Pusaka Kalimasada
BENCANA & MUSIBAH yang
melanda negri ini seyogyanya jangan dianggap sebagai ujian (terhadap
orang2 yang beriman). Anggapan itu akan menjebak sikap kita pada
kesombongan/takabur/arogan karena merasa diri kita sudah beriman.
padahal seberapa besar kadar keimanan kita kiranya hanya Tuhan yang tahu
persisnya. AKAN LEBIH BIJAKSANA jika kita menganggap bencana dan
musibah sebagai TEGURAN/PERINGATAN/AZAB Tuhan kepada bangsa ini agar
lebih mawas diri dan lebih pandai mensyukuri nikmat Tuhan.
Cara berpikir demikian lebih
banyak manfaatnya sebab membuat kita makin tunduk dan menghormati Tuhan,
dan dapat melakukan koreksi diri.
TENTANG pusaka kalimasada;
maksudnya adalahh kalimat syahadat (kesaksian) atau kesaksian setiap
manusia bahwa Tuhan itu benar2 ada. jika manusia yang tidak takut kepada
hukum Tuhan menjadi luntur kadar kesaksiannya (syahadat) dengan kata
lain pusaka kalimasada telah musnah atau berkurang kesaktiannya sehingga
manusia tidak sanggup mendirikan ‘candi’ kemuliaan hidup. Raja jin yang
mencuri ‘pusaka’ kalimasada bukan Nyai Roro Kidul, itu hanya kiasan,
maksudnya adalah raja syetan yang sll menganggu kebersihan jiwa manusia
yakni HATI YANG PENUH DENGAN NAFSU ANGAKARA MURKA. maka ‘candi’
keluhuran budi, kemuliaan hidup manusia tidak akan berdiri sepanjang
‘pusaka kalimasada’ masih dalam genggaman si pencuri (nafsu angkara
murka).
Kanjeng Ratu Kidul bukan jin
bukan siluman, tetapi punya entitas sendiri sebagai makhluk Tuhan yang
tetap manembah kepada Gusti Allah. Ia diciptakan sebagai hukum
keseimbangan dari yang gaib, sedangkan pemimpin (manusia) yang adil
jujur bijak sebagai bandul seimbangan dari alam nyata. maka dari itu,
pemimpin yang adil, jujur, bijak akan memahami hal itu dan hubungan
dengan yang gaib sebagaimana halnya hablumminannas, saling
menghormati,menghargai, saling bahu membahu menjaga kelestarian dan
keseimbangan alam. Alam gaib dan alam nyata sama-sama tunduk kepada
Tuhan YME, mereka bahu membahu menjaga alam, sebagai wujud dari rasa
syukur kepada Tuhan. Hanya saja pikiran dangkal kita kadang terlalu
suudhon (buruk sangka) dan tidak bijaksana kepada yang gaib padahal kita
tidak pernah memiliki dan menyaksikan sendiri kebesaran Tuhan yang
termanifestasikan di alam gaib.
LUMPUR LAPINDO, gempa sehari 7
kali, air laut pasang, banjir, kebakaran, paceklik, wabah penyakit
misterius, ‘geger boyo’ gunung merapi runtuh, perebutan kekuasaan,
ajimumpung, jaman edan, orang baik tersingkir, orang durjana dipakai,
artis berlomba jadi pejabat dst sudah tersurat dan tersirat dalam karya
sastra pujangga pujangga jawa masa lampau. Anda dapat membacanya dalam
Betal jemur Quraisyin Adammakna. INILAH JAMAN EDAN PADA TAHUN TAHUN
KOLOBENDU.
Kosep tentang pusaka juga sudah
salah kaprah, pusaka dianggap benda musrik yang tidak perlu dipercayai.
konsep demikian sungguh sesat, karena pusaka tidak lain benda sejarah
yang DIWARISKAN oleh leluhur kita, seperti lemari antik, pecah belah,
hiasan berharga dsb, bahkan sang saka merah putih juga merupakan pusaka
dari para pejuang/pahlawan yang telah menjadi leluhur. Pusaka yang
dikaitkan dengan kesaktian sesungguhnya hasil karya manusia zaman dulu
leluhur, eyang, kakek nenek, buyut, eyang canggah kita sendiri. Kita
tidak perlu terlalu merendahkan dan buruk sangka. Sebab pusaka yang
mengandung kekuatan sakti merupakan bukti nyata kecanggihan ‘tehnologi’
moyang kita dahulu. Seharusnya kita bangga. Jika amerika menggunakan
bedil yang dapat dilihat semua orang, maka kalah canggih dengan sejata
tombak leluhur kita yang punya kekuatan dahsyat dapat mengusir musuh
sebelum musuh mendekat, dapat menyingkirkan wabah misterius tanpa
pusing2 pemerintah nyebar vaksin dengan anggaran yang sengaja di mark
up. Keris, tombak, dan pusaka pusaka sejenis adalah sekedar hasil karya
tehnologi kuno, mengapa dikaitkan dengan hal hal musyrik syirik.
Leluhur kita dari jaman dulu
sudah lebih dari tahu jika Tuhan itu ada, bahkan orang-orang jaman dulu
termasuk nenek moyang leluhur kita, lebih tunduk dan takut kepada Tuhan
tidak seperti manusia2 jaman sekarang yang sok suci, sok iman, tapi
sesungguhnya jahiliah, hanya terjebak pada simbol2 syariat, dan lupa
bahwasyariat itu baru tingkat dasar, karena diatasnya masih ada
tingkatan tariqat, hakikat. Banyak orang2 hbat di dalam batas syariat
tapi sudah berharap besar mendapatkan makrifat, padahal makrifat akan
diperoleh siapapun manusia yang dapat meraih tataran hidup pada
tingkatan makna sesungguhnya hakikat hidup didunia ini.
Jadi, biarkan pusaka sebagai
alat/ teknologi kuno masih digunakan manusia masa kini sepanjang alat
tersebut masih relevan digunakan. Pusaka ada yang bisa untuk mengobati
orang sakit, sebagaimana pil dari apotek yang diresepkan oleh dokter.
Tetapi pusaka dianggap dekat dengan musrik sedangkan pil/obat2 dokter
tidak musrik. Apa bedanya, apakah hanya karena pil mengandung preparat
yang jelas bahan bahannya. Sedangkan pusaka dianggap tidak ada
preparatnya, siapa bilang??!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar