Kiblatnya manusia ketika sholat dan kiblatnya sholat.
Kemanakah kiblatnya manusia ketika sholat? Bukan kiblatnya
sholat lho? Lain antara kiblat ketika sholat dengan kiblatnya sholat.
Kalau kiblatnya orang sholat itu ke Baitulloh, bukan ke Barat. Kalau
kiblatnya ke Barat, jadinya MUSTAQBILAL BARATI. Dan
seandainya tempatnya berada di Baratnya Ka’bah, maka menghadapnya ke
arah-arah Timur. Kalau di Indonesia ini berhubung berada di posisi
sebelah Timurnya Ka’bah maka menghadapnya ke arah-arah Barat (agak ke
Utara sedikit). Makanya kalau membuat masjid supaya arah menghadapnya
diusahakan tepat.
Kadang ada yang berpendapat, supaya kiblatnya tepat maka ya memakai sajadah yang bergambar Ka’bah.
Kenapa kiblatnya orang sholat ke ka’bah atau Baitulloh?. Baitulloh itu kiblatnya jasmani. Sedangkan kalau kiblatnya sholat itu bukan ke ka’bah.
Baitulloh.
Baitulloh itu bangunan persegi empat yang ketika jaman Nabi
Adam sudah ada. Memang ada yang berpendapat kalau ka’bah itu dibangun
oleh Nabi Ibrahim. Kalau menurut Alqur-an tidak demikian. Menurut
Alqur-an Ibrahim hanya meninggikan saja.
IDZ YARFA’U IBROHIIMA QOWAA’IDA
“Ingatlah ketika Ibrahim meninggikan tiang-taingnya”. (Al Baqoroh / 127).
QOWAA’IDA = Tiang-tiang.
Sebabnya ditinggikan karena sudah ada dan tertutup pasir.
Dan Ka’bah itu sudah 12 kali mengalami pembenahan. Roboh dibangun lagi, roboh lagi, dibangun lagi sampai 12 kali.
Adapun letak Ka’bah itu tepat di pusarnya jagad. Lho kok jagad ada pusarnya? Manusia saja punya pusar, jadi jagad ya juga punya pusar.
Kalau menurut Alqur-an yang ditempati Ka’bah itu namanya Bakkah. Begitu
juga menurut Zabur atau perjanjian lama, juga dinamakan Bakkah. Jadi
perjanjian lama itu adalah Zabur.
Adapun hajar aswad itu menempel di Ka’bah. Dan hajar aswad
tersebut dahulunya utuh tapi sekarang ini sudah pecah jadi 8 namun
dirangkai dengan perak.
Dan dahulu pada jaman Qoronitoh juga pernah dibawa lari,
orang-orang yang sedang berhaji dibunuh (sampai ribuan) lalu hajar
aswadnya dirampas dan dibawa lari kenegerinya. Kemudian ditebus, lama
nebusnya, ditebus dengan beberapa ribu dinar. Lalu hajar aswad
dikembalikan lagi pada tempatnya.
Walau begitu banyak sekali yang ingin mengecup hajar aswad
yang di Mekah, dibela berdesak-desakan sampai ada yang tewas karena
ingin mengecupnya. Kok tidak ada kyai yang mengingatkannya, supaya
mereka tidak jatuh ke syirik. Kalau tidak di ingatkan, bisa jadi bahan
ejekan agama lain. Kata agama lain : Mau syirik kok jauh-jauh. Ketika
aku menyimpan patung, Islam mengatakan syirik, tapi orang-orang Islam
sendiri malah berbondong-bondong ke Mekah, ada yang sampai menjual sawah
hanya demi untuk mengecup batu hitam.
Bila sampai di ejek seperti itu bagaimana? Apa tidak jengkel?
Bila tidak punya jengkel berarti bukan manusia. Tapi kalau jengkel dan
mau menjawabnya, tidak bisa. Jadi repot, makanya jangan berulah. Alloh
pun sudah memperingatkan kita :
WALAA TASUBBUL LADZIINA YAD’UUNA MIN DUUNILLAHI FAYASUBBULLOHA ADWAN BIGHOIRI ‘ILMIN.
Dan janganlah mengumpat orang-orang
yang menyembah selain Alloh, nanti malah menyembah Alloh dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan. (Al An-am / 108)
Kadang orang Islam sendiri yang suka memancing masalah.
Soal lempar jumroh juga demikian, umumnya diyakini melempar
syetan. Disaat berbunyi tok, dikira kena syetan. Padahal syetannya itu
ada didalam dirinya sendiri.
Dan disaat mengerjakan haji kebanyakan mementingkan doanya.
Padahal doa-doa yang dibaca waktu haji itu tidak ada yang wajib,
semuanya sunah. Kalau doanya manasik panjang sekali, banyak yang tidak
hafal, mungkin kyainya juga jarang yang hafal. Doa waktu ke ka’bah juga
ada sendiri, yakni :
LABBAIK ALLOHUMMA LABBAIK…….. dst.
Ya Tuhan, kami datang kepadamu, Ya Tuhan, kami mendatangi panggilanmu …….. dst.
Kalau kamu tidak dipanggil ya tidak LABBAIK
seperti itu. Jadi ikut saja petunjuk pembimbingnya, wong ada
pembimbingnya, walau pembimbingnya sendiri banyak yang tidak tahu
hakekatnya. Bila disuruh baca LABBAIK ya baca LABBAIK, gitu aja.
Di Mekah juga ada yang jualan air, biasanya bilang MOYA-MOYA, orangnya juga memakai sorban.
Jadi doa-doanya itu tidak ada yang wajib, dibaca boleh, tidak dibaca juga boleh.
Dan bila ingin berdoa yang mudah, maka bisa hanya dengan membaca :
ROBBANA ATINA FID DUN-YA HASANAH WAFIL AKHIROTI HASANAH WAQINAA ADZAABANNAAR.
Adapun yang penting itu niatnya, niatnya harus ditata yang
benar, niat lillahi Ta’ala. Jangan sampai niat karena ingin dipuji
orang, niat untuk berganti nama atau ingin dipanggil haji. Meskipun
namanya “wak min”, biar saja tetap “wak min” tidak perlu harus “haji wak
min”.
Nabi Muhammad sendiri, panggilannya tetap Muhammad, tidak
usah ditambahi “haji Muhammad”, begitu juga dengan para shohabat Nabi,
tidak ada yang ditambahi “haji”. Seperti haji Abu Bakar atau haji Umar
atau haji Usman dst tidak ada, walau semuanya sudah melaksanakan haji.
Begitu juga dengan istri-istrinya Nabi Muhammad seperti Maryam, Aisyah,
Umi Kulsum, Saudah dst walau semuanya sudah haji, namun tidak ada yang
panggilannya “hajah………”. Tapi umumnya orang-orang Indonesia yang pergi
haji namanya ingin ditambahi sebutan “haji atau hajah” (Yu kaji / pak
kaji). Bukankah keinginan yang demikian ini bisa menyelewengkan niat.
Umumnya berpendapat di Mekah itu doanya di ijabahi. Perkara di ijabahi atau tidak itu bukan ditentukan oleh tempat, tapi ditentukan oleh hatinya, bagaimana hatinya.
Kata mereka : Tapi disana itu tanah suci. Bagaimana yang
dimaksud dengan suci? Bukankah disana juga ada jutaan orang yang
kencing? Disana juga ada kuburannya Abu Jahal, Abu Lahab dan jutaan
orang musyrik. Jadi mereka itu banyak yang tidak tahu maknanya suci,
dikira orang-orang yang disana suci semua. Para shohabat pun tidak
semuanya suci, dikira semua shohabat suci, padahal tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar