SIFAT-SIFAT KETUHANAN
Sifat Wajib | Tulisan Arab | Maksud | Sifat | Sifat Mustahil | Tulisan Arab[[Berkas: | Maksud |
---|---|---|---|---|---|---|
Wujud | Ada | Nafsiah | Adam | Tiada | ||
Qidam | Terdahulu | Salbiah | Huduts | Baru | ||
Baqa | Kekal | Salbiah | Fana | Berubah-ubah (akan binasa) | ||
Mukhalafatuhu lilhawadis | Berbeda dengan makhluk-Nya | Salbiah | Mumathalatuhu lilhawadith | Menyerupai sesuatu | ||
Qiyamuhu binafsih | Berdiri-Nya dengan sendiri | Salbiah | Qiamuhu bighairih | Berdiri-Nya dengan yang lain | ||
Wahdaniyat | Esa (satu) | Salbiah | Ta'addud | Lebih dari satu (berbilang) | ||
Qudrat | Kuasa | Ma'ani | Ajzun | Lemah | ||
Iradat | Berkehendak (berkemauan) | Ma'ani | Karahah | Tidak berkemauan (terpaksa) | ||
Ilmu | Mengetahui | Ma'ani | Jahlun | Bodoh | ||
Hayat | Hidup | Ma'ani | Al-Maut | Mati | ||
Sam'un | Mendengar | Ma'ani | Sami | Tuli | ||
Basar | Melihat | Ma'ani | Al-Umyu | Buta | ||
]] Kalam | Berbicara | Ma'ani | Al-Bukmu | Bisu | ||
Kaunuhu qaadiran | Keadaan-Nya yang berkuasa | Ma'nawiyah | Kaunuhu ajizan | Keadaan-Nya yang lemah | ||
Kaunuhu muriidan | Keadaan-Nya yang berkehendak menentukan | Ma'nawiyah | Kaunuhu mukrahan | Keadaan-Nya yang tidak menentukan (terpaksa) | ||
Kaunuhu 'aliman | Keadaan-Nya yang mengetahui | Ma'nawiyah | Kaunuhu jahilan | Keadaan-Nya yang bodoh | ||
Kaunuhu hayyan | Keadaan-Nya yang hidup | Ma'nawiyah | Kaunuhu mayitan | Keadaan-Nya yang mati | ||
Kaunuhu sami'an | Keadaan-Nya yang mendengar | Ma'nawiyah | Kaunuhu ashamma | Keadaan-Nya yang tuli | ||
Kaunuhu bashiiran | Keadaan-Nya yang melihat | Ma'nawiyah | Kaunuhu a'maa | Keadaan-Nya yang buta | ||
Kaunuhu mutakalliman | Keadaan-Nya yang berbicara | Ma'nawiyah | Kaunuhu abkam | Keadaan-Nya yang bisu |
Adapun yang wajib bagi Ketuhanan itu bersifat dengan empat sifat:1. Sifat Nafsiyah, yaitu Wujud2. Sifat Salbiyah yaitu, Qidam, Baqa, Mukhalafatuhu lil khawaditsi, Qiyamuhu binafsihi dan Wahdaniat3. Sifat Ma'ani, yaitu, Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sami ', Bashir dan Kalam4. Sifat ma'nawiyah, yaitu Qadirun, Muridun, 'Alimun, Hayyun, Sami'un, Bashirrun dan MuttaqalimuunDibagi lagi menjadi dua sifat (Pendekatan secara nafi dan isbat)1. Sifat Istighna 'yaitu, Wujud, Qidam, Baqa, Mukhalafatuhulilkhawadits, Qiyamuhu binafsihi, Sami', Bashir, Kalam, Sami'un, Bashirun dan Muttaqallimun2. Sifat Iftikor, yaitu Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Kodirun, Muridun, 'Alimun, Hayyun dan Wahdaniah~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ OOo ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~Bagian II: Sifat SalbiyahAdapun hakikat sifat Salbiyah itu: wahiya dallat 'alallafiy maalaa khaliyqu billahi' aza wajalla, artinya barang yang menunjukkan pada menafikan apa-apa yang tidak patut dan tidak layak pada dzat, pada sifat dan pada af'al Allah Ta'ala yaitu lima sifat:1. Qidam, artinya Dahulu2. BAQA 'artinya Kekal,3. MUKHALAFATUHULILKHAWADITS artinya bertentangan Allah Ta'ala dengan segala yang baru.4. Qiyamuhu binafsihi, artinya Berdiri Allah Ta'ala dengan sendirinya.5. WAHDANIAH, artinya Esa~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ OOo ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~1. Qidam, artinya DahuluAdapun hakikat Qidam ibarat dari menafikan ada awal untuk Wujud-Nya yakni tidak permulaan, lawannya Hudusy artinya baru yaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali dikatakan Ia baru karena jikalau Ia baru niscaya jadilah Wujud-Nya itu ada yang harus, tiadalah Ia wajibal ada maka sekarang telah terdahulu wajibal ada baginya maka menerimalah aqal kita wajib baginya bersifat Qadim dan mustahil lawannya baru, adapun dalilnya firman-Nya dalam Al Qur'an: huwal awwalu, artinya Ia juga yang awal.Adapun Qadim rasio pada nama empat hal:a. Qadim Haqiqi, yaitu dzat Allah Ta'alab. Qadim sifati, yaitu sifat Allat Ta'alac. Qadim idofi, yaitu Qadim yang bersandar seperti dulu bapak dari anakd. Qadim Zamani, yaitu masa yang telah lalu sekurang-kurangnnya setahun2. BAQA 'artinya KekalAdapun hakikat Baqa 'itu ibarat menafikan ada kesudahan bagi Wujud-Nya, yakni tidak kesudahan, lawannya Fana' artinya binasa yaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali dikatakan Ia binasa, jikalau Ia binasa jadilah Wujud-Nya itu ada yang baru, saat ini baru tiadalah Ia bersifat Qadim maka sekarang telah terdahulu untuk-Nya wajib bersifat Qadim maka menerimalah aqal kita wajib bagi-Nya bersifat Baqa dan mustahil lawannya binasa, adapun dalilnya firman-Nya dalam Al Qur'an: wayabqo wajhu robbikauzuljalali wal ikrom, artinya kekal dzat Tuhan kamu yang memiliki Kebesaran dan Kemuliaan.Adapun yang Kekal itu dua bahagi:a. Kekal Haqiqi, yaitu dzat dan sifat Allah Ta'alab. Kekal Ardy, yaitu tetap yang dipertahankan, menerima hukum binasa jikalau dibinasakan Allah Ta'ala, karena ia bagian dari mumkinun, tetapi tidak dibinasakan maka kekal ia, maka kekalnya itu dinamakan kekal 'Ardy, seperti ruh, arasy, kursi, kalam, lauh mahfudh , surga, neraka, bidadari dan telaga nabi.3. MUKHALAFATUHULILKHAWADITSI artinya bertentangan Allah Ta'ala dengan segala yang baruAdapun Hakikat Mukhalafatuhulilhawadits itu diibaratkan menafikan dzat dan sifat dan af'al Allah Ta'ala dengan segala sesuatu yang baru, yakni tidak bersamaan dengan segala yang baru, lawannya Mumassalatuhulilhawadits, artinya sama dengan segala sesuatu yang baru. Tidak diterima oleh akal dikatakan Allah Ta'ala itu bersamaan dzat-Nya dan sifat-Nya dan af'al-Nya dengan segala yang baru, karena jikalau bersamaan dengan segala yang baru maka tiadalah Ia bersifat Qadim dan Baqa ', sebab segala yang baru menerima hukum binasa, maka sekarang telah terdahulu wajib bagi Allah Ta'ala bersifat Qadim dan Baqa ', maka menerimalah aqal kita wajib bagi Allah Ta'ala bersifat mukhalafatuhulilhawadits, dan mustahil lawannya Mumasalatu lilhawadits, adapun dalilnya firman-Nya dalam Al Qur'an:laisa kamislihi syaiin wa huwassami'ul bashir, artinya tidak seperti Allah Ta'ala dengan segala sesuatu dan Ia mendengar dan melihat.Adapun bertentangan dzat Allah Ta'ala dengan dzat yang baru karena dzat Allah Ta'ala bukan materi atau massa dan bukan jauhar atau 'aradh dan tidak dijadikan, tidak bertempat, tidak berjihat, tidak bermasa atau dikandung waktu dan tidak beranak atau diperanakkan.Bertentangan sifat Allah Ta'ala dengan sifat yang baru karena sifat Allah Ta'ala Qadim dan 'Aum takluknya, seperti Sami' Allah Ta'ala takluk pada segala yang mawujud.Adapun sifat yang baru itu tidak ia Qadim dan tidak 'Aum takluknya, tetapi takluk pada setengah hal jua seperti yang baru mendengar ia pada yang berhuruf dan bersuara dan yang tidak berhuruf dan bersuara tiada ia mendengar atau yang jauh atau yang tersembunyi seperti gerak-gerak yang dalam hati dan begitu saja sifat-sifat yang lain tidak serupa dengan sifat Allah Ta'ala.Adapun bertentangan perbuatan Allah Ta'ala dengan perbuatan yang baru karena perbuatan Allah Ta'ala itu memberi bekas dan tidak dengan alat alat dan tidak dengan minta tolong dan tidak mengambil keuntungan dan tidak yang sia-sia.Adapun perbuatan yang baru tidak memberi bekas dan dengan alat alat atau dengan minta tolong dan mengambil manfaat.4. Qiyamuhu binafsihi, artinya Berdiri Allah Ta'ala dengan sendirinyaAdapun hakikat Qiyamuhu binafsihi itu ibarat dari menafikan memerlukan tempat berdiri dan berkehendak kepada yang menjadikan dia, yakni tidak memerlukan tempat berdiri dan tidak memerlukan yang menjadikannya.Mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali dikatakan tidak berdiri dengan sendirinya, karena Ia zat bukan sifat, jikalau Ia sifat, maka memerlukan tempat berdiri karena sifat itu tidak bisa berdiri dengan sendirinya.Dan tidak memerlukan yang membuat ini karena Ia Qadim, jikalau berkehendak Ia kepada yang menjadikan Dia, maka jadilah Ia baru, ketika ia baru tiadalah ia bersifat Qadim dan Baqa 'dan Mukhalafatuhulilhawadits.Maka sekarang menerimalah aqal kita, wajib diterima oleh aqal, bagi Allah Ta'ala itu bersifat Qiyamuhubinafsihi dan mustahil lawannya An-laayakuunu ko'imambinafsihi, adapun dalilnya firman-Nya dalam Al Qur'an: innallaha laghniyyun 'anil' alamiin, artinya Allah Ta 'ala itu terkaya dari semesta alam.Adapun segala yang mawujud menurut berkehendak kepada tempat berdiri dan berkehendak kepada yang menjadikan dia itu empat bagian:a. Tidak memerlukan yang menjadikan Dia dan tidak memerlukan tempat berdiri, yaitu zat Allah Ta'alab. Berdiri pada zat Allah Ta'ala dan tiada berkehendak kepada yang menjadikan Dia, yaitu sifat Allah Ta'alac. Tidak memerlukan tempat berdiri dan berkehendak kepada yang menjadikan dia yaitu segala materi yang barud. Memerlukan tempat berdiri dan berkehendak kepada yang menjadikan dia yaitu segala 'aradh yang baru5. WAHDANIAH, artinya EsaAdapun hakikat Wahdaniah itu ibarat menafikan kammuttasil (beberapa-bilang atau bersusun-susun atau berhubung-hubung) dan kammumfasil (bercerai-cerai banyak yang serupa) pada zat, pada sifat, dan pada af'al.Lawannya An-yakunu wahidan, artinya tiada ia esa. Mustahil tiada diterima oleh akal sekali-kali dikatakan tiada Ia Esa, karena jikalau tiada Ia Esa tiadalah ada alam ini karena banyak yang memberi bekas.Seperti dikatakan ada dua atau tiga tuhan, kata tuhan yang satu keluarkan matahari dari barat, dan kata tuhan yang satu lagi keluarkan dari timur, dan kata tuhan yang satu lagi keluarkan dari utara atau selatan, karena tiga yang memberi bekas. Tentu kalau tuhan yang satu itu mengeluarkan matahari itu dengan sekehendakknya misalnya disebelah barat, tentu pula tuhan yang lain meniadakkannya dan mengadakan lagi menurut kehendaknya misalnya disebelah timur atau utara atau selatan, karena tiga-tiga tuhan itu berkuasa mengadakan dan meniadakan maka akibatnya matahari itu tidak keluar .Maka sekarang kita lihat dengan mata kepala kita sendiri bagaimana keadaan atau perjalanan didalam alam ini semuanya teratur dengan baiknya maka menerimalah aqal kita wajib diterima aqal Wahdaniah untuk Allah Ta'ala dan mustahil lawannya berbilang-bilang atau bercerai-cerai.Adapun dalilnya firman-Nya dalam Al Qur'an: Qul huwallahu ahad, artinya katakanlah oleh mu (Muhammad) Allah Ta'ala itu Esa, yakni Esa zat dan Esa sifat dan Esa af'al.Adapun Wahdaniah pada zat menafikan dua perkara:a. Menafikan Kammuttasil, yaitu menafikan beberapa-bilang atau bersusun-susun seperti dikatakan zat Allah Ta'ala itu berdarah, berdaging dan bertulang urat, atau dikatakan zat Allah Ta'ala itu kejadian dari anasir yang empat.b. Menafikan Kammumfasil, yaitu menafikan bercerai-cerai banyak yang sebangsa atau mirip, umpama dikatakan ada zat yang lain seperti zat Allah Ta'ala yakni tiada sekali-kali seperti yang demikian itu.Maka Kammuttasil dan Kammumfasil itulah yang hendak kita nafikan pada zat Allah Ta'ala, apabila sudah kita nafikan yang dua hal ini maka barulah dikatakan Ahadiyyatuzzat, yakni Esa dzat Allah Ta'ala.Adapun Wahdaniah pada sifat menafikan dua perkara:a. Menafikan Kammuttasil, yaitu menafikan beberapa-bilang atau bersusun-susun sifat, seperti dikatakan ada pada Allah Ta'ala dua Qudrat atau dua Ilmu atau dua Sami 'yakni tiada sekali-kali seperti yang demikian itu.b. Menafikan Kammumfasil, yaitu menafikan bercerai-cerai banyak yang sebangsa atau serupa seperti dikatakan ada Qudrat yang lain atau Ilmu yang lain seperti Qudrat dan Ilmu Allah Ta'ala.Maka Kammuttasil dan Kammumfasil inilah yang hendak kita nafikan pada sifat Allah Ta'ala, apabila sudah kita nafikan yang dua itu maka baharulah dikatakan Ahadiyyatussifat, yakni Esa sifat Allah Ta'ala.Adapun Wahdaniah pada af'al menafikan dua perkara:a. Menafikan Kammuttasil, yaitu menafikan berhubung atau minta tolong memperbuat suatu perbuatan, seperti dikatakan Allah Ta'ala jadikan kuat pada nasi mengenyangkan dan kuat pada air menghilangkan dahaga dan kuat pada api membakar dan kuat pada tajam memutuskan yakni tiada sekali-kali seperti yang demikian itu.b. Menafikan Kammumfasil, yaitu menafikan bercerai-cerai banyak perbuatan yang memberi bekas, seperti dikatakan ada perbuatan yang lain memberi bekas seperti perbuatan Allah Ta'ala, yakni tiada sekali-kali seperti yang demikian itu.Maka Kammuttasil dan Kammumfasil inilah yang hendak kita nafikan pada af'al Allah Ta'ala, apabila sudah kita nafikan yang dua ini maka barulah kita dikatakan Ahadiyyatull af'al, yakni Esa perbuatan Allah Ta'ala.MUBADA / PENDAHULUAN1. Nama ilmu ini yaitu ilmu Tauhid, ilmu Kalam, ilmu Sifat, ilmu Ushuluddin atau 'Aqidul Iman.Kepada Sahabat yang arifin dan budiman sudilah kiranya berbagi pada hamba yang publik untuk menguraikan Mubada (Pendahuluan) dari pada Ilmu ini ..... mudah-mudahan bermanfaat bagi siapa yang melayari BSC ini.2. Mana tempat ambilannya3. Apa isinya4. Apa-apa tempat bahasannya atau Maudu'nya5. Apa manfaat ilmu ini6. Apa rasio ilmu ini dengan lain-lain ilmu7. Siapa orang yang mengirim ilmu ini atau yang mengeluarkannya8. Apa hukumnya9. Apa kelebihannya10. Apa kesudahannya iniTakrif: lmu yang diketahui darinya Awal nafsu pada kebaikan dan kejahatannya dan kaifiat (cara-cara) membersihkan dari segala aib-aib dan penyakit dari sifat Mazmumah dan najis yang ma'nawi (syirik khafi) dan menyatakan kaifiat-kaifiat Suluk dan berjalan ke AllahTempat Pengiriman: Al-Zat Al-'aliyyah (Zat Allah) karena dibahas dari' itibar makrifat dengan dalil dan burhan atau dengan syuhud dan 'iyan dan Al-Nufus Wal-Qalbu Wal-Arwah karena dibahas akan dia membersihkan dan mensucikan.Orang mengirim: Nabi SAW.mengajarkan dia oleh Allah Taala dengan Wahyu dan Ilham. Maka awal-awla orang mendhohirkannya dan mengatakannya Imam Ali Karramallahi wajhu kemudian mengambil akan dia antaranya oleh Hasan Basri dan ibunya Umi Khairah Maula 'untuk Ummi Salamah, istri Rasulullah dan ayahnya Mauli untuk Zaid bin Zabit kemudian mengambil akan dia darinya oleh Habibil' Ajami RA. kemudian mengambil akan dia darinya oleh Abu Sulaiman Daud Al-Thoi RA. yang wafat pada tahun 120Hijrah; kemudian mengambil akan dia darinya oleh Abu Mahfuz Ma'ruf bin Tiruz Al-Kharkhi RA.; kemudian mengambil akan dia darinya oleh Abu Hassan Sirri RA. yang wafat pada tahun 251 Hijrah dan menzhohirkan pemberitahuan hakikat oleh Sheikh Abul Qasim Al-Junaid Al-Bagdadi yang wafat pada tahun 297 Hijrah. Sheikh Junaid inilah menjadi orang yang pertama yang Ijtihad dalam Ilmu Tasauf di mana beliaulah Imam kita kaum Ahli Sunnah Wal Jamaah.Namanya: Tasauf dan ilmu Qalbu dan Ilmu Batin dan Ilmu Laduni, dan Ilmu Mukashafah dan Ilmu Asror dan Ilmu Maknun dan Ilmu Hakikat dan Ilmu Zauqi dan Ilmu Wujdan dan beberapa nama yang lain dari yang tersebut itu.Kutipan: Dari Al-Qur'an dan hadits Rasulullah SAW. dan dari Ilham Sholihin dan Fatuhat (Temuan dan pembukaan) 'Ariffin.Hukum: Wajib 'Aini pada tiap-tiap mukallaf mempelajarinya seperti Wajib' Aini mempelajari barang yang meningkatkan zhohir (syariat / fiqih) mereka itu.Masaalah: Bicara yang tergantung dengan musyahadah akan Hak Ta'ala dan yang tergantung dengan segala Maqam dan Hal-Ahwal untuk segala Arifin dan Sholihin dari beberapa Adab dan amalan mereka itu.Keuntungan: Sampai ke makrifat yang sebenarnya (hakikat makrifat)Rasio Bagi Seluruh ('Ilam): Bahwa Ilmu ini asal titik' Ilam dan ilmu yang lain daripanya adalah cabangnya. Dimulai nisbahnya untuk batin seperti rasio fikih ke zhohir. Ini metahkiqkan untuk Ilmu Usul dan mengheningkan Ilmu Fikih.Kelebihannya: Semulia-mulia ilmu yang dibangsakan kepada agama karena jumlah dari pati Ilmu Tauhid.1. Qidam, artinya DahuluAdapun hakikat Qidam ibarat dari menafikan ada awal untuk Wujud-Nya yakni tidak permulaan, lawannya Hudusy artinya baru yaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali dikatakan Ia baru karena jikalau Ia baru niscaya jadilah Wujud-Nya itu ada yang harus, tiadalah Ia wajibal ada maka sekarang telah terdahulu wajibal ada baginya maka menerimalah aqal kita wajib baginya bersifat Qadim dan mustahil lawannya baru, adapun dalilnya firman-Nya dalam Al Qur'an: huwal awwalu, artinya Ia juga yang awal.Adapun Qadim rasio pada nama empat hal:1. Qadim Haqiqi, yaitu dzat Allah Ta'ala2. Qadim sifati, yaitu sifat Allat Ta'ala3. Qadim idofi, yaitu Qadim yang bersandar seperti dulu bapak dari anak4. Qadim Zamani, yaitu masa yang telah lalu sekurang-kurangnnya setahunBagian kedua sifat SalbiyahAdapun hakikat sifat Salbiyah itu: wahiya dallat 'alallafiy maalaa khaliyqu billahi' aza wajalla, artinya barang yang menunjukkan pada menafikan apa-apa yang tidak patut dan tidak layak pada dzat, pada sifat dan pada af'al Allah Ta'ala yaitu lima sifat:Qidam, artinya DahuluBAQA 'artinya Kekal,MUKHALAFATUHULILKHAWADITS artinya bertentangan Allah Ta'ala dengan segala yang baru.Qiyamuhu binafsihi, artinya Berdiri Allah Ta'ala dengan sendirinya.WAHDANIAH, artinya Esa (Payah nak dialih bahasakan melayu)Bagian pertama sifat Nafsiyah:Wujud, artinya ada, yang ada itu dzat Allah Ta'ala, lawannya 'Adum, artinya tiada yaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali dikatakan Allah Ta'ala itu tiada karena jikalau Allah Ta'ala itu tiada niscaya tiadalah perobahan pada alam ini . Alam ini jadilah statis (tak ada masa, rasa dll), dan tiadalah diterima 'aqal jika semua itu (perobahan) terjadi dengan sendirinya.Jikalau alam ini jadi dengan sendirinya niscaya jadilah bersamaan pada suatu pekerjaan atau berat salah satu maka sekarang alam ini telah nyata adanya sebagaimana yang kita lihat sekarang ini dan teratur tersusun segala pekerjaannya maka menerimalah aqal kita wajib adanya Allah Ta'ala dan mustahil lawannya tiada. Adapun dalilnya yaitu firmannya dalam Al Qur'an:Allahu kholiqu kullu syai'inartinya, Allah Ta'ala-lah yang menjadikan segala sesuatu.Adapun Wujud itu sifat Nafsiyah ada itulah dirinya hak Ta'ala adapun ta'rif sifat nafsiyah itu: Hiya huwa wala hiya ghoiruku, artinya, sifat inilah dzat hak Ta'ala, tiada ia lain daripadanya yakni sifat pada lafadz dzat pada maknaAdapun Hakikat sifat nafsiyah itu: Hiya lhalul wajibatu lizzati maadaamati azzatu ghoiru mu'alalahi bi'illati, artinya: hal yang wajib bagi dzat selama ada dzat itu tiada dikarenakan dengan suatu karena yakni adanya yaitu tiada karena jadi oleh sesuatu dan tiada Ia terjadi dengan sendirinya dan tiada Ia menjadikan dirinya sendiri dan tiada Ia berjadi-jadian.Adapun Wujud itu dikatakan sifat Nafsiyah karena ada menunjukkan sebenar-benar dirinya dzat tidak lainnya dan tidak bisa dipisahkan wujud itu lain dari dzat seperti sifat yang lain-lain.Adapun Wujud itu tiga bahagi:Ada Haqiqi, yaitu dzat Allah Ta'ala maka ada-Nya itu tiada awal dan tiada kesudahan maka wujud itu bersifat Qadimdan Baqa ', inilah wujud sebenarnyaAda Mujazi, yaitu dzat segala makhluk maka wujudnya itu ada awal dan ada kesudahan tidak bersifat Qadim dan Baqa ', sebab wujudnya itu disebut wujud Mujazi karena wujudnya itu bersandarkan Qudrat Iradat Allah Ta'alaAda 'Ardy, yaitu dzat' Arodul ada maka adanya itu ada awal dan tiada kesudahan seperti ruh, surga, neraka, Arasy, Kursi dan lain-lainAdapun yang mawujud selain Allah Ta'ala dua bahagiMawujud dalam 'alam sahadah, yaitu yang di dapat dengan khawas yang lima seperti langit, bumi, kayu, manusia, binatang dan lain-lainMawujud dalam 'alam ghaib yang tidak didapat dengan khawas yang lima tetapi didapat dengan nur iman dan Kasaf kepada siapa-siapa yang dikaruniakan Allah Ta'ala seperti Malaikat, Jin, setan, Nur dan lain-lain.Adapun segala yang mawujud itu lima bahagi:Mawujud pada Zihin yaitu ada pada 'aqalMawujud pada Kharij yaitu ada kenyataan bekasMawujud pada Khayal yaitu seperti bayang-bayang dalam air atau yang didalam mimpiMawujud pada Dalil yaitu ada pada dalil seperti asap tanda ada apiMawujud pada Ma'rifat yaitu dengan pengenalan yang putus tidak dapat diselingi lagi terus Ia Ma'rifat kepada Allah Ta'alaMembicarakan Wujud-Nya dengan jalan dalil:Dalil yang didapat dari Khawas yang lima tidak dapat didustakanDalil yang didapat dari Khabar Mutawatir tidak dapat didustakanDalil yang didapat dari 'Aqal tidak dapat didustakanDalil yang didapat dari Rasulullah tidak dapat didustakanDalil yang didapat dari firman Allah Ta'ala tiada dapat didustakanSIFAT-SIFAT KETUHANANAdapun yang wajib bagi Ketuhanan itu bersifat dengan empat sifat:1. Sifat Nafsiyah, yaitu Wujud2. Sifat Salbiyah yaitu, Qidam, Baqa, Mukhalafatuhu lil khawaditsi, Qiyamuhu binafsihi dan Wahdaniat3. Sifat Ma'ani, yaitu, Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sami ', Bashir dan Kalam4. Sifat ma'nawiyah, yaitu Qadirun, Muridun, 'Alimun, Hayyun, Sami'un, Bashirrun dan MuttaqalimuunDibagi lagi menjadi dua sifat (Pendekatan secara nafi dan isbat)1. Sifat Istighna 'yaitu, Wujud, Qidam, Baqa, Mukhalafatuhulilkhawadits, Qiyamuhu binafsihi, Sami', Bashir, Kalam, Sami'un, Bashirun dan Muttaqallimun2. Sifat Iftikor, yaitu Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Kodirun, Muridun, 'Alimun, Hayyun dan Wahdaniah[Ma'rifatAdapun hakikat Ma'rifat itu berhimpun atas tiga hal:'Itikad Jazam, yaitu' itikad yang putus tiada syak, dzon dan wahamMuwafikulilhaq, yaitu Muafakat dengan yang sebenarnya menurut Al Qur'an dan HaditsMu'addalil yaitu beserta dalilAdapun Dalil itu dua bahagi:Dalil naqal (naqli), yaitu Al Qur'an dan HaditsDalil aqal (aqli), yaitu aqal kitaAdapun dalil wujud Allah Ta'ala pada orang awam yaitu Baharu alam seperti firman Allah Ta'ala dalam Al Qur'an: Allahu khaliqu kullu syai'in, artinya: Allah Ta'ala yang menjadikan segala sesuatuAdapun Hakikat Ma'rifat orang yang Khawas:'Itikat jazam, tiada syak, dzon dan wahamMuwafakat ilmunya, Aqalnya dan hatinya dengan jalan Ilham IlahiDalil pada dirinya, seperti firman Allah Ta'ala dalam Al Qur'an: wa fii amfusikum afala tubsiruun, artinya: pada diri kamu Tiadakah kamu lihat, dan juga Hadits Rasullullah, Man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu, artinya barang siapa mengenal dirinya bahwasanya mengenal Tuhannya.Adapun Hakikat Ma'rifat orang yang Khawasul khawas:I'tikad jazam, tidak sak, dzon dan wahamMuwafakat Ilmunya, Aqalnya dan hatinya dengan jalan kasaf Ilahi terkaya ia dari dalil yakni tidak berkehendak lagi kepada dalil (Aqal dhoruri) terus ia ma'rifat kepada Allah Ta'ala.Adapun Ma'rifat itu tiga martabat:Ilmul yaqin, yaitu segala Ulama'Ainul yaqin, yaitu segala AuliaHaqqul yaqin, yaitu segala Anbiya-------------------------------------------------- ------------------------------1) Ilmu Akal2) Sifat-sifat yang Wajib, yang Mustahil, Yang Harus untuk Allah3) Sifat Sifat Ketuhanan dan makna Ketuhanan4) Perbedaan makna Allah dan makna Ketuhanan5) Hakikat Ketuhanan6) Kenal Sifat Istigna 'dan Iftikor Allah dan hal yang melazimi keduanya.7) Bisa memahami pembagian sifat-sifat Allah kepada Nafsiah, Salbiah, Maani dan Maknuwiyah.Menguasai Sifat-sifat Allah yang berada dalam Martabat Zat, Martabat Sifat, dan Martabat Asma.9) Tahu apa yang dinafikan dan diisbatkan dalam kalimah Syahadah.10) Faham dan jelas tentang takluk-takluk semua sifat Maani.11) Perbezaam makna dan maksud antara 'Itiqad dan Syuhud.12) Mengenal sifat-sifat benda baru seperti jauhar, materi, materi dan 'aradh dan lainnya.13) Dan yang lain-lainnya berkaitan dengan pengajian Ilmu Usuluddin.Hukum Syara ', Hakikat Makrifat beserta uraian dalil untuk Sifat-Sifat yang wajib untuk' akal tentang keTuhanan:-Sifat Nafsiyah-Sifat Salbiyah-Sifat Ma'ani-Sifat ma'nawiyahlalu dibagi menjadi dua bagi:-Sifat Istighna (28 Aqa'id)-Sifat Iftikhor (22 Aqa'id)yang menghasilkan faham hakikat nafi mengandung isbat, isbat mengandung nafi (50 Aqa'id), lalu berlanjut pada uraian Sifat-sifat untuk Rasul, ditambahkan empat hal rukun iman (18 Aqa'id), menghasilkan penjelasan aqa'idul iman yang 5 (lima jenis), aqa'idul iman 50, aqa'idul iman 60, aqa'idul iman 64, aqa'idul iman 66 dan aqa'idul iman 68.Baharulah disimpulkan menjadi 4 rukun Syahadat dan adab-adabnya, serta menjelaskan penjelasan zikir, serta makna asma ALLAHMUMKINUN (Baharu Alam)Adapun yang wajib bagi 'Alam mengandung empat hal:Materi, yaitu barang yang beku sama luar dan dalam seperti, mil, kayu, besi dan tembagaMassa, yaitu barang yang hidup memakai nyawa tidak sama luar dalam seperti manusia dan binatangJauhar Farad, barang yang tidak bisa dibelah-belah atau dibagi-bagi seperti asap, abu dan kuman yang halus-halusJauhar Latief, yaitu Massa yang halus seperti ruh, malaikat, jin, syaiton dan nurWajib untuk Jirim, Massa, Jauhar Farad dan Jauhar Latief bersifat dengan empat sifat:Tempat, maka wajib baginya memakai tempat seperti kiri atau kanan, atas atau bawah, depan atau belakangJihat, maka wajib baginya memakai jihat seperti utara atau selatan, barat atau timur, jauh atau dekatBerhimpun atau berceraiMemakai 'Arad, yaitu gerak atau diam, besar atau kecil, panjang atau pendek dan memakai rasa seperti manis atau masam, masam atau tawar dan memakai warna-warna seperti hitam atau putih, merah atau hijau dan memakai bau-bauan seperti harum atau busukHukum Adat Thobi'atAdapun yang wajib bagi hukum adat Thobi'at yang dilakukan didalam dunia ini saja,Seperti makan, saat makan maka wajib kenyang sekedar yang dimakan begitu juga api saat menyentuh kayu yang kering maka wajib terbakar, dan pada benda yang tajam yang saat dipotongkan maka wajib putus atau luka.Dan begitu juga pada air apabila diminum maka wajib hilang dahaga sekedar yang diminum. Adapun yang mustahil pada adat Thobi'at itu tidak sekali-kali seperti makan tidak kenyang, minum tidak hilang dahaga, dipotong dengan benda yang tajam tiada putus atau luka dan dimasukkan didalam api tidak terbakar. Akan tetapi yang mustahil pada adat itu sudah terjadi pada nabi Ibrahim as di dalam api tidak terbakar dan pada nabi Isma'il as dipotong dengan pisau yang tajam diada putus atau luka.Adapun yang mustahil pada adat itu jika berlaku pada rasul-rasul dinamakan Mu'jizat, jika berlaku pada nabi-nabi dinamakan Irhas, jika pada wali-wali dinamakan Karamah, dan jika pada orang yang ta'at dinamakan Ma'unahdan jika terjadi pada orang kafir atau orang fasik yaitu ada empat macam:dinamakan Istidraj pada Johirnya bagus dan hakikat menyalahidinamakan Kahanah yaitu pada tukang tenungdinamakan Sa'uzah yaitu pada tukang sulap matadinamakan Sihir yaitu pada tukang sihirAdapun tambahan masuk pada menjalankan ilmu tauhid itu berhimpun atas tiga hal:Khawas yang lima yaitu, Pendengar, Penglihat, Pencium, Perasa lidah dan PenjabatKabar Mutawatir, yaitu khabar yang turun menurun. Adapun kabar mutawatir itu dua bahagi:1. Kabar Mutawatir yang datang dari lidah orang banyak2. Kabar Mutawatir yang datang dari lidah rasul-rasul'Aqal, yaitu hukum yang mengatur sesuatu hal adanya atau tiadanya.Adapun 'Aqal itu dua bahagi:1. 'Aqal Nazori, yaitu akal yang memerlukan pikir dan keterangan.2. 'Aqal Doruri, yaitu akal yang tidak memerlukan pikir dan keterangan.Adapun Hukum 'Aqal itu tiga bahagi:Wajib 'Aqal, yaitu barang yang tiada diterima oleh aqal akan tiadanya maka wajib adanya (Zat, Sifat dan af'al Allah)Mustahil 'Aqal, yaitu barang yang tiada diterima oleh aqal akan adanya maka mustahil adanya (Segala kebalikan dari sifat yang wajib, sekutu)Harus 'Aqal, yaitu barang yang diterima oleh akal akan adanya atau tiadanya (Alam dan segala isinya yang baharu / diciptakan)Dimulai Mu'alim hamba menyusun sebuah kitab yang menjadi pegangan seluruh murid beliau yang ditulis menggunakan huruf jawi (Arab Melayu), mudah-mudahan Allah meridhai dan mengijinkan hamba mengutarakannya dalam forum ini tanpa melanggar adab.Bismillahirrahmanirrahiim ...Adapun Mubadi ilmu tauhid itu sepuluh perkara:Nama ilmu ini yaitu ilmu Tauhid, ilmu Kalam, ilmu Sifat, ilmu Ussuluddin, ilmu 'Aqidul ImanTempat ambilannya: yaitu diterbitkan daripada Qur'an dan HaditsIsinya yaitu mengandung pengetahuan dari hal membahas ketetapan pegangan kepercayaan kepada Tuhan dan kepada rasul-Nya, dari beberapa simpulan atau ikatan kepercayaan dengan segala dalil-dalil agar diperoleh i'tikad yang yakin (keyakinan yang putus / Jazam sekira-kira menaikkan perasaan / Zauk untuk beramal menurut bagaimana kepercayaan itu.Tempat bahasannya atau Maudu'nya ke empat tempat:Pada Zat Allah Ta'ala dari segi sifat-sifat yang wajib padanya, sifat-sifat yang mustahil padaNya dan sifat-sifat yang harus padaNya.Pada zat rasul-rasul dari segi sifat-sifat yang wajib padanya, sifat-sifat yang mustahil padanya dan sifat-sifat yang harus padanyaPada segala kejadian dari segi materi dan massa dan ngarad sekira-kira keadaannya itu jadi petunjuknya dan dalil untuk ada yang membuat diaPada segala pegangan dan kepercayaan dengan kenyataan yang didengar dari pengumuman rasul-rasul Allah seperti hal-hal surga dan neraka dan hari kiamatManfaat ilmu ini yaitu dapat mengenal Tuhan dan percaya akan rasul dan mendapat kebahagian hidup didunia dan hidup di akhirat yang kekal.Rasio ilmu ini dengan lain-lain ilmu, yaitu ilmu ini adalah ilmu yang terbangsa kepada agama islam dan yang paling utama sekali dalam agama islam.Orang yang mengirim ilmu ini atau mengeluarkannya yaitu, yang pertama mereka yang mengirimkan tetesan ilmu tauhid dengan mendirikan dalilnya untuk menolak kata meraka yang melanggar adalah dari pada ulama-ulama yang mashur yaitu Imam Abu Al hasan Al Asy'ari dan Imam Abu Mansur At Maturidi tetapi mereka pertama yang menerima ilmu tauhid dari Allah Ta'ala adalah nabi Adam alaihissalam, dan yang akhir sekali Nabi Muhammad SAW.Hukumnya, yaitu fardhu 'ain bagi tiap-tiap orang yang mukallaf laki-laki atau perempuan mengetahui sifat-sifat yang wajib, yang mustahil dan yang harus pada Allah Ta'ala dengan jalan ijmal atau ringkasan begitu juga bagi rasul-rasul Allah dan dengan jalan tafsil atau uraianKelebihannya yaitu semulia-mulia dan setinggi-tinggi ilmu dari ilmu yang lain-lain, karena menurut haditsnya nabi: Inallahata'ala lam yafrid syai'an afdola minattauhid wasshalati waLauKana syai'an afdola mintu laf tarodohu 'ala malaikatihi minhum raakitu wa minhum sajidu, artinya, Tuhan tidak memfardukan sesuatu yang terlebih afdhol dari mengesakan Tuhan. Jika ada sesuatu terlebih afdhol daripadanya niscaya tetaplah telah difardhukan kepada malaikatnya padahal setengah dari malaikatnya itu ada yang ruku 'selamanya dan setengah ada yang sujud selamanya dan juga ilmu tauhid ini jadi asal bagi segala ilmu yang lain yang wajib diketahui dan lagi karena mulia, yaitu Zat Tuhan dan rasul dan dari itu maka jadilah maudu'nya semulia-mulia ilmu dalam agama islam.Kesudahan ilmu ini yaitu dapat membedakan antara i'tikad dan kepercayaan syah dengan yang batil dan dapat pula membedakan antara yang menjadikan dengan yang dijadikan atau antara yang Qadim dengan yang muhadasNyaMembahas 20 sifat yang wajib diketahui oleh yang beragama Islam ketika cukup usia baik pria atau perempuan berlandaskan beberapa persyaratan, misalnya yang siuman akal pikirannya. Pokok bincangnya untuk mentauhidkan Allah Swt, Tuhan Rabbul Jalil Administrator sekelian 'Alam, nyata @ sebalinya pada dzatnya, Sifatnya dan juga Af'alNya. Terhimpun (sesuai seperti yang diajarkan) kepada 17 belas hal:(4) Dzat, Sifat, af'al, Asma '(4) Nafsiah, Salbiah, Ma'ani, Ma'anawiyah(4) Jalal, Jamal, Qahar, Kamal(2) Istighna, Iftiqar(2) Nafi, Isbat(1) Laa Ilaha Illallah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar