Allah menciptakan tubuh dan ruh. Namun dalam hal tubuh, mula-mula Dia
menciptakan Nabi Adam namun kemudian menyerahkan proses penciptaan
selanjutnya kepada sistem yang Dia buat, yakni
melalui pernikahan atau
proses kelahiran (procreation). Namun dalam hal ruh, yang akan membuat
tubuh itu hidup, Dia tetap memegang kendali mutlak baik pada waktu
memberikan maupun pada waktu mengambilnya kembali.
Dalam QS 17: 65, Allah berfirman: "Dan
mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: 'Ruh itu termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit'.
Untuk lebih memahami hubungan tubuh dan ruh ini,
mari kita simak percakapan Allah dengan para malaikat pada waktu Dia
akan menciptakan manusia (Nabi Adam) di muka bumi.
QS
2: 30 "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui".
Ayat di atas menunjukkan bahwa malaikat
melihat manusia dari dimensi fisiknya semata dimana tubuh, karena
memiliki potensi amarah (anger), ketamakan (greed) dan hasrat (desire),
dapat melakukan kerusakan atau pertumpahan darah. Malaikat hanya melihat
potensi manusia dari unsur penciptaannya dari tanah semata. Sementara
Allah melihat dari unsur ruh yang Dia hembuskan kepadanya. Dan karena
Allah memegang kendali mutlak ruh, para wakil atau khalifah-Nya yang Dia
kirim sebagai para Nabi dan Rasul dapat dengan mudah dijaga kemurnian
mereka dan dijauhkan dari kecenderungan-kecenderungan yang dikhawatirkan
para malaikat di atas.
Untuk lebih menegaskan perbedaan peran
dan kedudukan ruh dan tubuh lebih lanjut, perhatikan percakapan Allah
dengan Iblis dan para malaikat pada saat mereka diperintahkan sujud
kepada Adam.
QS 38: 71 (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah".
QS 38: 72 Maka
apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh
(ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya".
QS 38: 73 Lalu seluruh malaikat itu bersujud semuanya.
QS 38: 74 kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir.
QS
38: 75 Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud
kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu
menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang
(lebih) tinggi?".
QS
38: 76 Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau
ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah".
Ayat
72 di atas jelas menunjukkan bahwa Allah memerintahkan para malaikat
dan iblis untuk bersujud kepada Nabi Adam setelah Allah meniupkan
ruh-Nya kepada tubuh sang Nabi. Dan iblis, karena keangkuhannya, tidak
memperhatikan hal itu, seperti disebutkan dalam ayat 76. Dia tak sadar
bahwa apapun asal kejadian Adam, Allah telah mengangkatnya pada
ketinggian dan kemuliaan karena ruh-Nya. Kesombongan telah membutakan
matanya.
Quran Surah Al-Syams menegaskan bahwa Allah dengan
ruh-Nya membuat orang mampu mencapai ketinggian dalam ketaqwaan, namun
sebaliknya bila dia hanya menuruti potensi badannya (unsur tanah yang
terdiri dari faktor amarah, ketamakan dan hawa nafsu) maka dia akan
terjerembab ke bawah dan masuk ke jalan kefasikan. Dan Allah memberi
selamat kepda mereka yang berusaha mencapai ketinggian dengan menyucikan
dirinya dan menyayangkan orang yang mengotori dirinya.
QS
91: 8 - 10 "Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan
dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa
itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."
Dengan
kenyataan di atas pula, kita tahu bahwa sejauh urusan tubuh dunia
kedokteran dapat melakukan penelitian yang paling mendalam dan ilmiah.
Namun betapapun canggihnya bidang kesehatan manusia ini, para ahli medis
tak sanggup menjelaskan hakikat ruh. Mereka berhenti pada urusan di
luar tubuh. Mereka tak mampu menjelaskan apa hubungannya antara badan
dan ruh. Mengapa orang yang sama bergerak lima menit yang lalu dan
berhenti bergerak untuk selamanya saat ini.
Ruh atau jiwa kita dapat mencapai tingkat ruhani yng tertinggi, seperti yang diungkapkan dalam hadis Qudsi. Allah bersabda, "'Abdi athi'ni, aj'aluka misli." (Hambaku taati Aku, aku akan membuatmu sepeti Aku).
Allamah Iqbal dalam syairnya menggambarkan janji Allah kepada kita
kurang lebih sbb: Apabila engkau sepenuhnya patuh kepada Muhammad (SAW)
maka engkau akan "seperti" Aku. Dalam tingkatan seperti itu dunia dan
seisinya tak ada artinya bagimu, bahkan pena yang dengannya takdir-Ku
Aku tuliskan akan menjadi penamu pula.
"Exalt thy ego so high that God Himself will consult thee before determining thy destiny."
Menaati
para Nabi dan khususnya Nabi Muhammad SAW akan membuat kita makin
dekat kepada Alla begitu rupa sehingga Allah memberi wewenang lebih
kepada kita, bahkan untuk menentukan takdir kita sendiri. Sekarang kita
bayangkan bagaimana ketinggian status para Nabi dan Rasul itu sendiri.
Mereka bukan tuhan dan kekuatan atau keajaiban yang mereka miliki tidak
lepas dari Allah, namun Allah telah membuat mereka memiliki ketinggian
ruhani yang luar biasa. Kalau orang seperti kita yang karena ketaatan
kepada Rasul dan Allah menyebabkan kita memiliki kemampuan yang
"supranatural" apalagi para Nabi dan Rasul itu sendiri. Apalagi
Rasulullah, yang menjadi Mahkota para Nabi dan rasul.
Nur Muhammad
Dalam
Islam, khususnya di kalangan Syiah, Syafii dan para Sufi, kecuali
Wahabi, terdapat keyakinan bahwa Nur Muhammad adalah ciptaan Allah yang
pertama. Hadis di kalangan Ahlus Sunnah berbunyi sbb: "Kuntu
nabiyyan wa Adama baynal mar'i wat thin." Di situ Nabi bersabda, " Aku
telah menjadi Nabi ketika Adam sedang dalam bentuk air dan tanah (proses
penciptaan)." Rasulullah merujuk pada keadaan beliau ketika
masih dalam bentuk Nur Muhammad, esensi atau ruh Muhammad, jauh sebelum
beliau disimpan dalam sulbi orangtuanya.
Dalam hadis riwayat
Syiah, melalui Anas bin Malik (?), Rasulullah mengatakan bahwa Allah
menciptakan beliau, Ali, Fatimah, Hasan dan Husain sebelum Allah
menciptakan Adam, ketika tak ada apa-apa sama sekali. Tak ada langit,
bumi, bulan, matahari, cahaya, kegelapan, neraka, surga, dsb. Hanya Nur
Muhammad saja yang tercipta pada waktu itu. Selanjutnya Dia ciptakan Nur
Ali, Nur Fatimah, Nur Hasan dan Nur Husain.
Dalam riwayat lain,
Abas bin Abdul Muthalib, paman Nabi menanyakan kepada beliau tentang
proses penciptaan sang Rasul. Rasulullah menyebutkan bahwa beliau dan
empat tokoh suci lainnya diciptakan dari Nur Allah SWT. Dan karena Nur
merekalah seluruh alam semesta tercipta. Hal ini seperti sedekah
"keluarga" Nur Muhammad SAW buat seluruh alam semesta.
Kemudian
beliau melanjutkan bahwa dari Nur-Nya Allah menciptakan Nur beliau dan
dari Nur Muhammad Allah menciptakan Arsy-Nya ("singgasana" Allah) dan
karenanya Nur Muhammad lebih tinggi dan mulia daripada singgasana-Nya.
Lalu
dari Nur-Nya Allah menciptakan Nur Ali dan darinya Allah menciptakan
para malaikat. Karena itu Nur Ali lebih tinggi dan mulia daripada para
malaikat.
Kemudian dari Nur-Nya Allah menciptakan Nur Fatimah dan
darinya Allah menciptakan langit dan bumi. Langit dan bumi pada
dasarnya tercipta karena sadaqah Fatimah. Karena itu Nur Fatimah lebih
tinggi dan mulia daripada langit dan bumi.
Kemudian dari Nur-Nya
Allah menciptakan Nur Hasan dan darinya Allah menciptakan (seluruh)
matahari dan (seluruh) bulan. Karena itu Nur Hasan lebih tinggi dan
mulia daripada matahari dan bulan.
Kemudian dari Nur-Nya Allah menciptakan Nur Husain dan darinya Allah menciptakan jannah (surga) dan hurrul 'ayn (para bidadari). Karena itu Nur Husain lebih tinggi dan mulia daripada jannah dan hurrul 'ayn.
Dari
riwayat Abu Dzar al-Ghifari kita mengetahui kelanjutan hadis di atas.
Setelah menciptakan kelima Anwar Suci ini Allah selanjutnya menciptakan
seluruh ciptaan-Nya yang lain. Setelah itu Allah menempatkan kelima
Cahaya Suci ini di sekitar Arsy-Nya dan sejak itulah kelima Anwar itu
bertasbih dan memuji Allah dan Keagungan-Nya.
Abdullah bin Mas'ud
meriwayatkan bahwa ketika Adam diciptakan beliau kemudian bangkit dan
melihat ke arah Arsy Allah. Beliau melihat ada Lima Cahaya di sekitar
Arsy-Nya dan bertanya kepada Allah tentang mereka. Allah kemudian
menjelaskan bahwa mereka adalah Cahaya dari orang-orang yang Allah
cintai dan mereka adalah rujukan untuk syafaat dari orang-orang yang
meminta kelak. Allah berfirman bahwa siapa saja yang meminta syafaat
melalui mereka Dia akan menerima permohonan mereka dan mengampuni
kesalahan mereka. Selanjutnya Allah berfirman, "Lihat pada:
Cahaya yang pertama, Ana al-Mahmud wa hadza Muhammad;
Cahaya yang kedua, Ana al-'Aliy wa hadza 'Aliyyun;
Cahaya yang ketiga, Ana al-Fathir wa hadza Fathimah;
Cahaya yang keempat, Ana al-Muhsin wa hadza Hasan;
Cahaya yang kelima, Ana Dzu al-Ihsan wa hadza Husain."
Aku
Yang Mahamulia dan ini (Nur) Muhammad; Aku Yang Mahatinngi dan ini
(Nur) Ali; Aku Sang Pencipta dan ini (Nur) Fathimah; Aku Yang Mahabaik
dan ini (Nur) Hasan; Aku Mahadermawan dan ini (Nur) Husain.
Seperti
halnya pada Kelima Tokoh Suci (Silsilah) di atas, pada setiap
manusia Allah juga meniupkan ruh atau cahaya-Nya. Hanya saja derajatnya
tidak sama. Perumpamaanya pada cahaya yang dihasilkan oleh lampu sorot
(spotlight). Makin dekat kita pada sumbernya makin kuat cahayanya dan
makin jauh kita dari situ makin lemah cahayanya. Jadi seakan-akan kita
adalah perpanjangan dari cahaya tersebut. Silsilah dekat dengan
Sumber Cahaya (baca: Allah) dan kita adalah ujung lain dari sinar
tersebut.
Ketika Allah pada akhirnya mengirimkan Lima Anwar
tersebut ke dunia (dalam proses kelahiran yang biasa), secara fisik
mereka seperti kita tetapi secara ruhani mereka berbeda jauh dari kita.
Dengan pengertian seperti inilah hendaknya kita memahami status dan
posisi Rasulullah SAW. Lagi-lagi kita menggunakan perumpamaan untuk
dapat lebih memahami lebih baik. Perhatikan mobil. Pabriknya membuat
mobil dalam beberapa versi. Ada model "high end" (classy) dan mahal, ada
pula model "ordinary" atau mobil biasa. Komponen-komponen utama kedua
jenis mobil ini sama, namun ada pula komponen mobil mewah yang tidak
terdapat, atau ada tapi dengan kualitas yang lebih rendah, pada mobil
biasa. Keduanya mobil, namun kualitas keduanya tidak sama. Kualitas
utama inilah yang kita namakan esensi atau nur Muhammad, haqiqat-e-Muhammadi, yang jadi bahasan kita sekarang.
Adakah dalil-dalil tentang Nur Muhammad atau Nur Ali Muhammad (Anwar Silsilah) ini dalam Qur'an?
Kembali
kita kepada dialog Allah dengan iblis pada waktu Allah memerintahkannya
dan para malaikat bersujud kepada Adam. Perhatikan kembali ayat-ayat
Surah Shaad (38) di atas. Apakah memang iblis tidak paham atas esensi
kejadian Adam, dengan mengira beliau hanya terbuat dari tanah saja, atau
dia memiliki maksud lain? Allah Mahatahu apa yang jadi niatnya seperti
yang digambarkan dalam Firman-Nya berikut:
Dalam QS 38: 75 Allah berfirman: "Hai
iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan
dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri (istikbar,
أَسْتَكْبَر) ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi (Al-'Aaliin, الْعَالِينَ)?".
Ayat
di atas menunjukkan bahwa pada saat itu telah ada sekelompok "makhluk"
yang oleh Allah ditempatkan dalam posisi yang sangat tinggi (Al-'Aaliin,
الْعَالِينَ). Siapakah mereka? Mereka tak lain adalah Nur Muhammad wa
Ali Muhammad.
Apa perbedaan antara istikbar dan al-'aaliin?
'Aaliin artinya mereka yang berada pada tempat yang tinggi karena
memang mereka pantas dalam posisi itu sementara istikbar sebutan untuk
yang menginginkan tempat yang tinggi padahal mereka tidak pantas berada
dalam status tersebut. Inilah yang menyebabkan Iblis terlempar dari
surga dan terkutuk selamanya.
Kembali kepada Nur Muhammad.
Meskipun Allah menciptakannya sebagai ciptaan yang pertama namun Allah
mengirimkannya sebagai Nabi yang terakhir untuk mengakhiri dan
menyempurnakan seluruh misi dan risalah kenabian. Semua Nabi dan Rasul
menyiapkan landasan bagi kehadiran agung Sang Nabi Penutup. Seperti kata
pepatah Inggris: "Save the best for last."
Jiwa Sang Nabi
Penutup ini tidak sama dengan jiwa manusia lainnya. Jiwa dan qalbu atau
ruh Sang Nabi begitu kuatnya sehingga mampu menyerap Al-Quran yang bila
dibebankan kepada gunung ia akan terbelah dan hancur.
QS 59: 21 "Kalau
sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti
kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada
Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya
mereka berpikir."
Gunung yang merupakan bagian bumi yang
terkuat tak akan sanggup menerima Al-Qur'an semenatara wahyu yang sama
dapat diserap oleh jiwa Nabi kita yang mulia selama lebih dari 22 tahun.
Setiap tahun, pada malam Qadr, ayat-ayat Al-Qur'an turun dan beliau
menerimanya dengan relatif mudah. Inilah kelebihan dari Nur Muhammad.
Akhirnya,
kita akhiri diskusi kita dengan mengutip kembali ayat Al-Qur'an yang
menunjukkan tentang Nur Muhammad dan Anwar keempat lainnya.
Dalam QS Al-Anbiya (21) ayat 72, Allah berfirman: "Dan
Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishak dan Yakub, sebagai
suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masing Kami jadikan
orang-orang yang saleh."
Jadi Ibrahim AS, Bapak Para Nabi
yang juga termasuk Ulul Azmi, dan Keluarganya yang terpilih termasuk ke
dalam orang-orang yang Allah sebut salihin.
Lalu mengapa dalam ayat lain, QS Al-Syu'ara (26): 83, Allah melukiskan beliau sebagai berikut? "(Ibrahim berdoa): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh (وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ)."
Apakah
ada pertentangan dalam Al-Quran? Mengapa sebelumnya Ibrahim dan
Keluarganya dimasukkan ke dalam kelompok para salihin sementara dalam
ayat sesudahnya beliau bermohon agar dimasukkan ke dalam kelompok para
salihin. Sebetulnya sama sekali tidak ada pertentangan. Dalam Surah
Al-Anbiya di atas, Ibrahim dan Keturunannya yang terpilih memang
dikelompokkan Allah sebagai orang-orang yang salih. Namun dalam Surah
Al-Syu'ara di atas, ditunjukkan ada sekelompok orang salihin lain yang
Ibrahim ingin bergabung bersama mereka.
Kalau kita perhatikan doa
Ibrahim dalam Surah Syu'ara sebelum dan sesudah ayat 83 di atas,
konteks doanya adalah keinginan beliau agar Allah mengabulkannya di
Akhirat, bukan di dunia ini, yaitu agar Allah "mengampuni kesalahanku di
Hari Kiamat" (ayat 82) dan "menjadikan aku termasuk orang-orang
mempusakai surga" (ayat 85). Dan pada ayat 83 itu beliau ingin
dimasukkan ke dalam "kelompok orang-orang salihin". Orang-orang salihin
dalam konteks Hari Akhir ini tidak lain dan tak bukan adalah Silsilah, Lima Orang Suci SAW. Karena di dunia beliau tak mungkin bertemu
dengan mereka, dan beliau tahu Allah telah menciptakan mereka (dalam
bentuk Anwar) sebelum beliau lahir, Ibrahim AS berdoa agar dipertemukan
dengan mereka di Hari Akhir.
Begitu pula dengan kisah Nabi Nuh
yang bersyafaat dengan Yang Lima Orang pada waktu peristiwa banjir
besar. Kelima Tokoh tersebut telah ada dalam wujud Nur Muhammad wa Ali
Muhammad.
Salam ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar