sakti, yang berkuasa Maha Besar, lagi pula memiliki dua puluh sifat,
kuasa atas segala kehendak-Nya. Dialah Maha Kuasa pangkal mula segala
ilmu, Maha Mulia, Maha Indah, Maha Sempurna, Maha Kuasa, Rupa warna-nya
tanpa cacat, seperti hamba-Nya. Di dalam raga manusia ia tiada tanpak.
Ia sangat sakti menguasai segala yang terjadi, dan menjelajahi seluruh
alam semesta, Ngindraloka.
052. Hyang Widi, wjud yang tak tampak
oleh mata, mirip dengan ia sendiri, sifat-sifatnya mempunyai wujud,
sperti penampakan raga yang tiada tanpak. Warnanya melambangkan
keselamatan, tetapi tanpa cahaya atau teja, halus, lurus terus menerus,
menggambarkan kenyataan tiada dusta, ibaratnya kekal tiada bermula,
sifat dahulu yang meniadakan permulaan, karena asal diri pribadi.
053.
Mergertilah bahwa sesungguhnya ini syahadat sakarat, jika tidak tahu
maka sekaratnya masih mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya hanya
seperti hewan.
054. Syekh Siti Jenar mengetahui benar di mana
kemusnahan anta ya mulya, yaitu Dzat yang melanggengkan budi,
berdasarkan dalil ramaitu, ialah dalil yang dapat memusnahkan beraneka
ragam selubung, yaitu dapat lepas bagaikan anak panah, tiada dapat
diketahui di mana busurnya. Syari’at, tarekat, hakekat, dan ma’rifat
musnah tiada terpikirkan. Maka sampailah Syekh Siti Jenar di istana
sifat yang sejati.
055. Kematian ada dalam hidup, hidup ada dalam
mati. Kematian adalah hidup selamanya yang tidak mati, kembali ke tujuan
dan hidup langgeng selamanya, dalam hidup ini adalah ada surga dan
neraka yang tidak dapat ditolak oleh manusia. Jika manusia masuk surga
berarti ia senang, bila manusia bingung, kalut, risih, muak, dan
menderita berarti ia masuk neraka. Maka kenikmatan mati tak dapat
dihitung.
056. Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan panca
indera. Panca indera ini merupakan barang pinjaman, yang jika sudah
diminta oleh yang mempunyai, akan menjadi tanah dan membusuk, hancur
lebur bersifat najis. Oleh karena itu panca indera tidak dapat dipakai
sebagai pedoman hidup. Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan
kesadaran, berasal dari panca indera, tidak dapat dipakai sebagai
pegangan hidup. Akal dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa, tidur dan
sering kali tidak jujur. Akal itu pula yang siang malam mengajak kita
berbuat dengki, bahkan merusak kebahagiaan orang lain. Dengki juga akan
menimbulkan kejahatan, kesombongan yang pada akhirnya membawa manusia ke
dalam kenistaan dan menodai citranya. Kalau sudah sampai sedemikian
parahnya manusia biasanya baru menyesali perbuatannya.
057. Apakah
tidak tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, tulang, dan sumsum
busa rusak dan bagaimana cara Anda memperbaikinya. Biarpun bersembahyang
seribu kali setiap barinya akhirnya mati juga. Meskipun badan Anda,
Anda tutupi akhirnya kena debu juga. Tetapi jika penampilan bentuknya
seperti Tuhan, apakah para wali dapat membawa pulang dagingnya, saya
rasa tidak dapat. Alam semesta ini adalah baru. Tuhan tidak akan
membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat dunia ini dua
kali dan juga tidak akan membuat tatanan baru.
058. Segala sesuatu
yang terjadi di alam ini pada hakikatnya adalah perbuatan Allah.
Berbagai hal yang dinilai baik maupun buruk pada hakikatnya adalah dari
Allah juga. Jadi sangat salah besar bila ada yang menganggap bahwa yang
baik itu dari Allah dan yang buruk adalah dari selain Allah. Oleh karena
itu Af’al allah harus dipahami dari dalam dan dari luar diri manusia.
Misalnya saat manusia menggoreskan pensil, di situlah terjadi perpaduan
dua kemampuan kodrati yang dipancarkan oleh Allah kepada makhluk-Nya,
yaitu kemampuan gerak pensil. Tanah yang terlempar dari tangan seseorang
itu adalah berdasar kemampuan kodrati gerak tangan seseorang,
”maksudnya bukanlah engkau yang melempar, melainkan allah yang melempar
ketika engkau melempar.
059. Di dunia ini kita merupakan
mayat-mayat yang cepat juga akan menjadi rusak dan bercampur tanah.
Ketahuilah juga bahwa apa yang dinamakan kawulo-gusti tidak berkaitan
dengan seorang manusia biasa seperti yang lain-lain. Kawulo dan Gusti
itu sudah ada dalam diriku, siang dan malam tidak dapat memisahkan
diriku dari mereka. Tetapi hanya untuk saat ini nama kawula-gusti itu
belaku, yakni selama saya mati. Nanti kalau saya sudah hidup lagi, gusti
dan kawulo lenyap, yang tinggal hanya hidupku sendiri, ketentraman
langgeng dalam Anda sendiri. Bial kamu belum menyadari kata-kataku, maka
dengan tepat dapat dikatakan bahwa kamu masih terbenam dalam masa
kematian. Di sini memang terdapat banyak hihuran macam warna. Lebih
banyak lagi hal-hal yang menimbulkan hawa nafsu. Tetapi kau tidak
melihat, bahwa itu hanya akibat panca indera. Itu hanya impian yang sama
sekali tidak mengandung kebenaran dan sebentar lagi akan cepat lenyap.
Gilalah orng yang terikat padanya. Saya tidak merasa tertarik, tak sudi
tersesat dalam kerajaan kematian, satu-satunya yang ku usahakan ualah
kembali kepada kehidupan.
060. Bukan kehendak, angan-angan, bukan
ingatan, pikir atau niat, hawa nafsupun bukan, bukan juga kekosongan
atau kehampaan, penampilanku bagai mayat baru, andai menjadi gusti
jasadku dapat busuk bercampur debu, napsu terhembus ke segala penjuru
dunia, tanah, api, air kembali sebagai asalnya, yaitu kembali menjadi
baru.
061. Bumi, langit dan sebagainya adalah kepunyaan seluruh
manusia. Manusialah yang memberi nama. Buktinya sebelum saya lahir tidak
ada.
062. Sesungguhnya pada hakikatnya tidak ada perbedaan antara
ajaran Islam dengan Syiwa Budha. Hanya nama, bahasa, serta tatanan yang
berbeda. Misalnya dalam Syiwa Budha dikenal Yang Maha Baik dan Pangkal
Keselamatan, sementara dalam Islam kita mengenal Allah al Jamal dan as
Salam. Jika Syiwa dkenal sebagai pangkal penciptaan yang dikenal dengan
Brahmana maka dalam Islam kita mengenal al Khaliq. Syiwa sebagai
penguasa makhluk disebut Prajapati, maka dalam Islam kita mengenal al
Maliku al Mulki. Jika Syiwa Maha Pemurah dan Pengasih disebut Sankara,
maka dalam Islam kita mengena ar-Rahman dan ar-Rahim.
063.
Kehilangan adalah kepedihan. Berbahagialah engkau, wahai musafir papa,
yang tidak memiliki apa-apa maka tidak akan pernah kehilangan apa-apa.
064.
Jika engkau kagum kepada seseorang yang engkau anggap Wali Allah,
jangan engkau terpancang pada kekaguman akan sosok dan perilaku yang
diperbuatnya. Sebab saat seseorang berada pada tahap kewalian, maka
keberadaab dirinya sebagi manusia telah lenyap, tenggelam ke dalam
al Waly.
065. Kewalian bersifat terus menerus, hanya saja
saat tenggelam dalam al Waly. Berlangsungnya Cuma beberapa saat. Dan
saat tenggelam ke dalam al Waly itulah sang wali benar-benar menjadi
pengejawantahan al Waly. Lanaran itu sang wali memiliki kekeramatan yang
tidak bisa diukur dengan akal pikiran manusia, dimana karamah itu
sediri pada hakekatnya pengejawantahan al Waly. Dan lantaran itu pila
yang dinamakan karamah adalah sesuatu diluar kehendak sang wali pribadi.
Semua itu semata-mata kehendak-Nya mutlak.
066. Kekasih Allah itu
ibarat cahaya. Jika ia berada di kejahuan, kelihatan sekali terangnya.
Namun jika cahaya itu didekatkan ke mata, mata kita akan silau dan tidak
bisa melihatnya dengan jelas. Semakin dekat cahaya itu kemata maka kita
akan semakin buta tidak bisa melihatnya.
067. Engkau bisa
melihat cahaya kewalian pada diri seseorang yang jauh darimu. Nemun
engkau tidak bisa melihat cahaya kewalian yang memancar dari diri
orang-orang yang terdekat denganmu.
068. Saya hanya akan memberi
sebuah petunjuk yang bisa digunakan untuk meniti jembatam (shiratal
mustaqim) ajaib ke arahnya. Saya katakan ajaib karena jembatan itu bisa
menjauhkan sekaligus mendekatkan jarak mereka yang meniti dengan tujuan
yang hendak dicapai.
069. Bagi kalangan awan, istighfar lazimnya
dipahami ebagai upaya memohon ampun kepada Allah sehingga mereka
memperoleh pengampunan. Tetapi bagi para salik, istighfar adalah upaya
pembebasan dari belenggu kekakuan kepada Allah sehingga memperoleh ampun
yang menyingkap tabir ghaib yang menyelubungi manusia. Sesungguhnya di
dalam asma al Ghaffar terangkum makna Maha Pengampun dan juga Maha
menutupi, Maha Menyembunyikan dan Maha Menyelubungi.
070. Semua
itu terika itu benar, hanya nama dan caranya saja yang berbeda. Justru
”cara” itu menjadi salah dan sesat ketika sang salik melihat menilai
terlalu tinggi ”cara” yang diikutinya sehinga menafikan ”cara” yang
lain.
071. Semua rintangan manusia itu berjumlah tujuh, karena
kita adalah makhluk yang hidup di atas permukaan bumi. Allah
membentangkan tujuh lapis langit yang kokoh di atas kita, sebagaimana
bumipun berlapis tujuh, dan samuderapun berlapis tujuh. Bahkan neraka
berlapis tujuh. Tidakkah anda ketahui bahwa suragapun berjumlah tujuh.
Tidakkah Anda ketahui bahwa dalam beribadaaah kepada Allah manusia
diberi piranti tujuh ayat yang diulang-ulang dari Al-Quran untuk
menghubungkang dengan-Nya? Tidakkah Anda sadari bahwa saat Anda sujud
anggota badan Anda yang menjadi tumpuan?
072. Di dunia manusia
mati. Siang malam manusia berpikir dalam alam kematian, mengharap-harap
akan permulaan hidupnya. Hal ini mengherankan sekali. Tetapi
sesungguhnya manusia di dunia ini dalam alam kematian, sebab di dunia
ini banyak neraka yang dialami. Kesengsaraan, panas, dingin,
kebingungan, kekacauan, dan kehidupan manusia dalam alam yang nyata.
073.
Dalam alam ini manusia hidup mulia, mandiri diri pribadi, tiada
diperlukan lantaran ayah dan ibu. Ia beberbuat menurut keingginan
sendiri tiada berasal dari angin, air tanah, api, dan semua yang serba
jasad. Ia tidak menginginkan atau mengaharap-harapkan kerusakan apapun.
Maka apa yang disebut Allah ialah barang baru, direka-reka menurut
pikiran dan perbuatan.
074. Orang-orang muda dan bodoh banyak yang
diikat oleh budi, cipta iblis laknat, kafir, syetan, dan angan-angan
yang muluk-muluk, yang menuntun mereka ke yang bukan-bukan. Orang jatuh
ke dalam neraka dunia karena ditarik oleh panca indera, menuruti nafsu
catur warna : hitam, merah, kuning, serta putih, dalam jumlah yang besar
sekali, yang masuk ke dalam jiwa raganya.
075. Saya merindukan
hidup saya dulu, tatkala saya masih suci tiada terbayangkang, tiada
kenal arah, tiada kenal tempat, tiada tahu hitam, merah, putih, hijau,
biru dan kuning. Kapankah saya kembali ke kehidupan saya yang dulu?
Kelahiranku di dunia alam kematian itu demikian susah payahnya karena
saya memiliki hati sebagai orang yang mengandung sifat baru.
076.
Kelahiranku di dunia kematian itu demikian susah payahnya karena saya
memiliki hati sebagai orang yang mengandung sifat baru.
077.
Keinginan baru, kodrat, irodat, samak, basar dan ngaliman )’aliman).
Betul-betul terasa amat berat di alam kematian ini. Panca pranawa kudus,
yaitu lima penerangan suci, semua sifat saya, baik yang dalam maupun
yang luar, tidak ada yang saya semuanya iti berwujud najis, kotor dan
akan menjadi racun. Beraneka ragam terdapat tersebut dalam alam kematian
ini. Di dunia kematian, manusia terikat oleh panca indera, menggunakan
keinginan hidup, yang dua puluh sifatnya, sehingga saya hampir
tergila-gila dalam dan kematian ini.
078. Hidup itu bersifat baru
dan dilengkapi dengan panca indera. Panca indera ini merupakan barang
pinjaman, yang jika sudah diminta oleh yang mempunyai, akan menjadi
tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat najis, oleh karena itu panca
indera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup. Demikian pula budi,
pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal dari panca indera, tidak
dapat dipakai sebagai pandangan hidup. Akal dapat menjadi gila, sedih,
bingung, lupa, tidur dan sering kali tidak jujur. Akal itu pula yang
siang malam mengajak kita berbuat dengki, bahkan merusak kebahagian
orang lain. Dengki juga akan menimbulkal kejahatan, kesombongan yang
pada akhirnya membawa manusia ke dalam kenistaan dan menodai citranya.
Kalau sudah samapai sedemikian parahnya manuasia biasanya baru menyesali
perbuatannya.
079. Apakah tidak tahu bahwa penampilan bentuk
daging, urat, sungsum, bisa merusak dan bagaimana cara anda
memperbaikinya. Biarpun bersembahyang seribu kali tiap harinya akhirnya
mati juga. Meskipun badan anda, anda tutupi akhirnya kena debu juga.
Tetapi jika penampilan bentuknya seperti Tuhan, apakah para wali dapat
membawa pulang dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini adalah
baru. Tuhan tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan
membuat tatanan baru.
080. mayat-mayat berkeliaran kemana-mana,
ke Utara dan ke Timur, mencari makan dan sandang yang bagus dan permata
serta perhiasan yang berkilauan, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah
mayat-mayat belaka. Yang naik kereta, dokar atau bendi itu juga mayat,
meskipun seringkali ia berwatak keji terhadap sesamanya.
081.
Orang yang dihadapi oleh hamba sahayanya, duduk di kursi, kaya raya,
mempunyai tanah dan rumah yang mewah, mereka sangat senang dan bangga.
Apakah ia tidak tahu, bahwa semua benda yang terdapat di dunia akan
musnah menjadi tanah. Meskipun demikia ia bersifat sombong lagi congkak.
Oh, berbelas kasihan saya kepadanya. Ia tidak tahu akan sifat-sifat dan
citra dirinya sebagai mayat. Ia merasa dirinya yang paling cukup
pandai.
082. Di alam kematian ada surga dan neraka, dijumpai
untung serta sial. Keadaan di dunia seperti ini menurut Syekh Siti
Jenar, sesuai dengan dalil Samarakandi ”al mayit pikruhi fayajitu
kabilahu” artinya Sesungguhnya orang yang mati, menemukan jiwa raga dan
memperoleh pahala surga serta neraka.
083. ”Keadaan itulah yang
dialami manusia sekarang” demikian pendapat Syekh Siti Jenar, yang pada
akhirnya Siti Jenar siang malam berusaha untuk mensucikan budi serta
menguasai ilmu luhur dengan kemuliaan jiwa.
084. Di alam kematian
terdapat surga dan neraka, yakni bertemu dengan kebahagian dan
kecelakaan, dipenuhi oleh hamparan keduniawian. Ini cocok dengan dalil
Samarakandi analmayit pikutri, wayajidu katibahu. Sesungguhnya orang
mati itu akan mendapatkan raga bangkainya, terkena pahala surga serta
neraka.
085. Surga neraka tidaklah kekal dan dapat lebur, ataupun
letaknya hanya dalam rasa hati masing-masing pribadi, senang puas itulah
surga, adapun neraka ialah jengkel, kecewa dalam hati. Bahwa surga
neraka terdapat dia akhirat. Itulah hal yang semata khayal tidak
termakan akal.
086. Sesungguhnya, meurut ajaran Islam pun, surga
dan neraka itu tidak kekal. Yang menganggap kekal surga neraka itu
adalah kalangan awam. Sesungguhnya mereka berdua wajib rusak dan binasa.
Hanya Allah Dzat yang wajib abadi, kekal, langgeng, dan azali.
087.
Sesungguhnya, tempat kebahagian dan kemulian yang disebut swarga oleh
orang-orang Hindu-Budha, di dalam Islam disebut dengan nama Jannah
(taman), yang bermakna tempat sangat menyenangkan yang di dalamnya hanya
terdapat kebahagian dan kegembiraan. Hampir mirip dengan swarga yang
dikenal di dalam Syiwa-Budha, di dalam Islam dikenal ada tujuh surga
besar yang disebut ’alailliyyin,al-Firdaus, al-Adn, an-Na’im, al-Khuld,
al-Mawa, dan Darussalam. Di surga-surga itulah amalan orang-orang yang
baik ditempatkan sesuai amal ibadahnya selam hidup di dunia.
088.
Sementara itu, tidak berbeda dengan ajaran Syiwa-Budha yang meyakini
adanya Alam Bawah, yaitu neraka yang bertingkat-tingkat dan jumlahnya
sebanyak jenis siksaan, Islam pun mengajarkan demikian. Jika dalam
ajaran Syiwa-Budha dikenal ada tujuh neraka besar yaitu, Sutala, Wtala,
Talata, Mahatala, Satala, Atala, dan Patala. Maka dalam Islam juga
dikenal tingkatan neraka yaitu, Jahannam, Huthama, Hawiyah, Saqar,
Jahim, dal Wail.
089. Sebetulnya yang disebut awal dan akhir itu
berda dalam cipta kita pribadi, seumpama jasad di dalam kehidupan ini
sebelum dilengkapi dengan perabot lengkap, seperti umur 60 tahun, disitu
masih disebut sebagai awal, maka disebut masyriq (timur) yang maknanya
mengangkat atau awal penetapan manusia, serta genapnya hidup.
090.
Yang saya sebut Maghrib (Barat) itu penghabisan, maksudnya saat
penghabisan mendekati akhir, maksudnya setelah melali segala hidup di
dunia. Maka, sejatinya awal itu memulai, akhir mengakhiri. Jika memang
bukan adanya zaman alam dunia atau zaman akhirat, itu semua masih dalam
keadaan hidup semua.
091. Untuk keadaan kematian saya sebut
akhirat, hanyalah bentuk dari bergantinya keadaan saja. Adapun
sesungguhnya mati itu juga kiamat. Kiamat itu perkumpulan, mati itu roh,
jadi semua roh itu kalau sudah menjadi satu hanya tinggal
kesempurnaannya saja.
092. Moksanya roh saya sebut mati, karena
dari roh itu terwujud keberadaan Dzat semua, letaknya kesempurnaan roh
itu adalah musnahnya Dzat. Akan tetapi bagi penerapan ma’rifat hanya
yang waspada dan tepat yang bisa menerapkan aturannya. Disamping semua
itu, sesungguhnya semuanya juga hanya akan kembali kepada asalnya
masing-masing.
093. Ketahuilah, bahwa surga dan neraka itu dua
wujud, terjadinya dari keadaan, wujud makhluk itu dari kejadian. Surga
dan neraka sekarang sudah tampak, terbentuk oleh kejadian yang nyata.
094.
Saya berikan kiasan sebagai tanda bukti adanya surga, sekarang ini sama
sekali berdasarkan wujud dan kejadian di dunia. Surga yang luhur itu
terletak dalam perasaan hati yang senang. Tidak kurang orang duduk dalam
kereta yang bagus merasa sedih bahkan menangis tersedu-sedu, sedang
seorang pedagang keliling berjalan kaki sambil memikul barang
dangangannya menyanyi sepanjang jalan. Ia menyanyikan berbagai macam
lagu dengan suara yang terdengar mengalun merdu, sekalipun ia memikul,
menggendong, menjinjing atau menyunggi barang dagangannya pergi ke
Semarang. Ia itu menemukan surganya, karena merasa senang dan bahagia.
Ia tidur di rumah penginapan umum, berbantal kayu sebagai kalang kepala,
dikerumuni serangga penghisap darah, tetapi ia dapat tidur nyenyak.
095.
Orang disurga segala macam barang serba ada, kalau ingin bepergian
serba enak, karena kereta bendi tersedia untuk mondar-mandir kemana
saja. Tetapi apabila nerakanya datang, menangislah ia bersama istri atau
suaminya dan anak-anaknya.
096. Manusia yang sejati itu ialah
yang mempunyai hak dan kekuasaan Tuhan yang Maha Kuasa, serta mandiri
diri pribadi. Sebagai hamba ia menjadi sukma, sedang Hyang Sukma menjadi
nyawa. Hilangnya nyawa bersatu padu dengan hampa dan kehampaan ini
meliputi alam semesta.
097. Adanya Allah karena dzikir, sebab
dengan berdzikir orang menjadi tidak tahu akan adanya Dzat dan
sifat-sifatnya. Nama untuk menyebut Hyang Manon, yaitu Yang Maha Tahu,
menyatukan diri hingga lenyap dan terasa dalam pribadi. Ya dia ya saya.
Maka dalam hati timbul gagagasan, bahwa ia yang berdzikir menjadi Dzat
yang mulia. Dalam alam kelanggengan yang masih di dunia ini, dimanapun
sama saja, hanya manusia yang ada. Allah yang dirasakan adanya waktu
orang berdzikir, tidak ada, jadi gagasan yang palsu, sebab pada
hakikatnya adanya Allah yang demikian itu hanya karena nama saja.
098.
Manusia yang melebihi sesamanya, memiliki dua puluh sifat, sehingga
dalam hal ini antara agama Hindu-Budha Jawa dan Islam sudah campur. Di
samping itu roh dan nama sudah bersatu. Jadi tiada kesukaran lagi
mengerti akan hal ini dan semua sangat mudah dipahami.
099.
Manusia hidup dalam alam dunia ini hanya mengadapai dua masalah yang
saling berpasangan, yaitu baik buruk berpasangan dengan kamu, hidup
berjodoh dengan mati, Tuhan berhadapan dengan hambanya.
100. Orang
hidup tiada mersakan ajal, orang berbuat baik tiada merasakan berbuat
buruk dan jiwa luhur tiada bertempat tinggal. Demikianlah pengetahuan
yang bijaksana, yang meliputi cakrawala kehidupan, yang tiada berusaha
mencari kemuliaan kematian, hidup terserah kehendak masing-masing.
101.
Keadaan hidup itu berupa bumi, angkasa, samudra dan gunung seisinya,
semua yang tumbuh di dunia, udara dan angin yang tersebar di mana-mana,
matahari dan bulan menyusup di langit dan keberadaan manusia sebagai
yang terutama.
102. Allah bukan johor manik, yaitu ratna mutu manikam, bukan jenazah dan rahasia yang gaib. Syahadat itu kepalsuan.
103. akhirat di dunia ini tempatnya. Hidup dan matipun hanya didunia ini.
104.
Bayi itu berasal dari desakan. Setelah menjadi tua menuruti kawan.
Karena terbiasa waktu kanak-kanak berkumpul dengan anak, setelah tua
berkumpul dengan orang tua. Berbincang-bincanglah mereka tentang nama
sunyi hampa, saling bohong membohongi, meskipun sifat-sifat dan wujud
mereka tidak diketahui.
105. Takdir itu tiada kenal mundur, sebab semuanya itu ada dalam kekuasaan Yang Murba Wasesa yang menguasai segala kejadian.
106.
Orang mati tidak akan merasakan sakit, yang merasakan sakit itu hidup
yang masih mandiri dalam raga. Apabila jiwa saya telah melakukan
tugasnya, maka dia akan kembali ke alam aning anung, alam yang tentram
bahagia, aman damai dan abadi. Oleh karena itu saya tidak takut akan
bahaya apapun.
107. Menurut pendapat saya. Yang disebut ilmu itu ialah segala sesuatu yang tidak kelihatan oleh mata.
108.
Mana ada Hyang Maha Suci? Baik di dunia maupun di akhirat sunyi. Yang
ada saya pribadi. Sesungguhnya besok saya hidup seorang diri tanpa kawan
yang menemani. Disitulah Dzatullah mesra bersatu menjadi saya.
109. Karena saya di dunia ini mati, luar dlam saya sekarang ini, yang di dalam hidupku besok, yang di luar kematianku sekarang.
110.
Orang yang ingin pulang ke alam kehidupan tidak sukar, lebih-lebih bagi
murid Siti Jenar, sebab ia sudah paham dengan mengusai sebelumnya. Di
sini dia tahu rasanya di sana, di sana dia tahu rasanya di sini.
111.
Tiada bimbang akan manunggalnya sukma, sukma dalam kehingan, tersimpan
dati sanubari, terbukalah tirai, tak lain antara sadar dan tidur, ibarat
kaluar dari mimpi, menyusupi rasa jati.
112. Manusia tidak boleh memiliki daya atau keinginan yang buruk dan jelek.
113. Manusia tidak boleh berbohong.
114. Manusia tidak boleh mengeluarkan suara yang jorok, buruk, saru, tidak enak didengar, dan menyakiti orang lain.
115. Manusia tidak boleh memakan daging (hewan darat, udara ataupun air).
116. Manusia tidak boleh memakan nasi kecuali yang terbuat dari bahan jagung.
117. Manusia tidak boleh mengkhianati terhadap sesama manusia.
118. manusia tidak boleh meminum air yang tidak mengalir.
119. Manusia tidak boleh membuat dengki dan iri hari.
120. Manusia tidak boleh membuat fitnah.
121. Manusia tidak boleh membunuh seluruh isi jagad.
122. manusia tidak boleh memakan ikan atau daging dari hewan yang rusuh, tidak patut, tidak bersisik, atau tidak berbulu.
123.
Bila jiwa badan lenyap, orang menemukan kehidupan dalam sukma yang
sungguh nyata dan tanpa bandingan. Ia dapat diumpamakan dengan isinya
buah kamumu. Pramana menampilkannya manunggal dengan asalnya dan
dilahirkan olehnya.
124. tetapi yang kau lihat, yang nampaknya
sebagai sebuah boneka penuh mutiara bercahaya indah, yang memancarkan
sinar-sinar bernyala-nyala, itu dinamakan pramana. Pramana itu kehidupan
badan. Ia manunggal dengan badan, tetapi tidak ambail bagian dalam suka
dan dukanya. Ia berada di dalam badan.
125. Tanpa turut tidur dan
makan tanpa menderita kesakitan atau kelaparan. Bila ia terpisah dari
badan, maka badan ikut tertinggal tanpa daya, lemah. Pramana itulah yang
mampu mengemban rasa, karena ia dihidupi oleh sukma. Kepadanya diberi
anugrah mengemban kehidupan yang dipandang sebagai rahasia rasa nya
Dzat.
126. Penggosokan terjadi karena digerakkan oleh agin. Dari
kayu yang menjadi panas muncullah asap, kemudian api. Api maupun asap
keluar dari kayu. Perhatikanlah saat permulaan segala sesuatu, segala
yang dapat diraba dengan panca indera, keluar dari yang tidak kelihatan
tersembunya…..
127. Ada orang yang menyepi dipantai. Mereka
melakukan konsentrasi di tepi laut. Buka dua hal yang mereka pikirkan.
Hanya Pencipta semesta alam yang menjdai pusat perhatiannya. Karena
kecewa belum dapat berjumpa dengan-Nya, maka mereka lupa makan dan
tidur.
128. Badan jasmani disebut cermin lahir, karena merupakan
cermin jauh dari apa yang dicari dalam mencerminkan wajah dia yan
ber-paes. Cermin batin jauh lebih dekat.
129. Siang malam terus
menerus mereka lakukan shalat. Dengan tiada hentinya terdengarlah pujian
dan dzikir mereka. Dan kadang mereka mencari tempat lain dan melakukan
konsentrasi di kesunyian hutan. Luar biasalah usaha mereka, hanya
Penciptalahyang menjadi pusat pandangannya.
130. Badan cacat kita
cela, keutamaan kerendahan hati kita puji, tetapi keadaan kita ialah
digerakkan dan didorong olek sukma. Tetapi sukma tidak tampak, yang
nampak hanya adan.
131. Cermin batin itu bukanlah cermin yang
dipakai orang-orang biasa. Cermin ini sangat istemewa, karena mendekati
kenyataan. Bila kau mengetahui badan yang sejati itulah yang dinamakan
kematian terpilih.
132. Bila engkau melihat badanmu, Aku turut dilihat … Bila kau tidak memandang dirimu begitu, kau sungguh tersesat.
133.
Sukma tidak jauh dari pribadi. Ia tinggal di tempat itu jua. Ia jauh
kalau dipandang jauh, tetapi dekat kalau dianggap dekat. Ia tidak
kelihatan, karean antara Dia dan manusia terdapat kekuadaan-Nya yang
meresapi segala-galanya.
134. Hyang Sukma Purba menyembunyikan
Diri terhadap peglihatan, sehingga ia lenyap sama sekali dan tak dapat
dilihat. Kontemplasi terhadap Dia yang benar lenyap dan berhenti. Jalan
untuk menemukan-Nya dilacak kembali dari puncak gunung.
135.
Tetapi Hyang Sukma sendiri tidak dapat dilihat. Cepat orang turun dari
gunung dan dengan seksama orang melihat ke kiri ke kanan. Namun Dia
tidak ditemukan, hati orang itu berlalu penuh duka cita dan kerinduan.
136.
Hendaklah waspada terhadap penghayatan roroning atunggil agar tiada
ragu terhadap bersatunya sukma, pengahayatan ini terbuka di dalam
penyepian, tersimpan di dalam kalbu. Adapun proses terungkapnya tabir
penutup alam gaib, laksana terlintasnya dlam kantuk bagi orang yang
sedang mengantuk. Penghayatan gaib itu datang laksana lintasan mimpi.
Sesungguhnya orang yang telah menghayati semacam itu berarti telah
menerima anugrah Tuhan. Kembali ke alam sunyi. Tiada menghiraukan
kesenangan duniawi. Yang Maha Kuasa telah mencakup pada dirinya. Dia
telah kembali ke asal mulanya…..
137. Mati raga orang-orang ulama
yang mengundurkan diri di dalam kesunyian hutan ialah hanya
memperhatikan yang satu itu tanpa membiarkan pandangan mereka
menyinpang. Mereka tidak menghiraukan kesukaran tempat tinggal mereka
hanya Dialah yang melindungi badan hidup mereka yang diperlihatkan. Tak
ada sesuatu yang lain yang mereka pandang, hanya Sang Penciptalah yang
mereka perhatikan.
138. Yang menciptakan mengemudi dunia adalah
tanpa rupa atau suara. Kalbu manusia yang dipandang sebagai wisma-Nya.
Carilah Dia dengan sungguh-sungguh, jangan sampai pandanganmu terbelah
menjadi dua. Peliharalah baik-baik iman kepercayaanmu dan tolaklah hawa
nafsumu.
139. Bila kau masih menyembah dan memuji Tuhan dengan
cara biasa, kau baru memiliki pengetahuan yang kurang sempurna. Jangan
terseyum seolah-olah kau sudah mengerti, bila kau belum mengetahui ilmu
sejati. Itu semua hanya berupa tutur kata. Adapun kebenaran sejati ialah
meninggalkan sembah dan pujian yang diungkapkan dengan kata-kata.
140.
Sembah dan puji sempurna ialah tidak memandang lagi adanya Tuhan, serta
mengenai adanya sendiri tidak lagi dipandang. Papan tulis dan tulisan
sudah lebur, kualitas tak ada lagi. Adamu tak dapat diubah. Lalu apa
yang masih mau dipandang. Tiadak ada lagi sesuatu. Maklumilah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar