Azazel menjawab,"Tiada yang patut kuagungkan selain Diri-Mu".
Gusti bertanya balik,"Kendati kau akan menerima kutukan-Ku?".
Azazel menjawab,"Tidak mengapa, karena hasrat hatiku tak sudi condong pada yang lain. Hamba hanyalah an abject lover".
Kemudian Azazel bersyair: "Kendati
Kau membakarku dengan Api Suci-Mu yang menyala-nyala untuk
selamanya/aku tak akan pernah sudi tunduk pada kesadaran
ego (manusiawi)/pernyataanku berasal dari hati yang tulus/dalam Cinta
aku berjaya, bagaimana tidak?"
Azazel melanjutkan syairnya: "Sesungguhnya
tiada jarak yang memisahkan Dikau denganku/ketika tujuan
tercapai/kedekatan dan jarak adalah satu/kendati aku ditinggal
derita/keadaan itu akan menjadi karibku/jika Kasih itu satu, bagaimana
kita bisa berpisah?/dalam kemurnian yang mutlak, Diri-Mu kuagungkan/bagi
seorang hamba dengan hati yang benar/bagaimana dia menyembah sesuatu
selain Dikau?".
Ribuan kali, Hyang Manon memerintahkan Azazel bersujud, bow down!, tetapi dia tetap enggan, lalu ia bersyair:
"Duh
Gusti, segala sesuatu termasuk diriku ini adalah milik-Mu/Kau telah
memberikanku pilihan/namun Kau telah menentukan pilihan-Mu bagiku/jika
Kau melarangku dari bersujud, Kau adalah Pelarang/jika aku salah paham,
jangan Kau tinggalkan daku/jika Kau menginginkanku bersujud
dihadapannya, hamba patuh/namun tak seorangpun lebih mengetahui tentang
Maksud-Mu selain Nuraniku ini"
Atas penolakannya, Hyang Welas Asih menganugerahkan "A highest gift"
pada Azazel berupa kutukan dan penderitaan. Dengan legowo, tanpa
bertanya lagi, tanpa mengeluh, ia menerima Anugerah-Nya yang Tertinggi,
sekaligus terberat. Sang Kekasih bertanya," Tidakkah kau menolak Anugerah-Ku?".
Azazel, sang pencinta sejati menjawab,"Dalam
Cinta di sana ada penderitaan/di sana pula ada kesetiaan/dengan begitu,
seorang pencinta menjadi sepenuhnya matang/berkat kelembutan dan
keadilan Sang Kekasih."
Claim Azazel yang mengatakan bahwa ia terbuat dari api dan Adam dari tanah, sehingga ia enggan bersujud, sangat simbolik.
Menurut pemahaman saya, seorang Azazel, dengan "Divine Consciousness"-nya mustahil
mempermasalahkan hal-hal fisik jasadi semacam itu. Melalui cermin
Azazel, sebetulnya Hyang Manon sedang mengajarkan manusia tentang bahaya
ego dan kesombongan akibat kesadaran rendah, di sisi lain Dia mengajari
para malaikat tentang devosi murni model Azazel. Di sisi lain lagi,
melalui para malaikat, Dia mengajarkan kesalehan pada manusia. Alhasil,
sesungguhnya iblis merupakan Guru yang mengajarkan kesalehan pada para
malaikat dan para malaikat mengajarkan kesalehan itu pada manusia. Pada
saat yang sama, iblis mempertunjukkan jalan keburukan pada manusia, agar
manusia menghindarinya.
Tampak bertentangan, ibarat kain bagus yang ditenun di atas bahan kasar (a fine garment is woven on a coarse,black backing). Dengan kata lain, "whoever does not know vice will not know virtue!". Inilah "opposite science" menurut Hallaj. Lelucon Ilahi ini penuh makna, ibarat masquerade, natak penyamaran. Bersujud kepada Adam bukanlah perintah (a command), melainkan ujian (a test). Iblis mengetahui hal ini melalui bisikan-Nya lewat Nuraninya.
Tampak bertentangan, ibarat kain bagus yang ditenun di atas bahan kasar (a fine garment is woven on a coarse,black backing). Dengan kata lain, "whoever does not know vice will not know virtue!". Inilah "opposite science" menurut Hallaj. Lelucon Ilahi ini penuh makna, ibarat masquerade, natak penyamaran. Bersujud kepada Adam bukanlah perintah (a command), melainkan ujian (a test). Iblis mengetahui hal ini melalui bisikan-Nya lewat Nuraninya.
Al-Hallaj mengakui iblis sebagai monoteis sejati, begitu pula "Muhammad", simbolik
bagi para Nabi, Kristus, Avatar,Buddha,Wali. Mereka adalah perangkat
Ilahi. Sebagaimana iblis, Kanjeng Nabi Muhammad pernah mengalami test
serupa. Beliau diperintahkan-Nya,"Lihatlah!".
Beliau tidak bergeming, tidak berputar ke kanan, tidak pula ke kiri (beliau tahu bahwa Dia bersemayam di Dalam Diri). Jangan mengkambinghitamkan iblis atas perilaku buruk kita. Manusia benar-benar mandiri dan bertanggungjawab sendiri untuk memilih jalan yang baik atau buruk. Baik (good) dan buruk (evil) hanyalah refleksi Kebenaran (Truth). Dan Gusti Allah di atas baik dan buruk, di atas cahaya dan kegelapan. Nur ‘ala nur, Allah itu Cahaya di atas cahaya.
Beliau tidak bergeming, tidak berputar ke kanan, tidak pula ke kiri (beliau tahu bahwa Dia bersemayam di Dalam Diri). Jangan mengkambinghitamkan iblis atas perilaku buruk kita. Manusia benar-benar mandiri dan bertanggungjawab sendiri untuk memilih jalan yang baik atau buruk. Baik (good) dan buruk (evil) hanyalah refleksi Kebenaran (Truth). Dan Gusti Allah di atas baik dan buruk, di atas cahaya dan kegelapan. Nur ‘ala nur, Allah itu Cahaya di atas cahaya.
Renungkan syair Azazel berikut: "Duh
Gusti, Kau membebaskanku karena selubungku terbuka/Kau membuka
selubungku karena Keesaan-Ku/membuatku satu dengan-Mu dari
perpisahan/demi Keberadaan-Mu Yang Nyata/aku tak bersalah telah
bersekongkol dalam kejahatan/tidak pula menolak nasibku/tidak pula
gelisah dengan perubahan yang kualami/dan aku bukanlah orang yang
membentangkan di hadapan manusia jalan kesesatan!"
Dalam kitab Almilal wannihal, malaikat ditantang berdebat dengan iblis :
Malaikat : Iblis, mengapa kamu tidak mau sujud kepada Adam
Iblis : "Malaikat, Allah sudah membuat undang-undang, jangan sampai
kita sujud kepada lainya Allah dalam Alquran surat fusssilat ayat
37 diterangkan :
"Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan bersujud kepada
bulan tetapi bersujudlah kepada allah yang menciptakannya
( matahari dan bulan )".
Barang siapa yg bersujud kepada selain Allah akan jatuh musyrik dan musyrik adalah dosa yg tidak mungkin diampuni lagi.
Jadi
saya tidak mau bersujud kepada Adam dikarenakan saya tahu bahwa Adam
itu mahluk , kalau saya sujud pd ADam maka saya musrik , maka saya tidak
diampuni , dan saya mutlak sujud hanya pada ALLAHta’ala saja dan tidak
sujud lainnya Allah.
Malaikat : Iblis, kamu tidak tahu tidak sujud kepada Adam itu perintah Allah
Iblis : Memang betul, ini perintah Allah tapi perintah tersebut adalah
untuk menguji katauhidan kita. perintah itu memang ada yg
semata-mata perintah, tapi ada juga perintah yang sifat untuk
mengguji ketauhidan kita
dari pembicaran tersebut ada dua hal yg menarik yaitu
- Apakah benar semata-mata perintah
- Apakah perintah yang bersifat menguji
Saya ( iblis )
jelas mengetahui bahwa perintah itu adalah perintah yang bersifat
untukk menguji katauhidan kita sebab yg mengetahui bahwa adam itu adalah
mahluk yg diciptakan dari tanah masak saya sujud kepada mahluk dari
tanah.
Malaikat : Darimana kamu mengetahui bahwa sujud kepada Adam itu
Iblis : buktinya ada larangan sujud kepada lainya Allah
itu belum dicabut . Dari satu segi dilarang sujud kepada
lainya Allah dan segi lain diperintah sujud kepada lainya Allah
Bagaimna
( iblis ) saya tahu sujud kepada Adam itu semata-mata perintah kalau
larangan belum dicabut, kalau larangan bersujud lainya Allah dicabut ,
maka saya akan mengetahui sujud kepada Adam itu semata-mata adalah
perintah Allah .oleh karena itu larangan belum dicabut maka jelaslah
perintah sujud kepada Adam itu Adalah UJIAN
Demikian
percakapan malaikat dan iblis dalam kitab tersebut. Memang kalau kita
lihat sepintas lalu menyalahkan IBLIS sangat mudah akan tetapi seperti
diatas iblis diuji ketauhidan yg sangat sulit sekali iblis pertama
menggunakan alasan materi alasan ke 2 kemudian iblis menggunakan alasan
tauhid , alasan ubuddiyyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar