Orang yang suka menyalahkan orang lain,
gemar mencari-cari “kambing hitam”, pada saatnya nanti dalam
kesendirian ia menghadapi kekalahan terbesarnya. Dan pada saat itu tiada seorang pun yang peduli lagi dengan dirinya.
I. HIDUP DI LEVEL DASAR
Perjuangan hidup di dunia ini, diawali
manakal Anda masuk usia aqil-baliq, atau usia pubertas. Dengan asumsi
perjuangan hidup manusia ditandai dengan pengendalian mati-matian
terhadap gejolak hawa nafsu negatif. Dengan kata lain setan telah mulai
bekerja untuk selalu menggoda iman manusia. Namun saya pribadi lebih
percaya bahwa setan itu bukanlah makhluk gaib gentayangan, melainkan
hawa nafsu negatif kita sendiri. Sekilas pandangan saya tampak
kontroversial, namun Anda dapat merenungkan kalimat saya, lihat saja
anak kecil atau usia kanak-kanak
mengapa tidak diganggu “setan”, tidak lain karena pada usia kanak-kanak hawa nafsu belumlah bekerja sebagaimana manusia dewasa. Meskipun demikian, hawa nafsu ibarat pisau bermata dua, dapat bersifat positif yang lembut namun tiba-tiba bisa berubah menjadi destruktif dan agresor meluluhlantakkan nurani Anda. Namun ia bukanlah sesuatu yang harus Anda musuhi bahkan tidak perlu dilenyapkan dari dalam diri. Bukankah Anda bisa bertahan hidup karena Anda memiliki hawa nafsu biologis dan psikhis. Anda dapat melangsungkan regenerasi berkat jasa si hawa nafsu pula. Hawa nafsu positif telah berjasa membangkitkan hasrat dan keinginan Anda, untuk bangkit dalam semangat menjalani kehidupan yang lebih baik dan mulia. Hanya saja jenis hawa nafsu liar yang tak terkendali (negatif) akan menjadi mesin penghancur sangat dahsyat. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya pengendalian hawa nafsu sebaik-baiknya.
mengapa tidak diganggu “setan”, tidak lain karena pada usia kanak-kanak hawa nafsu belumlah bekerja sebagaimana manusia dewasa. Meskipun demikian, hawa nafsu ibarat pisau bermata dua, dapat bersifat positif yang lembut namun tiba-tiba bisa berubah menjadi destruktif dan agresor meluluhlantakkan nurani Anda. Namun ia bukanlah sesuatu yang harus Anda musuhi bahkan tidak perlu dilenyapkan dari dalam diri. Bukankah Anda bisa bertahan hidup karena Anda memiliki hawa nafsu biologis dan psikhis. Anda dapat melangsungkan regenerasi berkat jasa si hawa nafsu pula. Hawa nafsu positif telah berjasa membangkitkan hasrat dan keinginan Anda, untuk bangkit dalam semangat menjalani kehidupan yang lebih baik dan mulia. Hanya saja jenis hawa nafsu liar yang tak terkendali (negatif) akan menjadi mesin penghancur sangat dahsyat. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya pengendalian hawa nafsu sebaik-baiknya.
Setelah usia beranjak dewasa, hawa nafsu
mulai bekerja sebagaimana mestinya. Lantas Anda akan memiliki banyak
kemauan, menginginkan suatu pencapaian (need of achievement)
menjadi yang terbaik. Mula-mula Anda tidak puas dengan keadaan hidup
ini. Ketidakpuasan akan berdampak menimbulkan berbagai macam hasrat.
Hasrat adalah suatu keadaan yang wajar, tanpa hasrat yang cukup besar
terhadap kualitas dan kuantitas pencapaian hidup maka tak akan ada
motivasi untuk bertindak. Anda dapat membayangkan sendiri apa yang akan
terjadi bila tidak melakukan sesuatu apapun dalam kehidupan di planet
bumi ini. Anda tidak tumbuh, mandeg, mundur, lalu mengalami kepunahan
yang tragis. Dalam tindakan spontan pun di dalamnya ada kehendak bawah
sadar, misalnya Anda merasa kantuk lalu ingin tidur. Anda terkejut oleh
keberadaan ular berbisa lalu meloncat ketakutan. Kehendak atau hasrat
adalah rumus Tuhan, atau hukum alam, sunatullah yang dianugerahkan
kepada manusia. Oleh karena itu adanya kehendak atau hasrat merupakan
keharusan bagi manusia yang berani hidup (strugle of life).
Dalam level dasar ini, keberhasilan yang
Anda raih diakumulasi menjadi semangat yang semakin membara. Semangat
yang serempak menggelora dalam diri, meliputi dari dalam hati, pikiran, lalu Anda ikrarkan dengan lantang, selanjutnya Anda wujudkan dalam tindakan
nyata. Di satu sisi, hal itu menjadi doa yang tak terucap sepanjang
waktu, sepanjang Anda tertantang mewujudkan hasrat. Rasa lapar dan ingin
memiliki sesuatu (kebutuhan primer dan sekunder), keduanya menjadi
bahan bakar utama dalam mewujudkan kehendak, cita-cita dan harapan.
Begitulah Anda telah menuju titik awal yang baik dalam mewujudkan
hasrat, keinginan dan harapan. Sampai pada suatu saat Anda benar-benar
mendapatkan apa yang Anda inginkan. Maka rasa puas, marem,
bangga diri akan dirasakan. Tidak berhenti di situ, selanjutnya Anda
tentu ingin mencapai lebih dari pada yang telah Anda dapatkan sekarang.
Keadaan yang kontradiktif ! Dalam tahap
keberhasilan ini terkadang Anda justru merasakan sindrom keresahan,
kebingungan, menderita, dibanding keadaan sebelumnya semasa dalam ketidak-punyaan.
Kekhawatiran akan menjadi semakin besar hanya dengan hanya membayangkan
andaikan saja Anda mengalami kejatuhan, kebangkrutan, tertipu,
kegagalan, kehilangan harta, sakit berat, kehilangan orang-orang
terkasih. Untuk menghilangkan kecemasan yang datang bertubi Anda
menyiapkan segala macam sarana pendukung untuk menciptakan ketenangan.
Begitulah seterusnya anda berada dalam hegemoni (penguasaan) hasrat anda yang sebenarnya semu bagaikan fatamorgana dan jatuh bangun mengejar bayang-bayang Anda sendiri.
Semua hasrat dan keinginan-keinginan Anda
di atas barulah pada tahap paling dasar yakni kebutuhan ragawi. Lantas
suatu ketika Anda sungguh menyadari bahwa keberhasilan yang diraih tidak
benar-benar membuat tenteram dan bahagia. Anda sadar bahwa apa yang
berhasil diraih tidaklah langgeng, kepuasan dan rasa bangga hanyalah
bersifat sementara saja. Bersyukurlah Anda bila menyadari sebab musabab
kegelisahan, keresahan, dan kekhawatiran Anda. Karena cahaya kebenaran
Tuhan telah mulai menerobos ke dalam kesadaran kalbu.
Anda menjadi manusia yang sangat beruntung, karena alam menaruh peduli
dengan Anda, hukum alam menyadarkan dan membimbing Anda agar supaya
beranjak dari pencapaian yang sesungguhnya kecil namun selama ini Anda anggap suatu kesuksesan besar
dalam kehidupan Anda. Harta yang melimpah, pasangan hidup yang
mengangkat gengsi, tahta dan jabatan yang tinggi, dan gemerlapnya
“perhiasan dunia” yang berhasil Anda raih adalah pencapaian atau
kesuksesan yang teramat kecil dalam kesejatian hidup.
Anda harus segera menyadari, adalah pencapaian yang jauh lebih berharga
dalam kehidupan ini, yakni pencapaian kebahagian dan ketenangan batin.
II. HIDUP DI PERSIMPANGAN JALAN
Level kedua di mana Anda tersentak
disadarkan oleh suatu peristiwa yang memukul kesadaran Anda sebelumnya.
Seringkali terjadi manakala Anda mengalami suatu pengalaman unik (unique experience)
atau kejadian yang dramatis dalam kehidupan pribadi. Misalnya Anda
kehilangan harta, kebangkrutan ekonomi, kegagalan usaha, kehilangan
jabatan, kehilangan orang terdekat yang Anda cintai, gagal dalam
persaingan bisnis atau popularitas, dan Anda betul-betul menjadi orang
kalah. Semua hal yang selama ini dibanggakan dan diandalkan, dianggap
sebagai simbol kekuatan dan kejayaan, kemegahan dan kesuksesan,
kehormatan dan kemuliaan, tiba-tiba terjungkir dan Anda betul-betul
berada di bawah.
Semua itu mengakibatkan Anda mengalami sakit
hati yang sangat dalam, merasa terpukul, kehilangan semangat, putus
asa, atau kemurkaan yang begitu membakar emosi dst. Setiap manusia suatu
ketika pasti mengalami penderitaan ini. Keadaan akan membuat Anda
bingung harus berencana dan bertindak bagaimana untuk keluar dari
masalah. Anda terperangah lantas mulai meragukan segala ilmu, teori,
konsep, kepercayaan, keyakinan yang Anda anut dan andalkan selama ini.
Keadaan menjadi anomali, di mana orang merasa kehilangan arah
dan pegangan hidup. Anda mulai meninggalkan nilai-nilai lama, sementara
nilai baru belumlah Anda patenkan sebagai petunjuk dalam
menjalani kehidupan yang baru yang betul-betul meyakinkan. Bila Anda
mampu bangkit, pertama-tama akan melakukan kontemplasi, otokritik, mawas
diri, dan menemukan sesuatu yang salah pada diri Anda sendiri, lantas
sesegera me-reset ulang MIND-SET
Anda dalam memandang apa arti kehidupan ini. Bagaikan semangat renaissance, kebangkitan kebali ditandai kesadaran untuk memulai suatu perjalanan batin, dengan apa yang dinamakan sebagai “laku prihatin” dapat diakronimkan rasa perih dalam batin.
Rasa perih sebagai menjadi titik awal menuju keindahan batin.
Sebaliknya, tanda-tanda bila akan tenggelam dalam kegagalan total
bilamana Anda gemar menyalahkan orang lain, sibuk mencari-cari “kambing hitam”,
giat mencari benarnya sendiri, butuhnya sendiri, menangnya sendiri.
Anda enggan mengakui kelemahan diri sendiri, malah kembali menyalahkan
nasib terlampau sial. Memang nasib sial datang dari mana ? Dari Tuhankah
? Tidak, Tuhan jangan dijadikan obyek penderita ! Nasib buruk adalah
berasal dari kecerobohan diri sendiri. Seyogyanya kegemaran menyalahkan
pihak lain segera dihentikan sekarang juga. Karena teramat sangat bahaya
bagi diri sendiri maupun orang lain. Jika Anda tak mampu
menghentikannya, tunggu saja hingga pada saatnya nanti Anda berada dalam
kesendirian, akan menghadapi kekalahan terbesar. Celakanya, pada saat
itu tiada seorang pun yang peduli lagi dengan diri Anda.
Feed Back
Kini keadaannya sangat berubah, segala
hal yang Anda buru dengan semangat bagai api membara dan disangka sangat
membahagiakan mendadak terasa hambar dan kosong. Kehidupan sehari-hari
didominasi oleh perasaan akan keadaan yang penuh pahit dan getir. Anda
yang ingin bangkit berusaha survival dan mencoba banting stir,
perburuan beralih dari mengejar kejayaan dan sesuatu yang membanggakan
menuju upaya jujur. Saat itu Anda melangkahkan hati memasuki kerajaan
batin yang jauh tersembunyi dalam keheningan batin. Sebagaimana
pengetahuan spiritual dan religi yang pernah Anda baca, dengar dan
ketahui dari kisah-kisah hidup yang dialami orang lain, dari teman, dari
berbagai referensi buku, dan senandung ayat-ayat dalam Kitab Suci.
Hidup berubah arah 1800, mungkin bagi orang-orang yang sering
berinteraksi,
melihat diri Anda mendadak berubah menjadi orang soleh dan
tidak mau neko-neko menjalani kehidupan ini.
Di saat anda menelusuri jalan setapak
menuju kerajaan batin kadang terhalang oleh suatu kendala paling besar
yang justru datang dari dalam diri pribadi. Sebagian orang telah
menyangka, sebagian lagi terhenyak saat menyadari betapa diri terlalu
lemah, pongah, takabur dan merasa sudah menjadi manusia paling benar,
yakin diri sudah menjadi manusia soleh atau solihah. Dalam kesadaran
rasio dan batin, seringkali orang merasa mencapai suatu tataran yang
tinggi, merasa banyak pengalaman dan ilmu pengetahuan. Lantas memandang
ilmu dan pengalaman orang lain lebih rendah dan kurang bermutu.
Selanjutnya muncul sikap suka meremehkan, memandang sebelah mata
kemampuan dan pengetahuan orang lain. Berburuk sangka,
mudah memfonis
secara sepihak atas perbuatan orang lain, dan tergesa mengambil
kesimpulan akan suatu wacana. Itulah kelemahan terbesar manusia yakni
manakala menghadapi musuh dalam selimut jasad berupa egosentrisme yang
erat kaitannya dengan hawa nafsu negatif. Namun suatu ketika perjalanan
hidup Anda akan merubah kesadaran rasio dan batin. Lantas Anda merasa
malu dan geli menyadari betapa kemarin dan tempo hari kesadaran Anda
ternyata sangat dangkal namun justru sering memfonis jalan hidup orang
lain sebagai cara yang buruk dan tidak benar. Pada saat kesadaran diri
merambah rasio, jika dianalogikan seumpama Anda berada di dalam ruang
tanpa cahaya matahari, semua obyek yang ada di dalam ruang tetap tampak
jelas dari pandangan mata Anda. Namun pada saat sinar mentari pagi
menerobos masuk ke dalam ruangan, dan mendadak Anda menyadari bahwa
udara di dalam ruangan penuh dengan butir debu.
Dalam sorotan cahaya
mentari yang menyibak keremangan itu, Anda melihat butiran debu tampak
pekat beterbangan. Lantas Anda bergidik, merasakan berjuta debu masuk ke
dalam lubang hidung Anda. Pada saat itu Anda sedang dibangunkan dari
ketidaksadaran, ditatap balik oleh ketidakmampuan dan keraguan diri Anda
sendiri. Inilah tahap yang memicu revolusi kesadaran, dari kesadaran
rasio (akal-budi) beranjak kepada kesadaran batin. Akan tetapi resiko
terbesar justru pada tahap ini. Tahap yang penuh marabahaya dan ancaman.
Gerak dari tahap pertama ke tahap kedua
terjadi berkat anugrah Tuhan. “Guru sejati” Andalah yang menyadarkan ada
apa dengan jati diri atau kepribadian Anda. Tuhan telah menyungkurkan
kesadaran Anda ke arah wajah kotor Anda sendiri. Anda barulah menyadari
bahwa selama ini ibarat katak dalam tempurung. Ibarat orang buta
memegang gajah. Kebenaran dan kebaikan yang Anda ketahui hanyalah
parsial, dan Anda telah melakuka kesalahan terbesar dengan berani
menyimpukan atau membuat generalisasi sesuatu berdasarkan secuil data
yang tidak akurat. Untuk memudahkan saya istilahkan seorang Doktor
lulusan SD,
Anda pribadilah yang menilai diri sebagai seseorang yang
penuh ilmu pengetahuan. Sementara Anda tidak menyadari ternyata
orang-orang di sekitar Anda tertawa geli melihat tingkah tak waras
tersebut. Selanjutnya tergantung Anda sendiri, apakah akan mampu dan
behasil menemukan jalan untuk melanjutkan ke tahap tiga atau tidak.
Sangat banyak orang yang akhirnya tertahan berhenti pada tahap kedua
ini, menjadi orang-orang kalah, dan hanya menuai keterpurukan hidup
semata.
Tak bisa dielakkan, tahap kedua merupakan
tahap seleksi yang harus Anda lalui agar dapat masuk ke dalam tahap
tiga dan mengalami tingkat keberhasilan lebih tinggi dan murni. Banyak
kisah keberhasilan yang diraih oleh orang-orang besar dan populer, yang
merupakan keberuntungan sementara saja. Akan tetapi tak ada seorangpun
yang meraih keberhasilan sejati dan abadi dengan mewariskan kemajuan dan
kebaikan bagi kehidupan seluruh makhluk di dunia ini, tanpa melewati
pesimpangan jalan tahap dua. Pada saat ini Anda telah menuju jalan
memenuhi takdir Anda, apakah akan tersungkur, ataukah berhasil menggapai
kehidupan yang sejati, merdeka dan sejahtera lahir dan batin. Saat
itulah Anda sedang duduk di singgasana batin yang menentramkan dan
membahagiakan.
III.MENEMUKAN HIDUP SEJATI
Sebagai hukum alam atau rumus Tuhan Yang
Maha Agung, bahwa sesuatu yang sudah seharusnya menjadi milik Anda tidak
dapat dirampok, ditunda, atau dihentikan orang lain. Anda tahu bahwa
sumber keberhasilan Anda tidak tergantung pada orang atau situasi
tertentu, tetapi pada diri pribadi Anda. Selama perbuatan-perbuatan
tetap sinergis dengan rumus-rumus Tuhan atau harmonis dengan hukum alam,
di situlah kemanunggalan Anda yang berada dalam kehendak atau rumus
Tuhan, yang akan membawa Anda pada keberhasilan yang sejati. Seumpama
Anda menghanyutkan diri ke dalam sungai, maka energi yang mengantarkan
Anda menuju samudra keberuntungan bukanlah kehendak Anda, namun energi
sungai itu
sendiri telah menghanyutkan Anda ke arah yang tepat. Anda
menyadari bahwa perbuatan Anda pada waktu yang lalu dan hari ini menjadi
faktor penentu untuk nasib kesuksesan Anda di masa yang akan datang.
Dalam terminologi Jawa dikenal sebagai tapa ngeli,
yakni menghanyutkan diri ke dalam “sungai” mengikuti aliran air
(kehendak Tuhan) agar dapat bertemu dengan “muara” keberhasilan hidup,
lantas masuk ke dalam “samudra” anugrah kemuliaan yang sesungguhnya,
meliputi lahir dan batin. Sebaliknya adalah tindakan yang melawan
kodrat. Diumpamakan sebagai tindakan “mengikuti air bah”, meninggalkan samudra anugrah dan keberuntangan, menerjang daratan, membuat kerusakan dan merugikan makhluk hidup lainnya.
Hidup bukanlah sesuatu yang bersifat instan, namun memerlukan proses panjang yang menuntut kecermatan (eling & waspada)
Anda dalam melangkahkan kaki setapak demi setapak. Agar supaya
benar-benar dapat membedakan mana “air-bah” dan mana bukan “air-bah”.
Bila pilihan jatuh pada jalan yang tepat, baik dan benar, Anda
melaksanakan tugas dan tanggungjawab sesuai dan selaras dengan “kehendak”
Tuhan dan pada gilirannya Anda mengesampingkan hasilnya, waktu demi
waktu. Proses jauh lebih penting daripada hasil. Dalam “spiritualitas”
sepak bola, dikatakan : yang penting bermain benar dan cantik, soal hasil nomor dua. Proses adalah keutamaan spiritual yang tertanam dalam kerajaan batin, sedangkan skor sebagai hasil akhir adalah materi. Mind set
Anda saat ini telah memahami bahwa proses yang baik, tepat dan benar
merupakan modal utama. Selanjutnya segala hal yang telah Anda kerjakan
pada akhirnya dan sudah pasti akan menghasilkan kesempurnaan material
dan spiritual.
Kekhawatiran akan terjebak ke dalam kesesatan, jatuh ke dalam pelukan setan, dan tercebut ke dalam neraka jahanam dst. Ketakutan dan kekhawatiran yang telah menghegemoni alam bawah sadar Anda. Padahal setan itu tidak lain adalah kiasan dari nafsu negatif Anda sendiri, dan “neraka” sudah ada sejak Anda hidup di dunia ini. Maka, sebelum Anda mengawali perjalanan ke tahap tiga, diperlukan sebuah katarsis, penyucian kehendak, pemrograman ulang akan pola pikir (mind set) terhadap alam bawah sadar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar