Rabu

Berlatih Khusyu’ dalam Sholat


QOD AFLAHAL MUKMINUUNAL LADZIINAHUM FII SHOLAATIHIM KHOSYIUUNA
Artinya :  “Sungguh mencapai keberuntungan orang-orang yang beriman (1). Yaitu orang-orang yang mereka itu di dalam sholatnya mencapai kekhusyu’an (2)”.

Lalu bagaimanakah sempurnanya khusyu itu?.
Sebenarnya semua rukun dalam Sholat itu untuk mendidik kita supaya Khusyu’.
  • Ibadah Berdiri dalam Sholat adalah mendidik Khusyu’.
  • Ibadah Ruku’ dalam Sholat adalah mendidik Khusyu’.
  • Ibadah Sujud dalam Sholat adalah mendidik Khusyu’.
  • Ibadah Duduk dalam Sholat adalah mendidik Khusyu’.

Imam Ghozali Rohimahulloh menerangkan di dalam kitab Ihya’ Ulumuddin jilid I, sebagai berikut :  Bila seseorang itu belum mampu khusyu’ di dalam sholatnya sejak Takbirotul Ihrom sampai Salam, maka cara belajarnya ialah supaya diusahakan bisa Khusyu di dalam Tiga Titik, yakni :
Titik yang Kesatu.
Khusyu’ di dalam Takbirotul Ihrom (bacaan Allohu Akbar yang pertama).
Titik yang Kedua.
Khusyu’ di dalam waktu membawa ayat Iyyaaka Na’budu wa Iyyaaka nasta’iin.
Titik yang Ketiga.
Khusyu’ di dalam membaca Asyhadu Anlaa Ilaaha Illalloh di dalam Tahiyyat.
Pernah ada orang yang bertanya kepada kami :  “Saya ini tidak bisa khusyu’ kalau tidak melihat gambar Ka’bah disajadah, maka bila mencari sajadah itu saya memilih yang ada gambarnya Ka’bah”.       
Bahaya kalau memang seperti ini, karena sama saja Sholatnya itu menyembah gambar, itu tidak boleh.  Khusyu’ itu bukan masalah gambar. Lalu orang tersebut saya tanya  :
+ :    “Kamu tahu apakah Khusyu’ itu?.
-  :    “Khusyu’ itu tenang pak”.
+ :    “Khusyu’ adalah tenang, adapun tandanya khusyu’ itu kalau digigit nyamuk diam saja, itu jawaban ngawur namanya. Walaupun diam tapi terasa atau tidak kalau digigit?”.
- :      “Ya tetap terasa!”.
+:    “Berarti itu tidak tenang tapi dinenang-tenangkan”.
Lalu bagaimanakah Khusyu’ itu?.  Masya’ Alloh, kalau yang sudah khusyu’ sungguh-sungguh maka  “Rasa dari Dalam” itu membeludak sehingga mengalahkan “Rasa dari Luar”,  sebagaimana cucu  Rosululloh yang bernama Sayyidina Dja’far Shoqid RA.
Di dalam suatu peperangan beliau terkena panah, bahkan panah itu beracun, menancap dipunggungnya.  Beliau berpesan pada istrinya agar mencabut panah sewaktu sholat saj agar tidak terasa sakit.
Akhirnya dipraktekkan, ketika Sayyidina Dja’far Shodiq Sholat, anak panah tersebut dicabut dari punggungnya dan darahpun bercucuran, akan tetapi Beliau tidak terasa.  Kemudian setelah Sayyidina Dja’far Shodiq selesai Sholat, beliau berkata :  “Tadi kan sudah saya bilang bahwa cubutlah anak panahnya bila saya sedang sholat, tapi mengapa tidak kamu cabut?”. Jawa istrinya :  “Sudah …., anak panahnya sudah saya cabut”.  Sayyidina Dja’far Shodiq :  “Lho, masak sudah dicabut?”.  Istrinya menjawab :  “Ini …., darahnya sampai bercucuran”.
Sampai seperti itulah kalau seseorang itu benar-benar Khusyu’. Bagaimana tidak?.  Orang yang Mahabbah itu ‘Rasa dari Dalam’ begitu besarnya, jangankan digigit nyamuk, bahkan anak panah yang menancap dicabutnya tidak terasa.
Lain dengan kita, kalau kita yang Sholat, jangankan sampai seperti itu, sedangkan baru membaca Takborotul Ihrom saja anaknya menangis lalu istri mengomel :  “Ini lho, anaknya itu urusen!”.
Jadi seperti Khusyu’nya Sayyidina Dja’far Shodiq itulah Khusyu’ yang benar-benar. Adapun kita ini belum sampai khusyu’, masih tingkat Alif-Ba’-Ta’-nya Khusyu’.  Tapi kita berdo’a dan berusaha, mudah-mudahan kita bisa Khusyu’.
Semoga Bermanfaat.

Tidak ada komentar: