Tentang
reinkarnasi. nah sekarang bagaimana Reinkarnasi
di Al Qur'an. oh ya!! . Ada dalilanya? Ada-lah.. Langsung saja kita
bahas disini, tapi ini bukan untuk pemula lho, jadi kalau nggak paham
nggak usah ikut-ikut.
Kalau mau tanya silakan, bagi
yang ingin paham tentunya… mana dong dalilnya !!? Sabar pembaca…..
sekarang ini saatnya kita membahas secara mendalam dalil-dalil Quran
maupun Hadist yang berkaitan dengan reinkarnasi.
Bagi ilmuwan non muslim yang
tidak mengenal Quran,
untuk membuktikan adanya reinkarnasi mereka harus melakukan riset ribu-ribu kali sehingga reinkarnasi diakui oleh mereka berdasarkan penelitiannya. Dalam kaidah Islam, penelitian yang mereka lakukan disebut mengkaji ayat-ayat kauniyah alias melakukan iqra terhadap alam semesta. Lain halnya dengan kebanyakan orang Islam yang mengutamakan ayat-ayat kitabiyah tapi melupakan ayat-ayat kauniyah (alam semesta). Dikiranya ayat-ayat Allah itu hanya yang tertulis di kitab suci saja. Tidak heran jika ilmu pengetahuan dan teknologi umat Islam sekarang jauh tertinggal dibelakang karena hanya mengkaji ayat kitabiyah yang kerap kali dipersempit pada ayat-ayat fiqih semata.
untuk membuktikan adanya reinkarnasi mereka harus melakukan riset ribu-ribu kali sehingga reinkarnasi diakui oleh mereka berdasarkan penelitiannya. Dalam kaidah Islam, penelitian yang mereka lakukan disebut mengkaji ayat-ayat kauniyah alias melakukan iqra terhadap alam semesta. Lain halnya dengan kebanyakan orang Islam yang mengutamakan ayat-ayat kitabiyah tapi melupakan ayat-ayat kauniyah (alam semesta). Dikiranya ayat-ayat Allah itu hanya yang tertulis di kitab suci saja. Tidak heran jika ilmu pengetahuan dan teknologi umat Islam sekarang jauh tertinggal dibelakang karena hanya mengkaji ayat kitabiyah yang kerap kali dipersempit pada ayat-ayat fiqih semata.
Hasilnya adalah temuan-temuan
teknologi yang bermanfaat bagi umat manusia justru lebih banyak
ditemukan oleh orang-orang yang kita anggap kafir. Kita justru lebih
suka ribut-ribut masalah fiqih, lebih suka membicarakan orang yang
gerakan sholatnya berbeda lalu kemudian di cap sesat, lebih suka
mengkafir-kafirkan orang lain karena tidak seide dengannya atau beda
aliran.
Yang sunni menjelek-jelekan
syiah, yang syiah juga menjelek-jelekan sunni. Para pelaku aliran
Ahmadiyah yang dianggap sesat oleh beberapa umat Islam akhirnya harus
dilempari batu, diusir dari Indonesia. Padahal perilaku brutal ini
justru mengingkari Al Quran untuk hidup damai.
Hawa nafsu justru
dipertuhankan untuk klaim kebenaran dengan mengatasnamakan Tuhan.
Padahal menuhankan hawa nafsu sama saja dengan musrik kepada Allah. Ya
jelas musrik!, wong hawa nafsu koq dijadikan Tuhan. Kalau sudah
menuhankan hawa nafsu maka Allah akan membiarkannya menjadi orang sesat.
Simak dan renungkan ayat berikut :
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang
lain karena boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari
mereka (yang mengolok-olokan)… (Q.S Al Hujaraat (49) : 11)
Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan anganlah mau
mencaricari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu
menggunjing yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan
bangkai daging saudaranya sendiri ? (Q.S Al Hujaraat (49) : 12)
Maka
pernahkan kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai
Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan lmu-Nya dengan
terkunci mati pendengaran dan hatinya dan tertutup atas penglihatannya.
Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya
sesat). Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Q.S Al Jaatsyiah (45) :
23)
Oke, sekarang kembali ke topik
reinkarnasi. Dalil dalil yang akan dijelaskan dibawah ini termasuk ayat
mutasyabihat, yakni ayat yang memerlukan penelitian atau pengkajian
lebih mendalam oleh karena maknanya tersembunyi. Dalam suatu Hadist,
Nabi mengatakan : “Al Quran disampaikan dalam tujuh dialek, dan dalam
setiap dialek ada makna luar dan ada makna dalamnya.”
Nah, makna dalam (yang
tersembunyi) inilah yang sesungguhnya harus diteliti oleh manusia. Bagi
kebanyakan umat Islam, ayat mutasyabihat dilewatkan begitu saja padahal
Quran menganjurkan manusia untuk menggunakan akalnya dalam memahami ayat
yang maknanya tersembunyi agar bisa ditemukan maksud yang sebenarnya.
Perhatikan ayat berikut ini :
Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada
ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan
tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang
berakal.(Q.S Ali Imran (3) : 7)
Dan
sesungguhnya telah Kami buat dalam Al Quran ini segala macam
perumpamaan untuk manusia. Demikianlah Allah mengunci mati hati
orangorang yang tidak (mau) memahaminya. (Q.S Ar-Ruum (30) : 58-59)
Dibawah ini ada tiga ayat Al Quran yang berbicara tentang reinkarnasi, mari kita simak ayatnya! :
1.
Dan Allah telah menciptakan kamu semua, kemudian Dia mewafatkan kamu
semua. Dan diantaramu ada yang dikembalikan pada umur yang paling lemah
sehingga tidak mengetahui sesuatu apapun apa-apa yang pernah
diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Berkuasa. (Q.S
An Nahl (16) : 70)
2.
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dan keadaan
tidakmengetahui sesuatu pun. Kemudian, Allah menjadikan pendengaran,
penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur. (Q.S An Nahl (16) : 78)
3. Dan barang siapa yang Kami panjangkan umurnya , niscaya kami kembalikan dia pada kejadiannya (penciptaan awal). Apakah mereka tidak memikirkan? (Q.S Yaasin (36) : 68)
Pada ayat pertama Allah
menjelaskan bahwa manusia sesungguhnya diciptakan oleh Allah kemudian
yang mematikan juga Allah. Dan diantara manusia itu ada yang “dikembalikan kepada umur yang paling lemah”. Kalimat ini seringkali diartikan oleh para penafsir Quran sebagai orang yang tua renta. Sedangkan kata “sehingga tidak mengetahui sesuatu apapun apa-apa yang pernah diketahuinya” ditafsirkan sebagai pikun.
Tafsiran tersebut sesungguhnya
tidak tepat!. Dan sepertinya si penerjemah tidak belajar ilmu biologi
tentang proses pertumbuhan manusia. Kelirunya dimana? Coba kita pikir
bagaimana mungkin dikembalikan kepada umur yang lemah adalah menjadi tua
renta? memangnya orang tua renta itu sudah pasti lemah fisik dan
ingatan? Katakata “dikembalikan” pada ayat diatas sudah tentu maknanya kembali ke waktu sebelumnya yaitu awal penciptaan fisik manusia alias bayi berumur 0 tahun! inilah umur yang paling lemah!
Loh jangan-jangan bayi yang
dimaksud adalah sifatnya yang seperti bayi? Ya jelas bukan! Tidak ada
orang tua renta berkelakuan seperti bayi. Banyak diantara mereka meski
sudah tua renta masih aktif diberbagai kegiatan politik, ekonomi, bisnis
dan lain sebagainya. Dan yang pikun pun belum tentu orang tua renta.
Orang yang masih berusia muda pun banyak yang sudah pikun dan lemah
fisiknya.
Kalau umur yang paling lemah
itu sudah pasti orang tua renta, lah kuatan mana orang tua renta atau
bayi? Ya tentu saja orang tua renta lebih kuat!. Bayi sudah pasti tidak
bisa menggendong orang tua renta tapi orang tua renta masih bisa
menggendong bayi. Lagipula orang tua renta belum tentu lemah secara
fisik. Banyak kejadian orang tua renta yang masing kuat menikah
dan punya anak meski umurnya hampir 100 tahun! Jadi jelas bahwa makna
“umur yang paling lemah” adalah umur 0 tahun (bayi) dan bukan orang tua
renta.
Kemudian kata-kata “tidak mengetahui sesuatu apapun apa-apa yang pernah diketahuinya”
juga sering diartikan pikun. Padahal, bahasa Arabnya pikun adalah
kharif jadi jelas tidak cocok dengan terjemahan ayat tersebut. Untuk
menafsirkan kata “tidak mengetahui sesuatu apapun”, kita harus mencari
ke ayat Quran yang lain.
Inilah cara menafsirkan yang terbaik, yakni menafsirkan ayat Quran dengan ayat Quran yang lain.
Kita melompat tujuh ayat berikutnya yaitu di Q.S An Nahl (16) : 78 : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun”.
Nah kini jelaslah sudah bahwa “tidak mengetahui suatu apapun” adalah
bayi!. Kalau makna “tidak mengetahui sesuatu pun” diartikan pikun, lah
mosok bayi dilahirkan dalam keadaan pikun? Pikun adalah sering lupa dan
bukan tidak mengetahui sesuatu apapun sama sekali. Justru yang tidak
mengetahui suatu apapun adalah bayi!. Apa yang pernah dialami bayi itu
pada kehidupan sebelumnya akan terlupakan. Ingatan tersebut tersimpan di
alam bawah sadarnya. Di ayat ketiga, (Q.S Yaasin (36) : 68) disebutkan :
Dan barang siapa yang Kami panjangkan umurnya, niscaya kami kembalikan dia pada kejadiannya (khalq).
Apakah mereka tidak memikirkan?
Ayat ketiga ini juga sering ditafsirkan : manusia yang dipanjangkan umurnya akan menjadi lemah dan kurang akal
(menjadi tua renta dan pikun). Tafsir ini biasanya terdapat pada
catatan kaki kitab suci Al Quran. Tapi lagi-lagi ayat ini
ditafsirkan secara keliru mungkin karena minimnya wawasan. Pada ayat
tersebut ada kata dalam bahasa Arab yakni “khalq” yang
artinya penciptaan. Dengan demikian, dikembalikan kepada kejadiannya
adalah dikembalikan pada penciptaan fisik awal… yaitu bayi! Jadi maksud
dipanjangkan umurnya adalah ia hidup atau terlahir kembali menjadi bayi.
Umur ruhaninya diperpanjang melalui jasad atau fisik yang baru.
Ayat ini pun ditutup dengan
kalimat “Apakah mereka tidak memikirkannya?”. Nah, apanya yang perlu
dipikirkan jika makna dipanjangkan umurnya sudah pasti pikun dan tua
renta? Sesuatu yang sudah jelas tentu tidak perlu dipikirkan lagi. Ini
jelas menantang manusia untuk memikirkan makna sesungguhnya yang
tersembunyi. Nah kalau ada orang yang meninggal dan beberapa waktu
kemudian lahir kembali menjadi bayi maka tentu ini memerlukan
pemikiran! perlu adanya penyelidikan! Sebenarnya, jika kita ingin
mencari ayat yang menceritakan proses pertumbuhan fisik manusia dari
bayi sampai dengan tua, maka kita tidak perlu melakukan tafsir yang
terkesan “dipaksakan” seperti yang dilakukan para penerjemah pada
ayat-ayat diatas.
Ternyata, ada ayat Al Quran
yang telah sangat jelas menceritakan pertumbuhan fisik mulai dari bayi,
dewasa hingga tua. Mari simak ayat dibawah ini :
Allah,
Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah (bayi, pen), kemudian
Dia menjadikan sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat (dewasa, pen)
kemudian Dia menjadikan sesudah kuat itu lemah dan beruban (tua, pen).
Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Kuasa. (Q.S Ar Ruum (30 : 54)
Perhatikan surah Ar Ruum : 54 tersebut!, pada kata “khalq” bermakna “menciptakan” fisik manusia, yakni bayi. Kemudian dari bayi, Allah “menjadikan”
manusia hingga dewasa dan setelah itu “menjadi” tua. Pada ayat ini, ada
dua kata yakni “menciptakan” dan “menjadikan”. “Menciptakan” adalah awal dari sebuah kehidupan fisik manusia yakni bayi
sedangkan “menjadikan” merupakan proses lanjutan fisik manusia. Jadi
ayat diatas memberikan gambaran secara berkelanjutan mengenai proses
pertumbuhan fisik manusia mulai dari bayi, dewasa sampai tua. Dan makna
tua tersebut menjadi sangat jelas karena ditambahkan kata “beruban”.
Nah, karena ayat ini sudah sangat jelas, maka surah Ar Ruum ini tidak ditutup dengan kata-kata “Apakah mereka tidak memikirkannya?” sebagaimana surah Yaasin (36) : 68.
Tiga dalil pertama yang telah
disebut diatas sebenarnya sudah cukup untuk membuka wawasan kita tentang
kebenaran reinkarnasi sebagai keniscayaan. Namun agar wawasan kita
bertambah, mari kita lanjutkan dengan dalil yang lain :
Kami
telah menentukan kematian diantara kamu dan sekali-kali tidak dapat
dikalahkan. Untuk menggantikan kamu dengan orang-orang seperti kamu dan
menciptakan kamu kelak dalam keadaan yang tidak kamu ketahui. (Q.S Al
Waaqi’ah (56) : 60-61)
Pada ayat diatas dijelaskan
bahwa kematian yang terjadi pada diri kita itu adalah untuk menggantikan
orang-orang yang seperti kita dalam keadaan yang tidak kita ketahui.
Kata “menciptakan kamu kelak” juga sering ditafsirkan bahwa
Allah membangkitkan/menciptakan manusia lagi kelak setelah kiamat.
Tafsiran tersebut terlalu
dangkal, sebab kata lanjutannya adalah “dalam keadaan yang tidak kamu
ketahui”. Logikanya adalah apa pedulinya manusia terhadap keadaan fisik
mereka sendiri setelah dibangkitkan pada hari kiamat ? Tidak
mungkin mereka peduli lagi dengan wujud/fisik mereka oleh karena mereka
pasti grogi, panik menghadapi hisab. Tapi mengapa ada penambahan
kata-kata “dalam keadaan yang tidak kamu ketahui” ? Apa pentingnya
penambahan kata tersebut ? Nah ternyata maksud kata-kata tersebut
adalah, diri kita yang telah mati akan terlahir kembali dalam bentuk
fisik lain atau rupa yang kita tidak ketahui. Ini artinya kita bisa
dilahirkan kembali ke bumi dengan wajah rupawan ataupun buruk rupa.
Bisa sehat, bisa juga cacat. Bisa berjenis kelamin laki-laki atau
perempuan dst. Jadi sebenarnya Tuhan itu adil. Kita pernah terlahir
menjadi laki-laki dan pernah pula terlahir menjadi perempuan. Oleh
karena itu, sebenarnya kita tidak perlu ribut-ribut masalah kesetaraan
gender! karena semua manusia, laki atau perempuan, sama dihadapan Allah. Yang membedakan adalah ketakwaannya (Q.S 49:13)
Loh bukankah di Al Quran (An
Nisaa (4) : 34) disebutkan bahwa laki-laki adalah pemimpin wanita? Nah,
ayat ini hendaknya jangan diartikan harfiah saja sebab ayat diatas turun
karena “berkompromi” dengan budaya Arab pra Islam dimana pada masa itu
kaum pria memang mendominasi kaum wanita. Ayat diatas harus ditafsirkan
ulang dengan penafsiran yang lebih dalam dan cocok dengan peradaban
manusia sekarang.
Makna yang sesungguhnya dari kata “laki-laki memimpin wanita” adalah ruh manusia (“laki-laki”) hendaknya memimpin jasad (“wanita”). Ruh disimbolkan oleh laki-laki. Jasad disimbolkan oleh wanita.
Orang yang memimpin dengan
jasad berarti ia memimpin dengan menggunakan hawa nafsunya sehingga
segala keputusan yang diambil hanya menguntungkan diri sendiri atau
kepentingan dunia saja (sesaat). Lain halnya jika seseorang mampu
memimpin dengan ruhnya. Ia akan selalu mengambil keputusan dengan
melihat dimensi akherat. Salah satu makna kata “akherat” adalah
“kehidupan yang akan datang”. Jadi seseorang yang memimpin dengan ruh
akan senantiasa memiliki visi ke depan. Ia tidak mengambil keputusan
yang hanya menguntungkan dirinya saja (vested interest) atau untuk
kepentingan sesaat. Jika menebang pohon maka ia juga akan menanam pohon
baru (reboisasi). Pemimpin seperti ini senantiasa menjauhi kemungkaran :
tidak pernah korupsi, kolusi, nepotisme dan hidupnya pun selalu di isi
dengan kebajikan. Menebar salam. Menegakkan perdamaian. Jadi siapapun
yang memimpin suatu organisasi atau negara -laki atau perempuan-
janganlah dipermasalahkan apalagi sampai perang dalil. Kita hendaknya
memilih pemimpin yang mampu memberdayakan ruhnya yakni pemimpin yang
memiliki kecerdasan spiritual!
Kembali ke topik reinkarnasi, kali ini kita lanjutkan dengan dalil reinkarnasi pada surah Al Ankabuut :
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya kemudian mengulanginya kembali.
Sesungguhnya yang demikian adalah mudah bagi Allah. (Q.S Al Ankabuut (29) : 19)
Katakanlah,
“Berjalanlah di muka bumi, perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan
manusia pada mulanya, kemudian Allah menciptakannya pada kali kali.
Sesungguhnya Allah Mahakuasa untuk menciptakan segala sesuatu (Q.S Al
Ankabuut (29) : -20)
Pada ayat 19 dan 20 diatas
kita disuruh memperhatikan penciptaan manusia yang diciptakan pada
awalnya dan kemudian Allah menciptakannya lagi pada waktu yang lain.
Tafsiran banyak ulama mengenai “penciptaan ulang” atau “penciptaan pada
kali lain” adalah manusia dibangkitkan lagi oleh Allah setelah kiamat
terjadi.
Loh..loh… bagaimana ini? kalau
disuruh memikirkan penciptaan awal manusia sih mudah yaitu bertemunya
sperma dan sel telur yang kemudian berproses menjadi bayi, tapi kalau
disuruh memperhatikan penciptaan manusia setelah kiamat, lantas
bagaimana caranya? Lah.. kalau begitu apa ya mungkin Tuhan salah
perintah?
Tuhan tentu saja tidak mungkin
salah perintah! Tapi manusialah yang salah menafsirkan. Mungkin karena
terburu-buru, kurang wawasan atau pusing tujuh keliling jika harus
menafsirkan Al Quran yang maknanya tersembunyi. Jangan lupa! Al Quran
itu adalah petunjuk untuk orang yang masih hidup. Lah kalau orang yang
masih hidup disuruh memperhatikan penciptaan manusia setelah kiamat atau
hancur leburnya alam semesta, caranya bagaimana? iki piye son…?! jelas
tidak mungkin. Mustahal bin mustahil.
Untuk memahami ayat 19 ini,
coba baca ayat lanjutannya yaitu ayat 20. Nah ternyata pada ayat 20
tersebut, Allah menyuruh kita berjalan di muka bumi? Loh apa nggak
pegel? bukan gitu… maksudnya kita harus menjelajahi bumi, mempelajari
pengetahuan dari belahan bumi yang lain. Nabi SAW sendiri pernah
bersabda “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”.
Kalau nuntut ilmu di Arab terus bagaimana mau berkembang pengetahuan
manusia? Memangnya Allah cuma menurunkan ilmu- Nya di negeri Arab? Nah,
ternyata di dunia timur ada pengetahuan reinkarnasi yang tidak diajarkan
secara terang-terangan di Arab.
Kalau sudah demikian, berarti
kita bisa lebih memahami dengan seksama ayat diatas. Ternyata kata
“penciptaan kali lain” atau “penciptaan ulang” manusia pada ayat
tersebut bermakna penciptaan (kelahiran) kembali manusia yang terjadi di
tempat lain.
Misal, pada penciptaan awal
kita lahir di Indonesia maka pada penciptaan kali lainnya kita bisa
terlahir di negara Cina, Belanda, Nigeria dan lain sebagainya. Itulah
sebabnya kita disuruh menjelajah bumi untuk memperhatikan penciptaan
manusia yang berulang dari satu tempat ke tempat yang lain. Subhanallah!
sungguh ayat yang luar biasa!!
Mudah-mudahan penjelasan ayat
diatas bisa lebih membukakan hati dan pikiran kita memahami reinkarnasi.
Awalnya memang agak sulit hati dan pikiran kita menerima teori ini.
Apalagi sebagian ulama ada yang berpendapat reinkarnasi adalah teori
yang sesat karena tidak diajarkan oleh Nabi SAW. Nah, ulama yang seperti
inilah yang membuat kebekuan berpikir dan kemunduran bagi umat Islam.
Loh apakah salah jika
mengikuti pendapat ulama? Bukankah ulama itu ahli waris nabi yang harus
ditaati? Sabar.. sabar.. jangan emosi dulu. Pendapat ulama tentu perlu
untuk dipelajari, agar bisa dijadikan referensi untuk mendekati
kebenaran. Tapi cukup mendekati saja, sebab hakekat kebenaran hanya pada
Tuhan semata dan kita sendirilah yang harus menemukan kebenaran itu
dengan petunjuk dari-Nya. Justru kalau ada ayat yang aneh harus dikejar
agar tahu makna rahasia yang terkandung didalamnya. Kalau hanya
menggantungkan pendapat ulama apalagi ulama yang cuma bisanya meributkan
fiqih maka kita justru akan menjadi umat yang semakin tertinggal.
Masih mau lanjut….? baiklah… sekarang kita akan membahas dalil berikutnya yang berasal dari Hadist Nabi SAW :
Demi
Tuhan yang jiwaku dalam genggaman-Nya, seandainya seseorang gugur di
jalan Allah, kemudian dihidupkan lagi lalu gugur lagi, kemudian
dihidupkan lagi lalu gugur lagi, niscaya ia tidak dapat masuk surga
sebelum melunasi hutangnya.(H.R. Nasai)
Orang yang berhutang itu dibelenggu dalam kuburnya, tiada yang dapat melepaskannya selain ia membayar hutangnya.” (H.R. Dailami)
Sesungguhnya
di antara dosa-dosa ada yang tidak dapat ditutupi oleh sholat, puasa,
haji dan umrah. Yang dapat menutupinya hanyalah duka-cita (kesulitan)
dalam hidup mencari rezeki. (H.R. Ibnu Asakir)
Dua Hadist awal menyebutkan bawah manusia masih akan terbelenggu untuk masuk surga sebelum hutangnya lunas.
Apa yang dimaksud dengan “hutang” diatas? hutang harta bendakah? Hadist
ini sama sekali tidak menyebut hutang harta benda. Dan kalaupun
benar hutang harta benda maka tidak ada penjelasan di Hadist tersebut
bahwa yang harus melunasi hutangnya adalah keluarganya (ahli warisnya).
Jika yang melunasi hutang
harus keluarganya lalu bagaimana dengan mereka yang tidak punya keluarga
(ahli waris) alias hidup sebatang kara? bagaimana cara melunasi
hutangnya? Disinilah kita harus memahami bahwa hutang yang dimaksud
adalah hutang perbuatan sedangkan hutang harta benda sudah menjadi
bagian dari hutang perbuatan.
Semoga bisa memahami. Buka Hati dan pikiran, jangan berpikir didalam kathok. Semoga manfaat.
untuk hal hal lain tentang reinkarnasi, akan dimuat di lain postingan. Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar