(Q.S. Al Jum‘ah / 10).
Maksudnya :
Boleh kita sibuk dalam urusan pekerjaan tapi janganlah kita lupa
Alloh disebabkan tertutup oleh kesibukan yang bermacam-macam itu.
Bahwa kita ini tidak hanya diperintah ingat kepada Alloh saja, tapi juga diperintah dzikir yang (KATSIIROO).
Yakni ingat kepada Alloh dengan sebanyak-banyaknya.
Dan dzikir kepada Alloh itu bukan hanya membaca Subhaanalloh,
bukan hanya membaca Alhamdulillah, bukan hanya membaca Allohu Akbar,
bukan hanya membaca Laa ilaaha illalloh saja, namun maksudnya itu sangat
luas ; dzikir itu adalah ' ingat '.
Ada ingat dalam hati dan ada ingat dalam lesan, serta ada dzikir dalam gerakan.
- Ingat akan perintah-perintah Alloh, itu juga disebut dzikir.
Untuk apa ? Untuk dilaksanakan.
- Ingat akan larangan-larangan Alloh, itu adalah juga dzikir.
Untuk apa ? Untuk dijauhi.
- Ingat akan pemberian-pemberian Alloh yang tidak terhingga kepada kita, itu juga dzikir.
Untuk apa ? Untuk disyukuri (Wasykuruu ni‘matalloohi).
- Ingat akan ujian-ujian Alloh atau balak-balak Alloh adalah juga dzikir.
Untuk apa ? Untuk dishobari.
- Ingat akan Nama-Nama Alloh, itu juga dzikir.
- Ingat akan Sifat-Sifat Alloh, juga dzikir.
- Ada dzikir/ingat akan Kemahabesaran Alloh.
- Ada dzikir/ingat akan Rohmat-Rohmat Alloh.
- Ada dzikir diwaktu berjalan.
- Ada dzikir diwaktu duduk.
- Ada juga dzikir diwaktu berbaring.
WADZKURULLOOHA QIYAAMAN WAQU‘UU-DAN WA‘ALAA JUNUU-BIHIM. (Q.S. Ali Imron / 191).
Artinya : “ Kamu harus ingat kepada Alloh diwaktu kamu berdiri, dan diwaktu kamu duduk, serta diwaktu kamu berbaring “.
Semua yang tersebut diatas itulah yang dimaksud dengan ayat :
WADZKURULLOOHA KATSIIROO
Ingat kepada Alloh dengan sebanyak-banyaknya.
Dan semuanya itu bermuara pada :
LA‘ALLAKUM TUFLIHUUN
Artinya : “ Supaya kamu menjadi orang yang beruntung “.
Inilah tujuannya kita diperintah dzikir dengan sebanyak-banyaknya.
Jadi kita ini digiring supaya kita bisa menuju kepada keberuntungan hidup LA‘ALLAKUM TUFLIHUUN.
AFDLOLUDZ DZIKRI LAA ILAAHA ILLALLOH
Sebagaimana ditulisan atas dzikir itu banyak sekali macamnya ;
ada dzikir didalam hati, ada dzikir di lesan, dan ada dzikir di hal
atau di gerak kita, namun dzikir yang paling menonjol ialah dzikir
Kalimat Tauhid yaitu dzikir Laa ilaaha illalloh.
Ini dari segi penonjolannya saja.
Mengapa ?
Karena Rosululloh sendiri yang telah bersabda :
QOOLA ROSUULULLOOHI SHOLLALLOOHU ‘ALAIHI WASALLAM : AFDLOLUDZ DZIKRI LAA ILAAHA ILLALLOH. ( Al Hadits ).
Artinya : Bersabda Rosululloh S.A.W :“ Seutama-utamanya dzikir ialah dzikir Laa ilaaha illalloh “.
Sebenarnya kalimat dzikir itu ada bermacam-macam :
- Subhaanalloh : “ Maha Suci Alloh “, ingat akan Kemahasucian Alloh, itu juga dzikir.
- Alhamdulillah ; ingat akan Sifat-Sifat Alloh yang terpuji, adalah dzikir juga.
- Alloohu Akbar : “ Alloh Maha Besar “, juga dzikir.
- Laa haula walaa quwwata illaa billaah, juga dzikir.
- Hasbunalloohu wani‘mal wakiil, juga dzikir.
- A‘uudzu billaahi minasy syaithoonir rojiim, juga dzikir.
Tetapi umumnya, kalau seandainya kata-kata dzikir itu
disebut, maka yang terlintas di fikiran kita adalah dzikir Laa ilaaha
illalloh, sedangkan kalimat dzikir lainnya itu seakan-akan tenggelam.
Mengapa ?
Karena memang dzikir yang paling menonjol atau seutama-utamanya dzikir atau intinya dzikir adalah : LAA ILAAHA ILLALLOH
Ada beberapa qishoh yang diceritakan dalam hadits Nabi,
didalamnya menerangkan tentang keutamaan-keutamaannya dzikir Laa ilaaha
illalloh, diantaranya :
Pada suatu saat, ketika Rosululloh berkumpul dengan para
shohabatnya dan sedang menerangkan tentang berita adanya neraka dan
bagaimana keadaannya, maka datanglah seorang pemuda yang hendak sowan
kepada kanjeng Nabi.
Konon pemuda itu didalam kehidupannya sehari-hari banyak bergelimang di lumpur kema‘shi-yatan.
Dan secara kebetulan, pemuda itupun ikut mendengarkan cerita tentang neraka dari kanjeng Nabi tersebut.
Begitu mendengar cerita tentang neraka, secara tiba-tiba pemuda itu
langsung tersungkur jatuh dan tak sadarkan diri, sehingga para shohabat
yang menyertai kanjeng Nabi dibuatnya bingung.
Kemudian kanjeng Nabi mendekati pemuda itu, lalu jari telunjuk
kanjeng Nabi menunjuk sampai menyentuh ke arah jantungnya pemuda
tersebut, dan bersabda :
QUL LAA ILAAHA ILLALLOH
(bukan Qul Subhaanalloh),
Kemudian pemuda itu sadar dan membaca :
LAA ILAAHA ILLALLOH.
Maka Nabi bersabda lagi :
FABASYSYIRUU, FABASYSYIRUU, FABASYSYIRUU, DAKHOLTAL JANNAH. (diulang sampai tiga kali).
Artinya : “ Gembiralah kamu, gembiralah kamu, gembiralah kamu, kamu akan masuk surga “.
Kanjeng Nabi menunjuk ke arah pemuda itu memakai jari
telunjuk kanan, oleh sebab itu janganlah kita sembrono dengan jari
telunjuk kanan kita, mengapa ?
Karena setiap tahiyyat dalam sholat, kita pasti membaca syahadat :
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLOH
maka bila sampai pada saat membaca syahadat, ketika bersamaan
dengan membaca ILLALLOH itulah jari telunjuk kanan kita harus menunjuk.
Jadi menunjuknya itu bukan pada saat bacaan ASYHADU, tapi pada saat bacaan ILLALLOH.
Padahal jemari itu banyak, mengapa ketika membaca ILLALLOH itu tidak memakai jari kelingking ?
Mengapakah yang dipakai itu jari telunjuk ?
Jari telunjuk ini jadi isyarah :
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLOH.
Mengenai masalah ini memang ada asrornya.
***
Kadang-kadang kita perhatikan ; banyak yang feqihnya itu tidak pas, misalnya :
- Ketika tahiyyat, lututnya itu lebih maju dari pada jari
telunjuknya atau sebaliknya yakni jari telunjuknya lebih maju dari pada
lututnya.
Adapun yang benar menurut ilmu
feqih adalah antara lutut dan jari telunjuk itu majunya tidak saling
melebihi, harus pas sejajar, jangan dilebihkan dan jangan dikurangi.
Anehnya, kadang-kadang malah
dipermainkan, bila sampai pada bacaan ILLALLOH maka jari telunjuknya
menunjuk ke depan tapi dengan digerak-gerakkan.
- Contoh lagi yang pernah kita perhatikan : Ketika takbir
itu gerakannya seperti menyambar nyamuk, kedua tangannya diangkat tidak
sampai arah-arah telinga dan sendakepnya dibawah dada. Ini kalau dilihat
tidaklah sedap potongannya dan garapannya kasar.
- Ruku‘ pun juga begitu, jangan hanya njengongok saja seperti orang yang sakit punggung.
- Begitu juga diwaktu salam, menengok ke arah kanan dan kiri itu sampai pipinya bisa dilihat oleh orang yang ada dibelakangnya.
- Mengenai jaraknya shof dalam berjama‘ah juga begitu,
jangan terlalu dekat sebab bila terlalu dekat bisa kesundul orang di
belakangnya atau kepancal orang didepannya dan akibatnya bisa
bertengkar.
Hal-hal seperti yang pernah kita lihat diatas itu adalah
tidak cocok dengan ilmu feqih yang diterangkan dalam Kitab I‘aanatuth
Thoolibiin, Kitab Taqrib, Kitab Safiinatun Najaa.
Dan kalau sampai ketahuan oleh orang ahli feqih maka pastilah nanti disalahkan.
Oleh sebab itu, walaupun sedikit-sedikit, ya menurut
kemampuan, kita haruslah menyesuaikan dengan ilmu feqih, biar tidak
dimarahi orang awam.
Bila anda melihat tayangan di televisi tentang orang yang
sedang berjamaah sholat di Mekkah, modelnya juga bermacam-macam,
contohnya :
Kalau menurut ilmu feqih ; bila bergerak lebih dari tiga kali
selain gerakan dalam sholat maka sholatnya itu bathal, akan tetapi
sebagian orang asing yang ikut jamaah di Mekkah justru seenaknya, ini
bagaimana ?
Masak hukum itu tidak sama, kalau disini berbuat seperti itu
hukumnya bathal atau tidak diterima, tapi kalau di Mekkah masak
diterima, apakah begitu ?
Kadang-kadang dalam tayangan televisi; di Mekkah itu kita jumpai orang yang sedang sujud kok dilangkahi.
Bila diukur dengan kebudayaan di Indonesia, maka perlakuan seperti
itu memang tidak sopan, tetapi kalau disana mungkin saja tidak.
Walaupun mereka kita marahi : “ Kamu itu gila ya ! “, pasti mereka
akan diam saja karena memang tidak tahu bahasanya, yang diketahui mereka
adalah bahasa arab : “ Anta majnuun “.
Memang pernah ada seseorang yang baru naik haji kemudian bertamu ke rumah kami, ia berkata:
“ Semua orang sana (orang Mekkah) itu tidak punya kesopanan“.
Lho, orang yang di Mekkah itu bukan semuanya orang Arab, tapi ada
orang India, ada orang Eropa, ada orang Asia, dari bermacam-macam negara
kumpul jadi satu, oleh sebab itu apabila kita hendak pergi menunaikan
ibadah haji, kita haruslah siap mental, karena kebudayaannya orang yang
pergi haji itu bermacam-macam.
Keutamaan LAA ILAAHA ILLALLOH Yang Lain
Didalam hadits Nabi yang tersebut dalam Kitab Jami‘us Shoghir diterangkan :
Suatu ketika ada seseorang yang me-ninggal dunia, kemudian
orang yang meninggal dunia itu didatangi oleh malaikat untuk melihat
bagaimanakah amal-amalnya orang tersebut selama hidup di dunia.
- Tangan kanannya dilihat, ternyata tidak terdapat amal baiknya, yang ada amal buruk.
- Dilihat tangan kirinya, ternyata amalnya juga buruk, dipakai untuk mencuri.
- Kaki kanannya dilihat, ternyata jelek amalnya.
- Kaki kirinya juga dilihat, ternyata tidak ada amal baiknya, hanya amal jelek.
- Lalu dilihat kedua matanya, ternyata selama di dunia itu matanya hanya dipakai untuk melirik wanita cantik.
( Melihat orang cantik dicela, melihat orang jelek juga dicela, memang biasanya yang banyak dicela itu orang cantik :
“ Orangnya cantik kok sanggulnya sebesar jeruk pecel “,
Kalau orang jelek jarang dicela
karena tanpa dicela pun sudah jelek, oleh sebab itu kalau tidak mau
dicela/dihina ya berdoa saja supaya dijadikan jelek ).
Jadi setelah matanya dilihat oleh malaikat, juga tidak ada amal baiknya.
Malaikat mencari amal kebaikan ke seluruh badan orang tersebut, ternyata tetap saja tidak ada, malaikat berkata :
“ Masya Alloh, kok ada manusia yang seperti ini, semua amalnya jelek. Oh, mungkin didalam hatinya terdapat kebaikan “.
- Kemudian hati orang tersebut dibelah, jantungnya dibelah, ternyata didalam hati juga hitam.
Malaikat : “ Lho didalam hati juga
tidak ada amal baiknya, ini manusia yang sudah keterlaluan, kalau begitu
bagaimanakah hidupnya orang ini ? masak sih tidak ada kebaikannya
walaupun sedikit-sedikit ? “.
- Tiba-tiba di ujung lidahnya kelihatan setitik warna putih.
Malaikat : “ Lho, ada sedikit putih-putih di ujung lidahnya, apa itu ? “.
Lalu dilihat dan diutak-atik oleh malaikat, ternyata di ujung lidahnya itu ada tulisan Laa ilaaha illalloh, hanya itu saja.
Malaikat : “ Lho, kalau kebaikannya hanya itu saja, ini keterlaluan, sudahlah, dimasukkan neraka saja “.
Kemudian terdengarlah suara :
“ Jangan ! Itu adalah kekasihKu “.
Akhirnya orang tersebut selamat.
Akan tetapi kita jangan meniru-niru kejelekannya, yang ditiru kebaikannya saja.
Satu hadits ini saya angan-angan ; bahwa hadits ini adalah menunjukkan tentang keutamaannya Laa ilaaha illalloh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar