Bab I
MEMAHAMI CARA KERJA OTAK
Pernahkah
Anda mengalami “bencana” yang datang beruntun dalam satu hari. Sebagai
contoh, ketika Anda harus memberikan presentasi penting bagi kemajuan
karier, tiba-tiba datang telepon dari rumah
yang mengabarkan bahwa anak
Anda yang masih kecil dilarikan ke rumah sakit karena mendadak badannya
panas tinggi.
Lalu ketika berusaha
menenangkan diri dengan meneguk secangkir kopi, tanpa sengaja tangan
tersenggol pinggiran meja sehingga sebagian kopi tumpah ke baju.
Bisa juga saat itu Anda
sedang berkonsentrasi penuh karena sedang menghadapi deadline
pekerjaan. Tiba-tiba datang teman atau kerabat yang butuh pertolongan
segera, atau ada berita menyedihkan yang datang dari orang yang paling
kita sayangi. Tapi mungkin juga, kita memang selalu dikelilingi oleh
orang-orang yang “berbakat” mengubah suasana kerja atau suasana rumah
menjadi tidak menyenangkan.
Di saat muncul
banyak masalah, baik di kantor maupun di rumah, kita cenderung bereaksi
dengan panik dan memunculkan emosi negatif. Padahal kepanikan justru
membuat kita semakin sulit berkonsentrasi. Jika konsentrasi buyar, kita
menjadi semakin cemas.
Apa yang bisa dilakukan
dalam kondisi demikian? Sebenarnya hal-hal semacam itu akan lebih mudah
diatasi kalau kita memahami cara bekerjanya otak. Kita perlu memiliki
ketrampilan mengendalikan gelombang otak yang bisa memudahkan kita
menenangkan diri di saat panik.
Dengan memahami posisi
gelombang otak, kita bisa mengatur mood sehingga selalu merasa bahagia,
juga sukses dengan setiap hal yang kita lakukan.
Untuk mencapai
kebahagiaan lewat kendali gelombang otak, kita bisa belajar dari
anak-anak. Pernahkah Anda memperhatikan anak-anak ketika sedang bermain
dengan teman-temannya? Lihatlah betapa mudahnya mereka tertawa bahagia.
Meskipun mungkin baru saja saling mencakar dan sama-sama menangis, tapi
beberapa menit kemudian mereka seolah sudah melupakan tangisan dan sudah
kembali bermain bersama dengan kompaknya.
Menurut Erbe Sentanu
dari Katahani Institute, hal itu karena anak-anak masih mudah menyetel
gelombang otaknya memasuki frekuensi alpha-theta. Frekuensi alpha-theta
ini normalnya kita alami ketika sedang rileks, melamun dan berimajinasi.
Berbeda dengan kondisi beta yang dominan ketika kita dalam kondisi
sadar sepenuhnya dan lebih banyak menggunakan akal pikiran.
Memasuki frekuensi
alpha-theta itu sebenarnya merupakan ketrampilan manusia yang alami.
Namun, ketika mulai sekolah, kita dikondisikan menyetel gelombang otak
yang dominan beta. Jadi, begitu menjadi orang dewasa , keterampilan
memasuki kondisi alpha-theta itu hilang.
Apalagi tuntutan
kehidupan modern membuat pikiran orang terfokus untuk bekerja keras demi
tuntutan materi dan kehidupan yang konsumtif meskipun terpaksa
mengurangi waktu tidur dan istirahat. Padahal saat tidur manusia
seharusnya merasakan keempat frekuensi. Dari frekuensi beta di mana kita
dalam kesadaran penuh, gelombang otak turun ke alpha ketika kedua mata
tertutup, lalu masuk ke theta, dan akhirnya ke delta saat kita tertidur
pulas tanpa mimpi. Karena waktu tidur kurang, maka kita cenderung kurang
mengalami kondisi alpha-theta, akibatnya kita makin mudah stres.
Alfa-Theta, membuat
tenang, bahagia dan kreatif. Kemampuan untuk secara temporer mengubah
kesadaran diri satu frekuensi ke frekuensi yang lain adalah keterampilan
yang sangat penting, karena efeknya akan membantu menyeimbangkan otak,
hati, dan jiwa. Keterampilan itu membuat seseorang menjadi pandai
membaca situasi dan pandai menempatkan diri dalam suasana apapun
sehingga seolah-olah sellau berada di tempat yang tepat pada waktu yang
tepat. Tentunya hal itu sangat penting untuk mendaki tangga kesuksesan
dan mencapai kebahagiaan.
Ketika masalah
berdatangan dan mulai merasa stres, itulah saat yang tepat untuk mulai
rileks,menurunkan vibrasi otak dan memasuki frekuensi alpha-theta.
Begitu juga ketika pekerjaan kita membutuhkan pikiran-pikiran kreatif.
Memasuki kedua frekuensi itu akan membantu memunculkan inspirasi yang
kita butuhkan.
Menarik lagi, kedua
frekuensi tersebut juga merupakan pintu gerbang menuju pikiran bawah
sadar yang dibutuhkan untuk melakukan self hypnosis, mendapatkan intuisi
dan melakukan penyembuhan. Masalahnya bagaimana caranya memasuki
frekuensi alpha-theta dengan cepat?
Sebenarnya usaha untuk
memasuki level alpha-theta secara sadar telah dilakukan orang sejak
lama, yaitu dengan kebiasaan berdzikir yang membuat doa makin khusyuk,
latihan-latihan meditasi, yoga, atau taichi.
Latihan-latihan itu
bisa sangat membantu meningkatkan kemampuan kita untuk mengubah
kesadaran otak. Para penyembuh yang menggunakan energi dan tenaga dalam,
karena tuntutan pekerjaannya umumnya telah menuai ketrampilan ini
secara otomatis.
Menurut Erbe Sentanu,
selain cara-cara tersebut, otak juga bisa dilatih dengan teknologi audio
yang disebutnya digital prayer. Teknologi berupa CD ini berisi
bunyi-bunyian yang menimbulkan gelombang tertentu yang dengan mudah akan
diterima otak.
Caranya yaitu dengan
melakukan entertainment. Yaitu istilah yang digunakan untuk melatih
belahan otak kiri dan otak kanan agar mau bekerja sama dengan baik. Otak
dengan tingkat kerjasama yang tinggi, umumnya akan membuat orang
melihat kehidupan dengan lebih objektif, tanpa ketakitan dan kecemasan.
Selain lebih mudah
memasuki kondisi khusuk atau rileks yang dalam, juga memiliki kemampuan
memfokuskan konsentrasi yang lebih baik. Selain itu karena kondisinya
lebih sinkron dan seirama, otak akan mengeluarkan senyawa kimia penyebab
rasa nyaman dan nikmat dalam jumlah besar sehingga terjadi relaksasi
secara alami. Nampaknya mereka yang tidak terbiasa dengan
latihan-latihan meditasi, yoga, tai chi, dan lainnya cara ini bisa
membantu.
Bab 2
MEREKAYASA GELOMBANG OTAK
Kemampuan manusia
ternyata sungguh hebat, termasuk juga kemampuan untuk merekayasa
gelombang otaknya. Ini berarti manusia memiliki hak untuk mengatur
bagaimana dia bisa bahagia, sedih, stress dan juga mengatur otaknya agar
memiliki kemampuan super.
Salah satu rekayasa
otak yang kini sedang dipopolerkan di Jakarta adalah MindGym. Konon,
menurut pendirinya, inilah pusat kebugaran otak satu-satunya di
Indonesia, bahkan mungkin dunia. Di tempat ini tersedia berbagai macam
sarana modern sebagai penunjangnya.
MindGym nama tempat
itu. Ia serupa tapi tak sama dengan sport center atau fitness center.
Bedanya, yang satu tempat untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran
pikiran, yang lain untuk kebugaran jasmani.
Lalu apa bedanya dengan
spa yang juga biasa disediakan oleh hotel-hotel besar? “Spa itu
merupakan health club dengan tujuan membuat tubuh langsing. Di sana
orang berdiet, menjaga kesehatan, dan menghilangkan stres,” kata Api
Surya Winata, pemilik sekaligus pengelola MindGym di Hotel Kebayoran,
Kebayoran Baru, Jakarta.
Sedangkan MindGym,
menurut dia, lebih merupakan tempat latihan untuk memelihara dan
meningkatkan kebugaran pikiran. Peralatan penunjang yang tersedia di
tempat itu menjadi lain pula. Ada lebih dari 10 macam alat, di antaranya
VibraSound Table, FloatTank, OxygenBar, kursi dan ranjang goyang IMS,
dan kursi pijat. Beberapa dari peralatan era abad XXI yang disebut mind
machine itu didatangkan dari Amerika Serikat, Belgia, Australia, dan
Jerman. Produk dalam negeri juga ada, misalnya kursi pijat. “Dengan
berbagai peralatan tersebut, kemampuan atau daya pikir, kreativitas,
bisa ditingkatkan,” kata Surya Winata.
Konon, pusat kebugaran
pikiran MindGym tersebut merupakan satu-satunya di Indonesia, bahkan
mungkin di dunia. “Di Amerika sendiri tidak ada MindGym, yang ada float
station center. Sarana yang ada cuma FloatTank. Di sebuah hotel di
Singapura dan Thailand juga cuma terdapat satu FloatTank. Sementara
MindGym di Hotel Kebayoran, Jakarta, memiliki tiga FloatTank plus
beberapa alat penunjang lain,” kata Surya Winata.
Daya pikir maupun
kreativitas dipengaruhi oleh perkembangan harmonis antara belahan otak
kiri (yang bertanggung jawab atas daya pikir logis) dan otak kanan (yang
bertanggung jawab atas daya imajinasi). Dalam hal ini, katanya, MindGym
menyediakan sarana yang bisa mengembangkan kedua bagian otak.
Selain itu, tambah
Surya Winata, pusat kebugaran pikiran ini juga bisa menciptakan “dunia”
lain di luar rutinitas sehari-hari. Kejenuhan menghadapi rutinitas
sehari-hari yang melahirkan stres bisa dihilangkan sehingga pikiran jadi
tenang dan rileks.
“Jangan terpaku pada
alunan musiknya, tetapi rasakan getaran yang ditimbulkan. Nikmati dengan
rileks,” kata Api Surya Winata ketika kami mencoba peralatan yang
disebut VibraSound Table di MindGym.
Alat itu berupa ranjang
dengan kasur air (water bed), tetapi bagian pinggirnya dikelilingi
ruang berudara. Di bagian bawah ranjang dipasang empat buah perangkat
pengeras suara yang mengalunkan musik. Sembari leyeh-leyeh mendengarkan
musik, orang yang berbaring di atas VibraSound merasa seolah-olah
seluruh tubuhnya dipijat. Efek getaran (vibrasi) khusus yang dirasakan
seperti pijatan itu akibat suara musik yang merambat dan menggetarkan
media air dalam kasur air.
“Seluruh tubuh serasa
dipijat secara serentak. Badan merasa rileks dan gampang tidur. Karena
itu alat ini baik bagi penderita insomnia. Dengan berbaring di atasnya,
orang yang susah tidur menjadi cepat pulas dan bermimpi,” jelas Surya
Winata. Makanya, tidak salah kalau alat itu juga dijuluki dream machine.
Efek getaran itu,
menurut Surya Winata, ibaratnya sampai menembus tulang sumsum karena
menjadikan tubuh mencapai suasana rileks yang sempurna dan total. “Dalam
kondisi rileks, stres akan hilang dengan sendirinya. Otak pun menjadi
lebih sehat dan daya pikir menjadi lebih jernih dan tambah kreatif.”
Ada juga peralatan yang
fungsinya senada dengan VibraSound alias “ranjang getar”, hanya saja
bentuknya berupa kursi dan ranjang. Istilahnya kursi dan ranjang
Integrative Motion System (IMS). “Kursi dan ranjang IMS itu dapat
mengintegrasikan belahan otak kiri dan otak kanan sehingga bisa bekerja
lebih harmonis,” ujar Surya Winata.
Begitu diaktifkan,
kursi dan ranjang IMS akan memberikan efek getaran dan goyangan lembut
beraturan, mengikuti gerak irama musik tertentu. Namun goyangan itu
tidak membuat pusing atau mabuk (motion sickness) seperti kalau naik
kendaraan darat, laut, atau udara. Sebaliknya, justru memperlancar
peredaran darah. “Aliran darah terasa melaju sampai ke ujung-ujung jari,
bahkan sampai ke otak. Dengan begitu otak memperoleh pasokan oksigen
lebih banyak,” jelasnya.
Seperti diketahui,
oksigen sangat berguna dan penting bagi kehidupan otak. Volume otak
manusia memang hanya sekitar 2% dari berat badan, namun otak membutuhkan
oksigen sebanyak 25% dari seluruh O2 yang masuk ke dalam tubuh. Dengan
menggunakan perangkat itu, O2 akan lebih banyak mengalir ke otak. Jadi,
lanjutnya, kursi dan ranjang getar IMS berfungsi memacu dan melancarkan
aliran darah untuk membawa O2 ke seluruh tubuh secara sempurna.
Pasokan oksigen yang
cukup menjadikan otak lebih sehat. “Otak yang lebih sehat mampu berpikir
lebih sempurna dan lebih kreatif. Otak kiri dan otak kanan lebih
harmonis. Makanya, alat itu sering disebut mind machine.”
VibraSound Table maupun
kursi dan ranjang IMS sama-sama memberikan sensasi yang tidak pernah
dirasakan sebelumnya. Sensasi itu, kata Surya Winata, muncul gara-gara
adanya endorphin dalam tubuh – suatu hormon yang menimbulkan perasaan
senang. “Tubuh merupakan electrical unit dan juga kumpulan getaran.
Jadi, tubuh juga akan merasakan ‘senang’ kalau menerima getaran yang
sesuai,” ujarnya.
MindGym juga
menyediakan sarana untuk “mengapung” (floating) di atas permukaan air
atau di atas kasur air. Kalau ingin mengapung di permukaan air, bisa
dicoba FloatTank. Alat yang menjadi primadona MindGym ini menyerupai bak
mandi di dalam ruang kedap suara, tanpa cahaya, dan bebas dari pengaruh
gravitasi bumi.
FloatTank berisi
larutan air garam khusus dengan berat jenis (BJ) 1,3. Dengan demikian
tubuh manusia yang berat jenisnya 1 tidak akan tenggelam, tetapi
mengapung di permukaannya. “Badan seakan-akan kehilangan bobot. Pada
kondisi demikian, otak terbebas dari beban balancing,” kata Api Surya
Winata. Dalam keadaan biasa 85% fungsi otak terganggu oleh keinginan
untuk melakukan penyeimbangan (balancing).
Menurut seorang dokter
dari AS, demikian Surya Winata, kalau tidak dibebani balancing, otak
akan mampu bekerja lebih sempurna. FloatTank, katanya, merupakan salah
satu cara untuk bisa mencapai kondisi otak tanpa beban demikian.
Pada saat mengapung
selama beberapa menit di dalam FloatTank, tubuh serasa mengikuti aliran
kosmik. “Dengan begitu gelombang otak (brainwave) akan mudah berubah
dari gelombang beta menjadi alfa, kemudian theta, dan akhirnya mencapai
gelombang delta – kondisi yang menjadikan gampang tidur,” jelas Surya
Winata. Makanya, FloatTank dijuluki instant yoga. Selain mengoptimalkan
kemampuan otak dan meningkatkan kreativitas otak, FloatTank juga menjadi
sarana untuk mencapai top performance level atau kondisi puncak
penampilan.
Kalau enggan
berbasah-basah, bisa mencoba DryFloat. Sarana ini berupa kasur air
(water bed) yang memungkinkan seseorang “mengapung” tapi badan tetap
kering. Badan dibiarkan berbaring rileks di atas kasur air, dan kemudian
diputarkan musik bersuasana suara unsur-unsur alam. Ada suara angin,
jangkrik, kodok, deburan ombak, gemericik air terjun, dsb.
“Alunan musik suara
alam (back to nature music) membawa otak manusia ke suasana yang
benar-benar rileks. Tidak ada tekanan atau beban lagi. Otak menjadi
lebih sehat dan pikiran pun jernih sehingga mampu memecahkan berbagai
macam problem,” tutur Surya Winata.
Konon, bersantai di
DryFloat sambil menikmati alunan musik suara alam juga bisa melahirkan
ilham. Makanya, DryFloat juga disebut ThinkWell. “Tempat untuk menggali
ide atau gagasan yang berguna. Di sana otak bisa berpikir dengan baik.
Untuk memperoleh ide yang luar biasa, otak mesti dalam suasana tenang.
Otak yang lelah tidak mungkin dipaksa terus bekerja dan berkreasi. Ia
perlu istirahat; bebas dari tekanan,” tuturnya.
Menurut Surya Winata,
FloatTank, juga dapat mempercantik kulit. “Dengan floating, wanita akan
tampak lebih cantik dan lebih muda. Ada dasar ilmiahnya. Stres hilang,
otot-otot di bagian wajah pun menjadi lebih rileks. Jadi, selain otak
encer, tampilan luar pun tambah cantik,” katanya.
Kalau ingin tampak
makin segar lagi bisa mencoba OxygenBar. Bar menyediakan oksigen murni
85% yang disalurkan dari tabung oksigen ke bola kaca. “Dengan mengirup
oksigen murni lewat globe kaca itu selama 15 menit, tubuh menjadi lebih
segar,” ujar Surya Winata sembari menambahkan, bar semacam ini cukup
populer di Jepang.
Kalau Anda ingin
mengenali jati diri atau bermeditasi, di arena MindGym juga tersedia
sarana penunjang yang dinamai MirrorChamber. Ia berupa sebuah ruang
khusus berbentuk kubus dan berdinding kaca cermin. Di dalamnya terdapat
genta yang bila dibunyikan akan menimbulkan efek getaran (gelombang)
suara dengan frekuensi tertentu.
Getaran itu akan
mempercepat pikiran mencapai suasana hening. Hanya dengan duduk bersila
di dalam MirrorChamber, efek getaran suara genta akan cepat membawa ke
suasana meditasi. Getaran gelombang beta akan cepat masuk ke gelombang
alfa, gelombang theta, dan akhirnya sampai gelombang delta.
Gelombang theta,
menurut Surya Winata, merupakan gelombang otak (brainwave) paling
kreatif. Sayang sekali jarang yang bisa berlama-lama berada pada
gelombang ini. Sebab, begitu berada pada gelombang theta, sebentar
kemudian segera terseret masuk ke alam tidur (gelombang delta). Kalau
bisa tetap berada pada gelombang theta (antara alam tidur dan melek),
itu saat yang paling kreatif.
Suasana meditasi juga
bisa dirasakan ketika duduk bersemedi di bawah PyramidPower. Sarana
berupa bidang piramida ini juga cepat membawa ke “dunia” atau dimensi
lain. MirrorChamber dan PyramidPower sebenarnya merupakan jembatan
menuju ke suasana spiritual sehingga keduanya juga disebut sarana
instant yoga.
“MirrorChamber dan
PyramidPower akan membawa kita keluar dari dimensi ruang dan waktu,
kemudian masuk ke dimensi lain. Keduanya sebagai sarana untuk lepas dari
suasana duniawi,” kata Noerhadi, konsultan supranatural Hotel
Kebayoran. “Pikiran yang ruwet dan gelisah pun akan menjadi tenang.
Hening.”
Untuk mencapai
ketenangan, cukup dengan duduk bersimpuh di bawah bidang PyramidPower.
“Tarik napas perlahan sampai tak terasa bernapas lagi. Kemudian, blek
orang itu pun tertidur pulas,” tutur Noerhadi.
Kedua sarana meditasi
itu, menurut Surya Winata, akan membantu otak bekerja lebih tenang. Otak
kiri dan otak kanan lebih menyatu dan harmonis.
Saat ini MindGym baru
diminati kalangan tertentu, terutama para ilmuwan luar negeri, staf
kedutaan besar, dan pengunjung hotel. Pusat kebugaran pikiran ini dibuka
pagi, siang, dan sore. Mulai pukul 06.00 – 23.00 WIB.
“Tarifnya AS $ 20 – 50
per 45 menit. Bagi pengunjung hotel ada korting 50%,” kata Api Surya
Winata, pendiri “MindGym” sekaligus general manajer Hotel Kebayoran.
“Lama terapi setiap alat idealnya 45 menit. Tapi ada juga yang karena
keenakan sampai berjam-jam.”
Pengunjung MindGym
tidak harus menggunakan semua peralatan yang ada. Ibarat masuk ke
restoran, mereka dipersilakan memesan menu makanan sesuai selera dan
kemampuan perut. Demikian pula di arena MindGym mereka bebas mencoba
sarana yang tersedia. Pilih mana yang disukai dan dianggap paling cocok.
Tapi boleh-boleh saja kalau ingin mencoba semua peralatan yang ada.
Meski jenis peralatan
sudah cukup lengkap, menurut Api Surya Winata, pusat kebugaran pikiran
MindGym ini belum dibuka secara resmi. “Masih menunggu saat yang tepat,”
katanya.
Sebagaimana telah
dipaparkan di atas, bahwa berdasarkan pemeriksaan dilaboratium, rumah
sakit, atau pusat2 penelititan fungsi otak manusia, di Amerika, Eropah
bahkan di Asia, bahwa otak (pusat syaraf) manusia, dapat diperiksa,
dimonitor bahkan dapat direkam mempergunakan peralatan, yang disebut EEG
atau electroencephalogram dan juga BRAIN MAPPING.
Perbedaannya adalah
bahwa Brain Mapping hanya memeriksa secara FISIK , gangguan, kerusakan
atau kecacatan otak (pusat syaraf) tersebut, misalkan “tumor (kanker)
otak, pecahnya pembulu darah otak (struck), benturan pada kepala dan
seterusnya.”
Sedangkan EEG
(electroencephalogram) , yang diperiksa, dimonitor dan direkam adalah
GETARAN, frekwensi, sinyal atau GELOMBANG otaknya, yang kemudian
di-“klasifikasi” kan kedalam beberapa kondisi kesadaran, bawah sadar,
keadaan tidur atau mimpi dan seterusnya
Getaran atau frekwensi
adalah jumlah pulsa (impuls) perdetik dengan satuan hz (khz atau Mhz),
contoh frekwensi jala-jala listrik PLN untuk perumahan di-Indonesia
adalah (50 Hz) pada tegangan 220/380 Volt AC.
Berdasarkan riset
selama bertahun tahun, terutama di-Amerika, Eropah dan juga di Asia
bahwa getaran/frekwensi otak (pusat syaraf) pada manusia, berbeda untuk
setiap fase ( sadar, tidur ringan, tidur lelap/nyenyak,
kesurupan/trance, panik ), sehingga beberapa ahli (dokter) dalam bidang
kejiwaan/psikiater, ( neurophysiologic ) dan dokter syaraf membuat suatu
komitmen dan perjanjian sebagai berikut :
Getaran/Frekwensi :
• Gamma 16 Hz ~ 100 Hz
• Beta > 12 Hz
• SMR (SensoriMotor Rhythm) 12 Hz ~ 16 Hz
• Alpha ( Berger ‘s wave) 8 Hz ~ 12 Hz
• Theta 4 Hz ~ 8 Hz
• Delta 0.5 Hz ~ 4 Hz
Sebenarnya keseluruhan
frekwensi tersebut bergabung secara acak (berinterferensi), namun dengan
EEG, frekwensi gelombang ini dapat dianalisa dan diuraikan satu persatu
dengan catatan bahwa pada saat diukur, frekwensi mana yang paling
dominan, serta memiliki amplitudo tertinggi, itulah yang dianggap dan
berada pada fase tersebut, apakah fase Beta, Alpha, Theta atau Delta dan
seterusnya
Amplitudonya diukur dan berkisar antara 1 ~ 50 uVolt (microVolt), sedangkan arus listriknya tidak diperhitungkan.
GAMMA wave ( 16 hz ~ 100 hz )
Adalah getaran pusat
syaraf (otak) yang terjadi pada saat seseorang mengalami “ aktifitas
mental yang sangat tinggi”, misalnya sedang berada di arena
pertandingan, perebutan kejuaraan, tampil dimuka umum, sangat panik,
ketakutan, “nerveus”, kondisi ini dalam kesadaran penuh.
Gamma wave – EEG scan
Berdasarkan
penyelidikan Dr. Jeffrey. D. Thompson. D.C.B.F.A (Center for acoustic
research) di atas gamma sebenarnya masih ada lagi yaitu gelombang
Hypergamma ( tepat 100 Hz ) dan gelombang Lambda (tepat 200 Hz), akan
berpengaruh pada kemampuan SUPRANATURAL, METAFISIKA dan LEVITASI.
BETA wave ( diatas 12 hz atau dari 12 hz s/d 19 hz )
Adalah getaran pusat
syaraf (otak) yang terjadi pada saat seseorang mengalami “ aktifitas
mental yang sadar penuh dan normal “ aktif, konsentrasi penuh dan dapat
dibagi pula menjadi 3 kelompok, yaitu highbeta ( 19 Hz + ) yang
overlap/transisi dengan getaran gamma , lalu getaran beta ( 15 hz ~ 18
hz ), juga overlap/transisi dengan getaran gamma, selanjutnya lowbeta
(12 hz ~ 15 hz).
SMR wave atau SensoriMotor Rhytm ( 12 hz ~ 16 hz )
SMR sebenarnya masih
masuk kelompok getaran lowbeta, namun mendapatkan perhatian khusus dan
juga baru dipelajari secara mendalam akhir2 ini oleh para ahli, karena
penderita epilepsy , ADHD , ( Attention Deficit and Hyperactivity
Disorder juga disebut ADD-Attention Deficit Disorder) dan autism tidak
memiliki dan tidak mampu ber-“konsentrasi penuh” atau “fokus” pada suatu
hal yang dianggap penting, dengan perkataan lain otak (pusat syaraf)
sedikit bahkan tidak sama sekali menghasilkan getaran SMR .
Sehingga setiap
pengobatan, baik jiwa maupun fisiknya, ditujukan agar merespon getaran
SMR tersebut, biasanya diaktifkan dengan biofeedback/neurofeedback .
ALPHA wave ( 8 hz ~ 12 hz )
Adalah gelombang pusat
syaraf (otak) yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami
“releksasi” atau mulai istirahat dengan tanda2 mata mulai menutup atau
mulai mengantuk, atau suatu fase dari keadaan sadar menjadi tak sadar
(atau bawah sadar), namun tetap sadar (walaupun kelopak mata tertutup),
disinilah saat2 penting dimana seorang ahli hipnotis, mulai melakukan
aktifitas hipnotisnya untuk memberikan sugesti kepada pasiennya sesuai
perintah yang direncanakan kepada yang dihipnotis (objek)
Pada tahap permulaan MEDITASI (meditasi ringan) juga akan memasuki fase gelombang alpha.
Frekwensi alpha 8 ~ 12
hz , merupakan frekwensi pengendali, penghubung dan melakukan aktifitas
yang berpusat di-sel2 thalamic (electrical activity of thalamic
pacemaker cells )
The thalamus (from
Greek = bedroom, chamber) is a pair and symmetric part of the brain. It
constitutes the main part of the diencephalon .
The diencephalon is
the region of the brain that includes the thalamus , hypothalamus ,
epithalamus , prethalamus or subthalamus and pretectum . It is derived
from the prosencephalon . The diencephalon is located at the midline of
the brain, above the mesencephalon of the brain stem . The diencephalon
contains the zona limitans intrathalamica as morphological boundary and
signalling centre between the prethalamus and the thalamus.
Frekwensi alpha, 8
hz merupakan fase dan pintu masuk (gate-away) dari keadaan sadar menjadi
tak sadar (bawah sadar) dan pintu masuk ke fase gelombang Theta ( 4 hz ~
8 hz ), biasanya kondisi di tingkatan ini tidak berlangsung lama,
dibanding dengan tingkatan lainnya ( gamma, beta, theta dan delta wave),
namun merupakan bagian penting terutama bagi penderita ADHD , pada saat
melakukan latihan-latihan dan pengobatan neurotherapy atau
neurofeedback .
THETA wave ( 4 hz ~ 8 hz )
Adalah getaran pusat syaraf (otak) yang terjadi
pada saat seseorang yang mengalami “ keadaan tidak sadar atau tidur
ringan ” atau sangat mengantuk , tanda2nya napas mulai melambat, dalam
dan panjang, dibandingkan biasanya.
Jika dalam keadaan sadar (tidak tidur), kondisi ini
masuk kefase atau dibawah pengaruh “trance”, kesurupan, hipnosis,
MEDITASI DALAM, atau sedang menjalani ritual2 agama, atau mengalirnya
tenaga psikologi (Prana/Yoga, Reiki, Chi, Chi Kung).
Dalam kondisi yang sadar (tidak tidur dan tidak
dibawah pengaruh hipnotis, kesurupan atau epilepsi), seorang anak yang
normal ( < 12 th) masih dapat memiliki getaran frekwensi theta, akan
hilang sedikit demi sedikit setelah menjelang dewasa (kecuali pada saat
menjelang tidur).
Seorang anak (terutama
bayi dan balita), rata2 tidur lebih dari 12 jam setiap harinya, sehingga
pada pusat syarafnya (otak) lebih banyak masuk dalam fase gelombang
theta dan gelombang delta, ketimbang gelombang beta dan alpha, sehingga
dalam kehidupan nyata sehari-harinya, lebih banyak cara berpikir yang
tidak masuk akal (ber-angan2 atau seperti bermimpi walaupun dalam
kondisi sadar) dan sedikit demi sedikit akan berubah setelah menjelang
remaja/dewasa.
Berdasarkan
penyelidikan para ahli, bahwa banyak terjadi kecelakaan pesawat udara,
tabrakan, kebakaran, kecelakaan kapal laut, biasanya anak balita selamat
(walaupun tidak selalu terjadi), ini dikarenakan anak2 mudah memasuk
fase2 gelombang theta yang lama dan permanen, baik dalam keadaan tidur,
maupun sadar, sehingga pada gelombang2 theta inilah terjadi mukjijat
atau keajaiban, artinya ada tangan2 ajaib yang tak terlihat yang
menolong anak2 ini dari kecelakaan.
Anak INDIGO ( anak
super cerdas dan memiliki indra ke-enam / ESP /Extra sensory
perception), juga termasuk yang mudah memasuki fase gelombang theta yang
cukup lama dan dapat permanen.
Komunikasi dengan TUHAN
juga akan terjadi apabila sebagai manusia biasa dapat memasuki fase
gelombang theta (batas alpha – theta), misalnya pada saat kita berdoa,
meditasi, melakukan ritual2 agama (apapun agamanya), sadar atau tidak
sadar, mengerti atau tidak mengerti mengenai gelombang theta, apabila
getaran otaknya diukur dengan EEG, maka dapat dipastikan bahwa pada saat
itu sedang masuk difase gelombang theta (batas alpha-theta), sehingga
bagi para ahli, akan berpendapat bahwa disetiap otak manusia ada
terdapat yang disebut “GOD SPOT”
Sedangkan dalam kondisi
tidur normal, seseorang pasti akan memasuki fase gelombang theta,
walaupun hanya sebentar terutama secara periodik akan berpindah/bergeser
ke-gelombang delta dan kembali ke theta berkali-kali diikuti getaran
pelopak mata yang dikenal dengan REM ( rapid eyes movement ) dan Non REM
atau NREM ( non rapid eyes movement ) selama tidur normal 7 ~ 8 jam
perhari (lihat grafik dibawah), pada stage 1 dan 2 .
Schumann Resonance ( 7.83 Hz)
Schumann Resonance
adalah getaran alam semesta pada frekwensi 7.83 Hz , yang juga masuk
dalam kelompok gelombang theta, dianggap sebagai suatu keadaan mental
seseorang yang apabila otak (pusat syaraf) nya mampu mengikuti resonansi
ini akan masuk keadaan supranatural . ( ESP-extra sensory perception,
hipnotis, telepati dan fenomena serta aktifitas mental lainnya)
Sedangkan Schumann
resonance serta frekwensi diatasnya masuk kelompok frekwensi ELF
(extremely low frequency pada bandwith 3 ~ 30 hz dan frekwensi
infrasonic )
DELTA wave ( 0.5 hz ~ 4 hz )
Adalah getaran pusat
syaraf (otak) yang memiliki amplitudo yang besar dan frekwensi yang
rendah, biasanya < 3 hz, yang terjadi pada saat seseorang yang
mengalami “ keadaan tidur sangat lelap” atau anak dibawah usia 13 th
ketika dalam keadaan sadar penuh. Dalam keadaan normal, seorang dewasa
yang sedang tidur pada malam hari (lihat grafik dibawah), pada stage 3
dan 4 , NREM bukan pada stage 1 dan 2.
Akhirnya berdasarkan
penyelidikan para ahli, bahwa seseorang yang menderita atau gangguan
otak (fisik, benturan otak, pendarahan otak dan koma), maka fase getaran
yang terjadi akan didominasi oleh gelombang delta.
Diagram tingkatan tidur ringan dan tidur dalam
Penemuan baru dibidang
frekwensi dan gelombang otak manusia oleh Dr. Jeffrey D. Thompson, D.C.,
B.F.A . ,dari Neuroacoustic research, bahwa masih ada gelombang dan
frekwensi lain dibawah delta, atau dibawah 0.5 hz, yaitu frekwensi
EPSILON, yang juga sangat mempengaruhi aktifitas mental seseorang dalam
kemampuan supranatural, seperti pada gelombang theta diatas.
METODE RESONANSI dan STIMULASI GELOMBANG OTAK
Resonansi pada garpu
tala. Jika ada 2 buah garpu tala yang senada, apabila salah satu garpu
tala diketuk T1 (digetarkan), lalu didekatkan tanpa menyentuhnya kepada
garpu tala lain T2 , yang diam, maka garpu tala yang lain ini akan ikut
bergetar, dengan nada yang sama. Maka garpu tala T2 disebut beresonansi
(ikut bergetar) dengan garpu tala T1 .
Dua garpu tala yang
beresonansi. Frequency Following Response (FFR) adalah respon dari otak
yang mengikuti sinyal2 baik suara (audio) yang melalui telinga, maupun
gambar ( visual ) melalui mata (terbuka/tertutup), dari luar tubuh, yang
diinjeksikan atau dimasukan (BrainWave entrainment) berupa getaran atau
gelombang yang mencapai target frekwensi/gelombang yang diinginkan
(meditasi, penyembuhan, tidur nyenyak, belajar cepat dan seterusnya atau
alpha,theta dst).
Bandingkan dengan resonansi garpu tala ( resonansi terjadi pada benda2 bergetar sedangkan FFR terjadi pada pusat syaraf/otak).
Resonansi pada otak dan
pusat syaraf. Demikian pula dalam halnya pusat syaraf (otak) manusia,
dengan diketahuinya setiap tingkat getaran/gelombang otak manusia yang
mampu mengikuti (beresonansi) dari getaran suara (audio) melalui telinga
dan gambar (visual) melalui mata, atau sinyal lainnya melalui alat
peraba/perasa (tangan, tubuh, di belakang telinga), maka dapat diatur
sekehendak kita untuk mencapai target2 aktifitas mental yang
dikehendakinya (meningkatkan IQ, belajar cepat, meditasi, aktifitas2
supranatural, mengobati atau meningkatkan kesehatan bagi mereka yang
menderita ADHD, ADD atau Autism, susah tidur dan seterusnya)
Namun sayangnya bahwa
untuk mencapai hal tersebut diatas tidaklah mudah, seperti yang kita
harapkan, karena keterbatasan pendengaran dan penglihatan manusia,
misalnya sinyal suara, atau frekwensi suara, hanya dapat didengar dari
20 Hz s/d 20 khz itupun batas pendengaran efektip akan berlainan untuk
setiap orang ( wanita, pria atau anak), bahkan anak kecil mampu
mendengar suara diatas 20 Khz, namun rata2 manusia hanya dapat mendengar
antara 50 hz s/d 8 khz saja.
Lalu bagaimana agar
gelombang frekwensi suara yang diterima dan didengar oleh telinga kanan
dan kiri dapat direspon dengan baik oleh otak (pusat syaraf) dan
diterjemahkan sebagai gelombang2 beta, alpha, theta dan delta ( dan juga
gamma, hypergamma, lamda dan epsilon )
Ada beberapa metode atau cara diantaranya dengan :
1. Binaural beats ( pelayangan sinyal suara )
Apabila 2 gelombang
frekwensi f1 dan f2 (telinga kanan dan kiri ) dipadukan menjadi satu,
maka secara matematik akan diperoleh hasil sebagai berikut :
• frekwensi dasar yaitu f1 dan f2.
• kelipatan atau harmonik ganjil dari masing2 frekwensi yaitu 3f1, 5f1 dst dan 3f2, 5f2 dst
• selisih dan jumlah dari kedua frekwensi dasar tersebut ( f1 – f2) dan (f1+f2).
Tergantung dari
aplikasi matematis tersebut, pada penggunaan dan perhitungan untuk otak
(pusat syaraf) manusia maka yang direspon “hanya” f1 dan f2 sebagai
suara biasa dan ( f1 – f2 ) yang akan direspon oleh otak (pusat syaraf)
sebagai gelombang2 gamma, beta, alpha, theta atau delta. Misalnya f1 =
400 hz dan f2 = 410 hz, maka ? f = 10 Hz direspon otak sebagai gelombang
alpha, maka selisih dua frekwensi yang berbeda ini disebut binaural
beat atau pelayangan 2 sinyal . Binaural beat ditemukan dan diselidiki
pertama kali oleh Heinrich Wilhelm Dove pada tahun 1839 .
2. Gelombang ISOCHRONICS ( monaural beats)
Karena dengan sistim
binaural beat diperlukan headphone (kiri dan kanan) atau pemasangan
pengeras suara (speaker) yang dipasang tepat disamping kiri dan kanan,
agar otak merespon cukup baik, maka sistim ini menjadi tidak effektif
dan kurang kuat pengaruhnya terhadap otak (pusat syaraf), maka dipilih
cara lainnya yang lebih baik, yaitu dengan sistim Isochronics.
Pada gelombang
isochronic, maka baik suara yang didengar ditelinga kiri maupun kanan
akan memiliki frekwensi suara dan amplitudo yang sama, hanya kedua
sinyal tersebut dimodulasikan dengan impuls/switch on/off (hidup/mati)
dengan batasan2 irama gelombang otak (beta, alpha, theta . Delta )
tersebut disesuaikan dengan target2 aktifitas mental yang akan dicapai
seseorang.
Stimulasi gelombang otak yang memakai sistim isochronic lebih baik dari binaural beats karena :
Binaural beats memerlukan headphone stereo, sedangkan isochronic tidak, cukup yang mono atau 1 headphone atau mono-speaker.
Respon dari otak (pusat syaraf) jauh lebih kuat jika mempergunakan sistim isochronics
Stimulasi cahaya melalui mata
Stimulasi gelombang
otak, dapat juga melalui cahaya atau melalui mata dengan gambar bergerak
atau beranimasi (kelopak mata terbuka) atau mata tertutup dengan
menyalakan dan mematikan cahaya hitam/putih atau berwarna (cahaya
menembus kelopak mata memakai alat Audio strobe LED Glasses), yang
disesuaikan dengan irama gelombang otak (beta, alpha, theta, delta ),
dengan perkataan lain ber-kelap – kelip atau fliker.
Audio Strobe ( LED Glasses )
LED glasses are a
powerful and effective way to entrain the brain. Like the light pulses
embedded into visual plugins, AudioStrobe uses light to entrain the
brain. LEDs are mounted onto glasses and positioned an inch or two away
from the eyelids. The lights are then flashed according to the target
brainwave frequency.
Dengan adanya respon
dari otak (pusat syaraf), mengakibatkan timbulnya impuls2 listrik diotak
(2 ~ 10 microVolt) yang disebut CER ( Cortical Evoked Response ), yang
dapat dibaca oleh EEG (electroenchepalogram) untuk pemeriksaan
efektifitas, pengujian dan monitoring .
Frequency Following
Response (FFR) adalah respon dari otak yang mengikuti sinyal2 baik suara
( isochronics atau binaural beat ) maupun gambar ( visual ) dari luar
tubuh, untuk mencapai target yang diinginkan (meditasi, penyembuhan,
tidur nyenyak, belajar cepat dan seterusnya).
Bab 3
GELOMBANG OTAK DALAM HIPNOSIS
Bagaimana gelombang
otak kaum paranormal? Berdasarkan temuan ilmiah dibidang parapsikologi,
ternyata gelombang-gelombang otak tertentu berperan aktif melakukan
kemanpuan paranormal.
Saat ini ditemukan
teknologi stimulasi otak dengan gelombang suara yang unik. Seperti telah
diakui lembaga sains dan penelitian tentang otak, suara memiliki
pengaruh besar terhadap kinerja otak, contohnya efek musik Klasik dan
Jazz terhadap Otak dan Psikologi Manusia. Dengan berdasarkan pada konsep
frekwensi suara inilah, Teknologi Stimulasi Otak mampu menghasilkan
frekwensi suara khusus yang dikenal dengan nama Binaural Beat Frequency.
Binaural Beat Frequency
adalah frekwensi yang dihasilkan melalui perhitungan matematika
kompleks sehingga mampu menginterferensi dan menstimulasi gelombang otak
untuk memasuki kondisi “trance” (frekwensi theta). Binaural Beat
Frequency memiliki pengaruh yang kuat, bahkan lebih kuat dari pengaruh
musik Klasik dalam menstimulasi gelombang otak manusia memasuki
frekwensi tertentu, seperti alpha, theta & delta.
Dengan menyelaraskan
gelombang otak pada frekwensi tertentu maka kita akan manpu atau bisa
memiliki kekuatan metafisika yang sangat berguna bagi kehidupan kita
sehari-hari. Metoda ini ditemukan sejak tahun 1960 yang dilakukan oleh
berbagai ilmuwan yang menyimpulkan bahwa frekwensi suara tertentu dapat
menpengaruhi keadaan seseorang.
Seseorang yang
gelombang otak pada frekwensi beta (12 – 25 cps) melakukan kegiatan
berpikir, berinteraksi, dan menjalani kehidupan sehari. Gelombang otak
pada frekwensi alfa (8 12 cps) menyadari keberadaan mimpi dan keadaan
meditasi terdalam karena Gelombang alfa sebagai jembatan penghubung
antara pikiran sadar dan bawah sadar. Sedangkan gelombang otak pada
frekwensi theta (4 – 8 cps) memasuki alam bawah sadar yang mengalami
kondisi meditasi sangat mendalam.
Seseorang yang
berprofesi sebagai paranormal dan penyembuh gelombang otaknya lebih
banyak mengandung frekwensi delta (0,1 – 4 cps). Frekwensi delta
bertindak sebagai “radar” yang mendasari kerja intiusi, empati dan
tidakan yang bersifat instink. Delta juga membantu mencapai tingkat
kesadaran dan kebijakan tertinggi.
Adalah Audio Binaural
Beat Frequency, sebuah alat khusus yang diprogam dengan frekwensi khusus
untuk diselaraskan gelombang otak kita ke dalam frekwensi alpha, theta
dan delta. Dengan mendengarkan Audio Binaural Beat Frequency System yang
menstimulasi otak yang memberikan respon kepada bagian otak yang
berfungsi pusat kesehatan & kemanpuan paranormal, maka akan otomatis
membangkitkan energi tubuh (kundalini/cakra/aura/chi), mata bathin,
terawangan, psikometri ESP (Extra Sensory Perception), telepathy,
telekinetis, psychokinetis, lepas sukma, peningkat daya seksual,
peningkat metabolisme tubuh dan sebagainya
Satu lagi kemampuan
yang kerap dihubung-hubungkan dengan paranormal adalah kemampuan
hipnosis. Konsep hipnosis telah ada sejak awal peradaban manusia,
hipnosis selalu dihubungkan dengan berbagai ritual keagamaan dan
kepercayaaan, kekuatan magis dan supranatural. Hipnosis secara
konvensional adalah salah satu kondisi kesadaran (state of
consciousness), dimana dalam kondisi ini manusia lebih mudah menerima
saran (informasi). Konsep hipnosis terus berkembang seiring dengan
perkembangan jaman. Hipnosis secara modern adalah teknik untuk membypass
atau mempekecil ’critical factor’ dari conscious, sehingga RAS
(Reticular Activating System) terbuka, dan informasi dapat memasuki
sub-conscious.
Sedangkan orang yang
melakukan hipnosis dikenal dengan hipnotis. Penelitian yang dilakukan
dalam tugas akhir ini bertujuan melihat pengaruh hipnosis terhadap
kejiwaan seseorang, terutama dilihat pada pembangkitan sinyal EEG
manusia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih membantu dalam
proses penyembuhan secara hipnoterapi dan memberikan informasi mengenai
pencegahan terhadap proses penipuan melalui hipnosis.
Pengambilan data
dilakukan pada kondisi hipnosis yang mengacu pada struktur dasar
hipnosis. Data yang diambil berupa PSD (Power Spectra l Density) yang
telah dirata-ratakan dan peta gelombang otak (brainmapping ). Pengolahan
data secara statistik menggunakan metode ANOVA (Analysis Of Variance).
Sinyal beta merupakan
sinyal paling dominan di antara sinyal EEG yang lain, hal ini
menjelaskan bahwa pada saat kondisi hipnosis 1 dan hipnosis 2 pikiran
tetap terjaga atau sadar. Sinyal alpha meningkat pada kondisi hipnosis 1
dimana pikiran akan terasa rileks dan santai namun terfokus, Sinyal
theta meningkat pada kondisi hipnosis 2 setelah pikiran dibimbing untuk
berimajinasi melakukan suatu kegiatan atau berada di suatu tempat yang
mudah dirasakan oleh pikiran. Sinyal delta relatif kecil pada semua
kondisi karena sinyal delta meningkat pada keadaan tidur lelap.
Agar lebih jelas
tentang hipnotis ini, ada baiknya kita ikuti cerita Natalia Sunaidi,
pakar hypnotherapy yang juga penulis buku Journey of The Past berikut
ini:
Setiap hari
saya mengajar di sebuah preschool dari Taiwan di Pluit (Jakarta). Waktu
itu menjelang Tahun Baru Imlek. Seperti biasa sekolah kami banyak
memasang dekorasi Imlek. Di depan pintu masuk tergantung lampu panjang
berwarna merah yang sangat menarik perhatian anak-anak. Suatu pagi saya
menggendong seorang anak Toddler (usia 1,5 th) yang terkesima melihat
lampu panjang tersebut, tiba-tiba dari luar sekolah terdengar suara
ledakan yang sangat keras, suara ban pecah. Saya sangat terkejut, anak
yang saya gendong menangis kencang karena kaget.
Saya sudah
melupakan kejadian itu dan memulai kegiatan belajar seperti biasa. Besok
paginya ketika anak itu datang ke sekolah, dia menangis keras ketika
akan memasuki pintu. Kami semua tidak mengerti dan membawanya masuk ke
kelas. Begitu pulang sekolah, dia tidak mau keluar pintu, dia gemetaran
sambil berkata “bom…bom…”. Saat itu saya jadi teringat kembali kejadian
kemarin ketika terdengar suara ledakan ban meletus, saat itu ia sedang
mengamati lampu panjang yang digantung di depan pintu itu. Jadi setiap
kali ia melihat lampu panjang itu, ia mengingat kembali suara ledakan
yang membuat dia kaget dan takut.
Saat itu bisa
dikatakan anak itu sedang berada dalam kondisi terhipnosis karena setiap
kali ia melihat lampu panjang itu, secara otomatis itu akan memicu
ingatan dia tentang suara ledakan yang membuat dia kaget dan takut.Lalu
mengapa saya menyebut hipnosis adalah suatu hal yang alami? karena kita
mengalami kondisi hipnosis dalam hidup kita sehari-hari. Mengapa
demikian? nanti saya akan jelaskan mengapanya. Tahukah anda bahwa anda
masuk kondisi hipnosis pada saat anda sedang nonton TV, membaca buku,
mengetik di komputer, Meditasi bahkan anda pasti masuk kondisi hipnosis
sebelum anda tidur? Ya, memang begitulah yang terjadi!Mengapa demikian?
Hipnosis tidak
lain adalah sebuah pengetahuan tentang gelombang otak. Setiap manusia
(bahkan bianatang) mempunyai 4 gelombang otak : Beta – Alfa – Teta –
Delta. Beta adalah gelombang otak pada saat kita sedang sibuk, maksudnya
fokus kita bisa pada 5-9 hal. Misalnya, kita sedang makan sambil
mendengar musik dan mendengarkan curhat teman kita. Alfa dan Teta adalah
gelombang otak pada saat kita sedang kondisi relaksasi yaitu fokus pada
1 hal. Delta adalah gelombang otak pada saat kita tidur pulas dan
hypnosis adalah suatu metode untuk mencapai gelombang otak untuk
mencapai Alfa dan Teta. Lalu mengapa saya mengatakan kita mengalami
kondisi hypnosis setiap hari ?
Pada saat kita
sedang nonton TV, kita fokus pada 1 hal yaitu film yang sedang kita
tonton. Pada saat membaca buku, mengetik komputer, kita pun fokus pada
hal yang sedang kita kerjakan. Oleh karena itu bila kita ukur gelombang
otak kita, kita sedang berada dalam kondisi Alfa atau Beta, kita sedang
dalam kondisi hypnosis. Pada saat kita meditasi, jika pikiran kita sudah
tidak kesana kemari dan kita mulai konsentrasi pada 1 fokus maka
gelombang otak kita berada dalam kondisi Alfa atau Teta. Bahkan setiap
kita tidur kita harus melewati kondisi hipnosis sebelum tertidur pulas,
yaitu dari gelombang Beta ke Alfa – Teta akhirnya Delta.
Lalu mengapa
kita perlu mencapai gelombang Alfa atau Teta ? Karena bila kita derada
dalam gelombang Beta (fokus yang terpecah) kita tidak akan bisa belajar
atau menerima apapun. Bayangkan seperti ini, bila anda sedang berada di
ruangan mesin yang ribut, anda tidak akan bisa mendengar suara teman
anda, anda harus menurunkan suara mesin itu lalu fokus pada suara teman
anda baru bisa mengerti apa yang ia katakan. Sama seperti itu, hipnotis
adalah metode untuk menurunkan gelombang sibuk anda (Beta) supaya
mencapai Alfa atau Teta supaya anda bisa lebih fokus. Bahkan anda sangat
perlu berada di gelombang Alfa atau Teta untuk bisa belajar misal pada
saat kuliah, mendengar ceramah, membaca buku, dan sebagainya.
Lalu mengapa
anak murid saya menjadi trauma terhadap lampu panjang merah tersebut ?
Karena pada saat ia mengamati lampu tersebut, otaknya berada di kondisi
Alfa atau Teta sehingga ia menjadi reseptif terhadap suara ledakan itu.
Lalu bagaimana yang terjadi di TV, yaitu orang-orang yang diubah namanya
atau berperilaku aneh? Apakah kesadarannya dilemahkan dengan hipnotis?
Prosesnya sama, yang dilakukan oleh para hipnotis adalah dengan
menggunakan metode hipnosis menurunkan gelombang otak orang itu menjadi
Alfa atau Teta sehingga ia menjadi reseptif pada sugesti sang hipnotis.
Lalu kemanakah
kesadarannya ? Apakah hilang ? Tidak hilang! Kesadarannya tetap ada
bahkan ia sangat sadar. Misalnya, seorang lelaki bernama Eko diubah
namanya menjadi Ria. Eko masih sangat sadar bahkan pada saat ia bilang
namanya adalah Ria tetapi kesadarannya tidak cukup kuat untuk menolak
sugesti sang hipnotis. Lalu apakah kesadaran Eko sedang dilemahkan
melalui hipnotis? TIDAK! Memang kesadarannya sudah lemah dari awalnya
dan melalui hipnosis jadi terlihat.
Jika begitu apa
bedanya kita semua dengan Eko? ketika kemarahan menguasai kita, kita
menjadi terfokus pada hal yang menyebabkan kita marah, lalu kita
bereaksi galak dan mengomeli orang lain. Bukankah kita saat itu
terhipnotis oleh kemarahan kita? Bukankah saat itu kesadaran kita pun
lemah sehingga tidak bisa menyadari kemarahan yang muncul? Jika demikian
mengapa kita bisa menyimpulkan hipnosis yang bisa membuat kesadaran
kita melemah jika setiap harinya kesadaran kitapun lemah dan terlarut
dalam kemarahan, keserakahan, kebencian, irihati dan sebagainya ? Lalu
kemanakah kesadaran kita saat itu? Jika memang hipnosis bisa melemahkan
kesadaran maka sesungguhnya kita sedang melemahkan kesadaran kita dengan
menonton TV, meditasi bahkan setiap kali tidur, karena saat itu kita
berada dalam kondisi hipnotis. Apakah begitu?
Sangat Tidak!
Hipnosis adalah sebuah pengetahuan yang mempelajari gelombang otak dan
metode komunikasi untuk mencapai gelombang otak Alfa atau Teta.
Melalui
relaksasi dalam masalah yang muncul adalah setelah mencapai gelombang
otak Alfa atau Teta melalui hipnosis, lalu mau diapakan ? Apa mau
digunakan untuk memasukkan sugesti negatif atau positif ? Apa mau
digunakan untuk melihat kehidupan lalu dan mengambil kebijaksanaannya?
atau untuk menenangkan pikiran? atau bahkan digunakan untuk hiburan
iseng ? semuanya tergantung kebijaksanaan anda. Seperti sebilah pisau,
ia bisa digunakan untuk kejahatan tetapi juga bisa kita pakai untuk
membantu untuk membantu kegiatan masak untuk menghasilkan berbagai
makanan bergizi. Tetapi pisau hanyalah pisau, ia tidak termasuk barang
baik atau buruk. Sama seperti hipnosis, ia bisa digunakan untuk hal
negatif tapi bisa juga digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup.
Hipnosis
hanyalah suatu metode, yang jika kita bisa mengolahnya dapat kita
gunakan untuk meningkatkan kebijaksanaan kita. Jadi semuanya itu menjadi
pilihan anda, mau menggunakan hipnosis untuk melihat kehidupan lalu dan
mengambil kebijaksanaannya atau mau tidak menggunakannya. Ini semua
bukan menjadi hal yang benar atau salah lebih merupakan hal yang cocok
atau kurang cocok. Sebagian orang karena warna kulitnya terlihat cocok
memakai baju berwarna ungu tua, tapi ada juga yang tidak menyukai warna
ungu tua karena kurang cocok dengan warna kulitnya. Tapi apakah warna
ungu tua adalah adalah warna yang salah ? Sama seperti itu ada orang
cocok dengan regresi kehidupan lalu untuk menggali kebijaksanaanya ada
juga yang kurang cocok. Semua itu hanyalah pilihan yang cocok atau
kurang cocok.
Sebagaimana
diketahui, cara kerja otak dipengaruhi oleh kondisi otak yang disebut
fase Beta, Alfa, Theta, dan Delta. Pada kondisi Beta, gelombang otak
adalah 12-25Hz. Ini adalah kondisi konsentrasi yang muncul ketika
seseorang sedang mengerjakan sesuatu yang sulit dan perlu berpikir
keras. Pada saat ini otak hanya mempunyai kemampuan fokus tunggal.
Kondisi beta cocok untuk tujuan menyelesaikan suatu pekerjaan secara
serius, seperti mengerjakan soal, ngebut, mengerjakan tugas kritis dan
serius. Musik yang riang dan cepat dapat membantu mencapai kondisi otak
ini.
Kondisi Alfa mempunyai
gelombang otak dengan frekuensi 8-12Hz. Kondisi tenang ini memungkinkan
otak untuk multifokus, memperhatikan beberapa hal sekaligus. Kondisi
Alfa sangat tepat untuk belajar yang bersifat menyerap, memahami,
menghafalkan pengetahuan, karena pada kondisi ini otak menjadi siap
belajar. Musik yang sedang dan ringan dapat membantu tercapainya kondisi
Alfa.
Gelombang otak Theta
adalah 4-8Hz, yang merupakan keadaan setengah sadar. Pada kondisi ini
ide kreatif banyak muncul karena peran otak bawah sadar menjadi lebih
dominan. Kabarnya, otak bawah sadar mempunyai kemampuan lebih besar 7:1
dibanding otak sadar. Itulah mengapa seringkali penyelesaian masalah
muncul saat hampir tidur atau saat bangun tidur. Kondisi Theta juga
merupakan kondisi untuk mengakses alam bawah sadar. Hipnotis dan
hipnoterapi menggunakan kondisi ini untuk memberikan perintah-perintah
ke alam bawah sadar pasien, misalnya perintah untuk merasakan bahwa
rokok itu sangat memualkan pada terapi terhadap pecandu rokok.
Dengan
perintah-perintah yang telah disusun sedemikian rupa, seorang
hipnoterapi memandu pasien untuk memasukkan gambaran-gambaran baru ke
dalam alam bawah sadar. Karena alam bawah sadar tidak mampu membedakan
gambaran imajinasi terhadap kondisi nyata, maka gambaran imajinasi
tersebut akan ditangkap sebagai kondisi nyata. Ketika kemudian pasien
telah sadar sepenuhnya (kondisi Beta dan Alfa) maka alam bawah sadar
telah mempunyai gambaran lain terhadap kondisi nyata, misalnya terhadap
rokok yang semula dipandang nikmat tiba-tiba dipandang memualkan.
Seorang rekan saya
bereksperimen dengan hipnoterapi terhadap anaknya yang masih SD. Ketika
sang anak sedang dibuai untuk tidur maka dia menyampaikan pesan-pesan
baru ke alam bawah sadar anaknya dengan mengatakan bahwa sang anak
adalah anak yang rajin, pintar, baik hati, selalu bisa dalam belajar,
dan hal-hal baik lainnya. Sekitar dua minggu kemudian mendadak prestasi
belajar anaknya meningkat drastis. Rekan saya pun terkejut dengan hasil
yang tidak disangkanya tersebut.
Semacam dengan hal
tersebut adalah efek dongeng sebelum tidur bagi anak. Dongeng-dongeng
dengan pesan moral biasanya sangat membekas dalam ingatan anak bahkan
hingga dewasa. Karena itu sangat penting untuk menyempatkan diri
mendongeng kepada anak dengan pilihan dongeng-dongeng yang bermoral
baik, karena secara langsung dongeng tersebut akan masuk ke dalam alam
bawah sadar anak. Sebaliknya sangatlah buruk memberi pengantar tidur
dengan memarahi anak, memberi tontonan seram, dan perlakuan kasar,
karena hal itu akan membekas saat anak hampir tidur.
Yang juga menarik
dilakukan adalah self hipnoterapi, yaitu dengan menyatakan
kalimat-kalimat positif kepada diri sendiri. Salah satu cara adalah
dengan tiduran, atau duduk rileks memejamkan mata, kemudian menenangkan
diri tidur-tiduran, lalu menyatakan kalimat positif , “Khairul -ganti
nama Anda-, kamu bisa, kamu baik, kamu sukses…” Sambil menepuk dada atas
kiri, bahu belakang kanan, atau paha kanan. Mengapa di daerah itu? Itu
adalah daerah yang hanya orang terdekat yang menyentuhnya, seperti ibu,
sahabat, dan keluarga.
Pada saat daerah
tersebut disentuh maka alam bawah sadar akan mengatakan ‘ini pesan dari
orang yang dekat denganku’ dan dia menjadi terbuka untuk menerima pesan
tersebut. Dengan demikian apapun yang disampaikan tadi menjadi bagian
alam bawah sadar dan diingat olehnya.
Gelombang Otak Sebagai Password
Para peneliti Kanada
kini sedang mengembangkan teknik yang dapat menggunakan gelombang otak
untuk mengunci pintu atau memperoleh akses ke layanan bank.
Urusan teknik
pengamanan menggunakan keunikan tubuh manusia telah banyak dikembangkan
para ahli, misalnya sidik jari. Bahkan beberapa perusahaan telah
menawarkan pengenalan citra iris (bagian mata) di banyak negara yang
ingin menerapkan paspor biometrik.
Tapi Julie Thorpe,
seorang peneliti di Carleton University di Ottawa mempunyai ide yang
lebih gila. Menurutnya, tidak perlu digunakan kartu rahasia, nomor pin,
dan bentuk pengaman fisik lainnya untuk mengakses ATM, mengakses data di
komputer, atau memasuki gedung dan ruangan rahasia.
“Penggunanya juga akan
mudah sekali mengingat password-nya,” kata Thorpe. Ia berharap dapat
mengembangkan alat pengaman pertama yang membaca gelombang otak sebagai
kode tersebut.
Idenya memang sangat
potensial untuk dikomersialisasikan, dengan asumsi sinyal-sinyal dari
otak selalu berbeda antara satu orang dengan lainnya meskipun mereka
memikirkan hal yang sama. “Sinyal otak unik seperti halnya sidik jari,”
katanya.
Ia bekerja sama dengan
mahasiswa kedokteran dan peneliti teknologi keamanan Paul Van Oorschrot
di Ottawa untuk mewujudkan ide tersebut. Penelitiannya juga bertujuan
mengembangkan alat bantu bagi para penderita paralisis untuk
mengendalikan dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Para
penderita paralisis kehilangan kemampuan menggerakaan tubuhnya karena
otot-ototnya lumpuh sehingga satu-satunya harapan adalah memanfaatkan
gelombang otaknya.
Untuk mengubah
gelombang otak menjadi perintah komputer yang mengendalikan berbagai
peralatan tentu sulit meskipun mungkin. Tapi, menggunakan perbedaan
gelombang tersebut untuk menggantikan fungsi password jauh lebih mudah.
“Anda dapat menggunakan
suara musik atau memori saat kanak-kanak sebagai password bahkan dengan
menyodori gambar tertentu, seseorang dapat langsung mengingatnya,” kata
Thorpe. Meskipun demikian, ia masih harus memastikan bahwa setiap orang
dapat menghasilkan gelombang yang selalu tepat.
“Seringkali, tanpa
disadari sebuah lagu yang Anda pikirkan mungkin akan mengganggu sinyal
sebab banyak sekali proses di dalam otak manusia,” katanya. Selain itu,
perangkat komputer untuk memeriksa gelombang otak yang ada saat ini
belum terlalu praktis.
Electroencaphalogram
(EEG) yang digunakan untuk mengukur sinyal-sinyal listrik di otak
menggunakan banyak elektroda yang dipasang di kening sehingga untuk
sekali pemeriksaan saja membutuhkan waktu lama.
Selain itu, pengukuran
dengan alat tersebut membutuhkan gel yang harus dioleskan ke kulit
kepala agar elektroda tersebut dapat digunakan. Inilah bentuk yang
sedang diperbaiki Thorpe sehingga pengukuran gelombang otak dapat
dilakukan dengan praktis.
Menggerakkan Benda dengan Gelombang Otak
Benda-benda digerakkan
oleh gelombang otak, tak lagi mustahil. Percobaan ilmiah sudah berhasil
membuktikan. Pada tahap awal penerapan prinsip kerja gelombang pikiran
sebagai penggerak benda-benda, sistem antarmuka (interface)
komputer-otak kini semakin dapat diterapkan. Menurut laporan
LiveScience, riset sinyal saraf itu telah mencapai kemajuan yang
berarti. Tak heran, penelitian itu menjadi yang paling menarik di bidang
rekayasa biomedis.
Awal tahun ini, para
peneliti melatih empat penderita epilepsi untuk menggerakkan kursor
komputer dengan kekuatan pikiran mereka. Para pasien itu tengah menunggu
operasi bedah otak. Beberapa lembar tipis elektroda pendeteksi sinyal
dipasang pada permukaan otak mereka.
Mereka kemudian diminta
untuk mengerjakan beberapa tugas, seperti membuka dan menutup telapak
tangan serta menjulurkan lidah. Pada saat yang sama, para ilmuwan
menilai apakah sinyal-sinyal otak berkaitan dengan gerakan-gerakan itu.
Sinyal-sinyal dari
gerakan-gerakan tersebut kemudian diselaraskan dengan gerakan kursor di
monitor. Misalnya, ketika otak memerintahkan pasien membuka tangan
kanan, maka kursor bergerak ke kanan.
Pasien juga diminta
untuk menggerakkan kursor dari satu titik ke titik lain di monitor.
Caranya, dia hanya berpikir tentang pemindahan kursor tersebut. Awalnya,
keempat pasien itu merasa kesulitan. Namun, mereka akhirnya mampu
mengendalikan kursor dengan pikiran. Setelah beberapa menit, mereka
melakukannya dengan tingkat akurasi lebih dari 70 persen.
Bahkan, seorang pasien mampu menggerakkan kursor melalui pikirannya dengan tingkat akurasi 100 persen pada akhir percobaan.
”Semua peserta
percobaan kami dapat mengendalikan kursor komputer dengan menggunakan
sinyal-sinyal otak,” kata Daniel Moran dari Washington University.
Penelitian itu membuktikan, sensor-sensor yang ditempatkan di permukaan
otak ternyata lebih efektif ketimbang ditanam di jaringan otak atau
dikenakan seperti topi.
Cara penempatan di
permukaan otak itu membuat mereka dapat menerima sinyal lebih stabil dan
kuat ketimbang ditanam di jaringan otak atau dikenakan seperti topi.
Hanya sedikit riset melibatkan penderita lumpuh total sebagai partisipan
penelitian. Salah satunya adalah penelitian di Brown University dan
Cyberkinetics Neurotechnology Systems Inc. Studi itu sedang
mengembangkan sistem yang disebut BrainGate.
Dalam studi ini, sebuah
sensor ditanamkan di lapisan luar saraf pemicu gerak primer (tempat
otak merespons gerakan). Ukuran alat sensor itu lebih kecil dari uang
koin. Sensor tersebut memiliki elektroda setipis rambut yang dimasukkan
sekitar satu milimeter di bawah tempurung kepala. Alat itu dapat
menangkap sinyal-sinyal elektrik dari saraf-saraf yang memicu
gerakan.(livescience-ben-25)
Bab 4
KEKUATAN OTAK, KEKUATAN JIWA
Jiwa adalah sumber
kekuatan seseorang. Orang yang Jiwanya lemah, akan tampil sebagai sosok
yang lemah. Sedangkan orang yang berjiwa kuat akan tampil sebagai sosok
yang ‘kuat’ pula. Tentu saja, bukan sekadar dalam arti fisik. Melainkan
‘kekuatan’ pribadinya dalam menghadapi gelombang kehidupan.
Orang yang memiliki
Jiwa kuat, bukan hanya berpengaruh pada keteguhan pribadinya, melainkan
bisa digunakan untuk mempengaruhi orang lain, bahkan benda-benda di
sekitarnya. Anda melihat betapa besarnya kekuatan yang ditebarkan oleh
Bung Karno sebagai ahli pidato. Ia bisa mempengaruhi ribuan orang hanya
dengan kata-katanya. Ribuan orang terpesona dan rela berpanas-panas,
berdesak-desakan, atau berjuang dan berkorban, mengikuti apa yang dia
pidatokan.
Anda juga bisa
merasakan, betapa hebatnya kekuatan yang digetarkan oleh Mozart dan
Beethoven lewat karya-karya musiknya. Berpuluh tahun karya mereka
dimainkan dan mempesona banyak musikus atau penikmat musik di seluruh
dunia.
Atau, lebih dahsyat
lagi, adalah kekuatan yang terpancar dari Jiwa para nabi. Keteladanan
dan risalah yang beliau bawa telah mampu menggetarkan satu setengah
miliar umat di seluruh penjuru planet bumi ini untuk mengikutinya.
Bahkan terus berkembang, selama hampir 1500 tahun terakhir.
Bagaimana semua itu
bisa terjadi? Dan darimana serta dengan cara apa kekuatan yang demikian
dahsyat itu terpancar? Semua itu ada kaitannya dengan kekuatan Jiwa yang
terpancar dari seseorang. Dengan mekanisme otak sebagai pintu keluar
masuknya.
Mempelajari aktivitas
otak, berarti juga mempelajari aktivitas Jiwa. Kenapa demikian? Karena
seperti telah kita bahas di depan, Jiwa adalah program-program istimewa
yang dimasukkan ke dalam sel-sel otak. Dan program-program itu lantas
berkolaborasi membentuk suatu sistem di dalam organ otak. Karena itu,
setiap apa yang dihasilkan otak adalah pancaran dari aktivitas Jiwa
kita.
Bagaimana memahaminya?
Banyak cara. Di antaranya dengan memahami produk-produk otak sebagai
organ pemikir. Kalau kita membaca karya seseorang, baik berupa karya
tulis, musik, pidato, atau karya-karya seni dan ilmu pengetahuan
lainnya, kita sedang memahami pancaran jiwa seseorang.
Di dalam karya itu
terkandung energi, yang tersimpan di dalam maknanya. Untuk bisa
merasakan energi tersebut tentu kita harus menggunakan Jiwa untuk
memahaminya. Jika kita sekadar menggunakan panca indera terhadap suatu
karya, tapi hati atau Jiwa kita tidak ikut dalam proses pemahaman itu,
tentu kita tidak bisa merasakan besarnya energi yang terpancar. Karya
itu tidak lebih hanya sebagai seonggok benda mati. Tapi, begitu kita
melibatkan hati dan Jiwa, tiba-tiba karya itu menjadi hidup dan
bermakna.
Yang demikian itu bisa
terjadi pada pemahaman apa saja. Setiap kali kita ingin menangkap makna,
maka kita harus melibatkan hati dan Jiwa. Hati adalah sensor penerima
getaran universal di dalam diri seseorang. Ada yang menyebutnya sebagai
indera ke enam.
Kombinasi antara panca
indera dan hati akan menyebabkan kita bisa melakukan pemahaman. Tapi
semua sinyalnya tetap dikirim ke otak sebagai pusat pemahaman atas
informasi panca indera dan hati tersebut. Di situlah Jiwa bekerja
sebagai mekanisme kompleks dari seluruh rangkaian software yang ada di
sel-sel otak.
Jadi, otak memancarkan
gelombang energi yang tersimpan di dalam maknanya. Makna itu sendiri
sebenarnya bukanlah energi, meskipun ia mengandung energi. Makna juga
bukan materi. Makna adalah makna alias ‘informasi’.
Selama ini, kita
memahami eksistensi alam semesta hanya tersusun dari 4 variable, yaitu
Ruang, Waktu, Materi dan Energi. Sebenarnya, ‘Informasi’ adalah variable
ke 5 yang turut menyusun alam semesta.
Para pakar Fisika tidak
memasukkan ‘Informasi’ sebagai salah satu variable penyusun alam,
karena pengukuran ‘Informasi’ itu tidak bisa dilakukan oleh alat ukur
material seperti mengukur Ruang, Waktu, Energi dan Materi. Makna atau
informasi hanya bisa diukur oleh ‘perasaan’ makhluk hidup.
Tetapi seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi kini semakin bisa
diukur secara lebih kuantitatif bukan hanya kualitatif saja. Sehingga,
saya kira sudah waktunya kita memasukkan ‘variable Informasi’ sebagai
Salah satu dari 5 variable penyusun eksistensi alam semesta.
Nah, variabel ke 5
inilah yang banyak berperan ketika kita membicarakan makhluk hidup.
Khususnya yang berkaitan dengan Jiwa dan Ruh. Sebab, ukuran-ukuran yang
bisa kita kenakan pada aktivitas Jiwa dan Ruh itu bukan cuma sebatas
ukuran Ruang, Waktu, Energi dan Materi, melainkan ukuran ‘informasi’
alias ‘makna’. Dan itu belum terwadahi oleh 4 varaibel tersebut.
Mungkinkah ada suatu
peralatan yang bisa mengukur baik dan buruk? Atau adakah alat secanggih
apapun yang bisa mengukur tingkat keindahan, kejengkelan, kebosanan,
ketentraman, kebencian, kedamaian, dan kebahagiaan? Semua itu terkait
dengan informasi dan makna. Sebenarnyalah ‘makna’ itu memiliki arti yang
lebih mendalam dibandingkan sekedar informasi.
Meskipun, tidak bisa
diukur secara langsung sebagaimana mengukur kuantitas Ruang, Waktu,
Energi dan Materi, tapi informasi dan ‘makna’ itu bisa bermanifestasi ke
dalam Ruang, Waktu, Materi dan Energi. Informasi dan Makna menjelajah
ke seluruh dimensi tersebut.
Sebagai contoh, rasa
bahagia bisa terpancar di wajah seseorang (dalam bentuk materi dan
energi), dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat (menempati Ruang dan
Waktu).
Informasi tersebut juga
bisa ditransfer kepada orang lain, sehingga memunculkan energi
tertentu. Jika anda sedang merasa gembira, kemudian menceritakan
kegembiraan itu kepada orang dekat anda, maka orang itu akan merasa ikut
bergembira. Dan ketika dia ikut merasa gembira, dia sebenarnya telah
menerima energi kegembiraan itu dari anda. Dia tiba-tiba terdorong untuk
tertawa, atau bahkan menangis gembira.
Dalam bentuk apakah
energi kegembiraan itu terpancar ke orang dekat anda? Apakah suara anda
yang keras dan menggetarkan gendang telinganya itu yang menyebabkan dia
tertawa? Pasti bukan. Apakah juga karena suara anda yang mengalun merdu,
sehingga ia ikut gembira. Juga bukan. Yang menyebabkan dia ikut gembira
adalah karena ‘isi’ alias ‘makna’ cerita anda itu.
Dan uniknya, energi
yang tersimpan di dalam makna itu tidak bisa diukur besarnya secara
statis, seperti mengukur waktu, atau energi panas. Energi ‘informasi’
itu besarnya bisa berubah-ubah bergantung kepada penerimanya.
Kalau si penerima
berita demikian antusias dalam menanggapi berita gembira itu, maka dia
akan menerima energi yang lebih besar lagi. Mungkin dia bisa tertawa
sambil berurai air mata gembira, berjingkrak-jingkrak, dan seterusnya.
Padahal, bagi orang lain, berita yang sama tidak menimbulkan energi
sehebat itu.
Dimana kunci kehebatan
transfer energi informasi itu berada? Terletak pada dua hal, yang
pertama adalah makna yang terkandung di dalamnya, sejak dari informasi
itu berasal. Dan yang kedua, sikap hati si penerima informasi. Keduanya
bisa saling memberikan efek perlipatan kepada energi yang dihasilkan.
Jadi kekuatan energi
informasi terletak pada ‘kualitas interaksi’ antara sumber informasi,
penerima, dan makna yang terkandung di dalamnya. Dan, semua itu
berlangsung dengan sangat dinamis. Itulah yang terjadi dalam mekanisme
pancaran gelombang otak kita, sebagai representasi Jiwa.
Memang dalam kadar
tertentu, otak memancarkan gelombang dengan frekuensi yang bisa
ditangkap dengan mengunakan alat-alat perekam elektromagnetik tertentu.
Katakanlah electric Encephalograph atau Magneto Encephalograph. Tapi
yang terukur di sana hanyalah amplitudo dan frekuensinya saja. Atau,
mungkin ditambah dengan pola gelombangnya. Sama sekali tidak bisa diukur
berapa besar energi ‘makna’ yang tersimpan di dalamnya. Misalnya,
apakah orang yang diukur gelombang otaknya itu sedang gembira atau
bersedih. Atau, lebih rumit lagi, apakah dia sedang berpikir jahat atau
berpikir baik.
Energi makna itu baru
bisa diketahui ketika dipersepsi lewat sebuah interaksi dengan orang
lain. Artinya, sampai sejauh ini alat ukur yang digunakan haruslah
makhluk hidup, yang memiliki ‘hati’ dan Jiwa sederajat dengan sumber
informasi.
Namun demikian, secara
umum, kita bisa mengetahui kondisi Jiwa seseorang lewat jenis gelombang
otak dan frekuensi yang dipancarkannya. Misalnya, kalau otak seseorang
memancarkan gelombang dengan frekuensi 13 Hertz atau lebih, dia sedang
keadaan sadar penuh alias terjaga.
Kalau pancaran
gelombang antara 8 – 13 hertz, maka dia sedang terjaga tapi dalam
suasana yang rileks alias santai. Jika otaknya memancarkan gelombang di
bawah 8 hertz, maka orang itu mulai tertidur. Dan jika memancarkan
frekuensi lebih rendah lagi, di bawah 4 Hz, ia berarti tertidur pulas.
Dan ketika bermimpi, dia kembali akan memancarkan frekuensi gelombang
yang meningkat, meskipun dia tidak terjaga.
Jadi, secara umum kita
melihat bahwa ‘aktivitas’ otak seiring dengan aktivitas Jiwa. Aktivitas
Jiwa bakal memancarkan energi Makna. Energi makna itu lantas memicu
munculnya energi elektromagnetik di sel-sel otak. Dan berikutnya, energi
elektromagnetik tersebut memunculkan jenis-jenis neurotranmister dan
hormon tertentu yang terkait dengan kualitas aktivitas Jiwa itu.
Misalnya neurotransmiter untuk kemarahan berbeda dengan gembira, berbeda
dengan sedih, malas, dan lain sebagainya seperti telah kita bahas di
depan.
AKTIVITAS KELISTRIKAN OTAK
Salah satu aktivitas
otak yang paling dominan adalah munculnya sinyal-sinyal listrik. Setiap
kali berpikir, otak bakal menghasikan sinyal-sinyal listrik. Bahkan
sedang santai pun menghasilkan sinyal-sinyal listrik. Apalagi sedang
tegang dan stress. Sinyal itu dihasilkan oleh sel-sel yang jumlahnya
sekitar 100 miliar di dalam otak kita. Jadi, sebanyak bintang-bintang di
sebuah galaksi.
Kalau kita lihat dalam
kegelapan, miliaran sel itu memang seperti bintang-bintang yang sedang
berkedip-kedip di angkasa. Setiap kali sel itu aktif, dia bakal berkedip
menghasilkan sinyal listrik. Jika ada sekelompok sel yang aktif, maka
sekelompok sel di bagian otak itu bakal menyala. Di sana dihasilkan
gelombang dengan energi tertentu. Bahkan bisa dideteksi dari luar batok
kepala dengan menggunakan alat pengukur gelombang otak, EEG atau MEG.
Darimana kedipan itu
muncul? Dari aktifnya program-program yang tersimpan di inti sel otak.
Setiap saat di otak kita muncul stimulasi-stimulasi yang menyebabkan
aktifnya bagian otak tertentu. Misalnya, kita melihat mobil. Maka,
bayangan mobil itu akan tertangkap oleh sel-sel retina mata kita, dan
kemudian diubah menjadi sinyal-sinyal listrik yang dikirim ke otak kita.
Sinyal-sinyal kiriman retina mata itu bakal mengaktifkan sejumlah sel
yang bertanggung jawab terhadap proses penglihatan tersebut.
Demikian pula ketika
kita membaui sesuatu. Aroma yang tertangkap oleh ujung-ujung saraf
penciuman kita bakal dikirim sebagai sinyal-sinyal ke otak. Dan
sinyal-sinyal itu lantas mengaktifkan sel-sel untuk membangkitkan
sinyal-sinyal berikutnya. Bahkan dalam keadaan tidur, otak kita masih
mengirimkan sinyal-sinyal untuk mengatur denyut jantung, pernafasan,
suhu tubuh, hormon-hormon pertumbuhan, dan lain sebagainya.
Otak adalah generator
sinyal-sinyal listrik yang saling terangkai menjadi kode-kode kehidupan.
Jika kode-kode itu padam, maka orangnya pun meninggal. Karena, sudah
tidak ada lagi aktivitas kelistrikan di sel otaknya. Berarti tidak ada
lagi perintah-perintah untuk mempertahankan kehidupan.
Tidak hanya berhenti di
otak, sinyal-sinyal listrik itu merambat ke mana-mana ke seluruh tubuh,
lewat komando otak. Menghasilkan gerakan-gerakan atau perintah lain
untuk kelangsungan hidup badan kita. Gerakan sinyal listrik tersebut
memiliki kecepatan sekitar 120 m per detik. Jalur yang dilaluinya adalah
‘kabel-kabel’ saraf yang menyebar dalam sistem yang sangat kompleks.
Pengukuran kelistrikan
saraf ini bisa dilakukan dengan menggunakan alat (ENG) dan menghasilkan
data kelistrikan yang disebut Elektro Neuro Gram. Sedangkan untuk
pengukuran kelistrikan otak menghasilkan data berupa Elektro
Ensefalogram (EEG).
Dalam konteks ini,
manusia lantas mirip dengan robot, yang aktivitasnya juga didasarkan
pada sinyal-sinyal listrik. Pusatnya ada di hardisk atau chip yang
memuat program-program pengendali fungsi ‘kehidupan’ robot itu.
Mekanisme kelistrikan
di dalam tubuh manusia berjalan secara otomatis mengikuti pola sistem
digital di dalam sel. Dalam keadaan istirahat, sel memiliki angka
tegangan listrik sekitar -90 mvolt.
Namun, begitu ada
rangsangan, maka ion-ion natrium yang tadinya berada di luar sel
tiba-tiba ‘menyerbu’ masuk ke dalam sel melewati membrannya. Sehingga,
suatu saat muatan di dalam sel itu jauh lebih positif dibandingkan
dengan di luar membran sel. Tegangan puncak yang terjadi, kalau diukur
dengan Galvano meter bisa mencapai +40 mvolt.
Ketika sel mencapai
nilai ambang tegangan tertentu, maka sel itu menghasilkan sinyal listrik
sebagai jawaban atas rangsang yang terjadi. Waktu pencapaian nilai
ambang tersebut sangat singkat, sekitar 1/1000 detik. Saat itulah sinyal
dihasilkan oleh sel. Di dalam sinyal itu ada kode-kode informasi yang
harus disampaikan kepada sel-sel di sebelahnya, secara berkelanjutan.
Begitu tegangan listrik
sel mencapai tegangan puncaknya, +40 mvolt, maka tegangan itu akan
menurun kembali menuju tegangan istirahatnya yaitu -90 mvolt. Begitulah
seterusnya, sinyal-sinyal terjadi di dalam sel sebagai respon atas
rangsangan yang terjadi, secara otomatis.
Mekanisme kelistrikan
itu terjadi bukan hanya di dalam sel saraf, melainkan di seluruh bagian
tubuh. Sinyal listrik adalah mekanisme utama dalam seluruh aktivitas
tubuh manusia. Dan kini, seiring dengan perkembangan teknologi, besarnya
kelistrikan itu bisa diukur dengan baik.
Sebagai contoh,
kelistrikan otot bisa diukur dan menghasilkan data yang disebut
Elektromiogram (EMG). Otot adalah jaringan penggerak yang diladeni oleh
banyak sekali unit-unit motor dari saraf otak atau tulang belakang. Ada
sekitar 25 – 2000 serat otot yang terhubung ke saraf-saraf.
Sinyal-sinyal
kelistrikan itu merambat lewat jalur tersebut. Ketika sel-sel saraf
istirahat, maka sel-sel otot juga istirahat. Ketika sel saraf
menghasilkan sinyal listrik, maka sel-sel otot juga terangsang,
menghasilkan tegangan listrik, dan kemudian memunculkan sinyal dengan
mekanisme yang sama.
Kelistrikan pada retina
mata juga bisa diukur. Metode yang dipakai adalah rangsang cahaya pada
retina, yang kemudian menghasilkan sinyal listrik di saraf-saraf sekitar
mata. Sebelum diukur, mata diberi cairan NaD fisiologis, kemudian di
korneanya dipasang lensa kontak yang berisi elektroda Ag-AgCl.
Pada sekitar mata
dipasang elektroda referensinya. Elektroda itu bisa dipasang di dahi,
atau di dekat telinga. Maka, ketika retina disinari cahaya, akan muncul
sinyal-sinyal yang bisa diukur oleh sistem peralatan tersebut. Dinamakan
Elektroretinogram (ERG).
Teknik lain untuk
pengukuran kelainan fungsi mata secara kelistrikan adalah yang disebut
Elektrookulogram (EOG). Sedangkan pada fungsi lambung dan pencemaan,
pengukurannya disebut Elektrogastrogram (EGG). Pada saraf disebut
Elektroneurogram (ENG). Pada otak disebut Elektroensefalogram (EEG). Dan
pada jantung disebut sebagai Elektrocardiogram (ECG). Pengukuran
kelistrikan pada jantung adalah yang paling maju di antara pengukuran
kelistrikan yang lain, karena relatif ‘lebih mudah’ dan ‘lebih tua’.
Tapi kita tidak akan membahasnya di sini lebih jauh.
Pada dasarnya saya
hanya ingin mengatakan bahwa tubuh manusia penuh dengan sinyal-sinyal
listrik yang membentuk mekanisme sistem kehidupan. Sekali lagi, semua
itu dikendalikan lewat program-program canggih yang terdapat di inti sel
yang berjumlah miliaran itu. Dan organ komandonya adalah otak.
Lima tahun terakhir
ini, perkembangan pengukuran dan pemanfaatan gelombang otak semakin
maju. Terutama untuk membantu orang-orang yang mengalami kelumpuhan pada
saraf tubuhnya dari leher ke bawah. Mereka sangat terbantu dengan
adanya teknologi ‘brain computer interface’ (BCI). Sebuah teknologi yang
mencoba menghubungkan otak dengan sebuah komputer.
Ke dalam otak seseorang
dimasukkan sebuah chip berukuran 2×2 mm yang berisi 100 keping
elektroda. Chip itu ditanam di lapisan luar kulit otak sedikit di atas
posisi telinga untuk menangkap sinyal-sinyal yang keluar dari sel-sel
otak.
Chip tersebut bisa
menangkap sinyal-sinyal yang berasal dari sekitar 50 – 150 saraf otak.
Lantas, diteruskan ke suatu alat pengubah data digital, dengan
menggunakan kabel fiber optik. Sinyal-sinyal digital itu dihubungkan ke
sebuah komputer. Hasilnya, seorang yang mengalami kelumpuhan saraf-saraf
otot bisa memberikan perintah yang ada di benaknya lewat komputer
tersebut.
Penelitian yang
dilakukan oleh sebuah lembaga benama Cyberkinetics di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa si pasien yang lumpuh itu bisa melakukan banyak hal
lewat bantuan alat tersebut. Di antaranya, dia bisa mengoperasikan
komputer cukup dengan kehendaknya saja.
Dia juga bisa mematikan
dan menghidupkan lampu, televisi, radio, dan memainkan video games,
serta beberapa peralatan elektronik hanya dengan menggunakan pikirannya.
Bahkan perkembangan berikutnya, ia bisa menggerakkan tangannya dengan
bantuan alat tersebut.
Manusia telah berhasil
membuktikan bahwa otak memancarkan sinyal-sinyal listrik yang memiliki
makna sesuai dengan apa yang sedang dipikirkan. Karena itu, bisa diukur.
Di dalamnya tersimpan energi tak terbatas yang bergantung kepada bisa
tidaknya kita menerjemahkan sinyal pikiran itu lewat peralatan peralatan
mutakhir..
Maka, orang bisa
bermimpi dan berimajinasi apa saja dengan pikirannya. Kalau imajinasi
itu bisa diterjermahkan tanpa batas juga, dengan menggunakan peralatan
yang semakin canggih, maka energi yang tersimpan di dalam perintah itu
pun bakal menjadi kenyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar