Cahaya falak bak malak, dialah surya walau tampaknya
reremangan, compang fakir camping sangat, dialah Raja di Raja walau
bergelandangan.
Sungguh Ia, Maha Kudus, telah menyembunyikan
kekasih-kekasih-Nya di bawah kubah Keamanan dan LindunganNya, sehingga tak
satupun bisa mengusik. Dan Sungguh Ia, Maha Kudus, telah menutupi para pecinta
Nya yang Ia cintai dalam hakikat huwiyyah (keDiaan) -Nya yang azali, sehingga
dikatakan laa ya’rifu al-waliyya illa al-waliyyu, tak mengenal Wali
(Kekasih-Nya) kecuali Wali (Kekasih-Nya). Dan siapakah Wali-Wali -Nya? Siapakah
Pecinta-PecintaNya yang Dia Cintai?
Alaa inna auliyaa`alloohi laa khoufun ‘alaihim wa laa hum yahzanuun.
Ketahuilah, sesungguhnya Wali-Wali Alloh, bagi mereka tak ada takut tak pula
khawatir.
Bagaimana mungkin mereka khawatir, sedangkan ke mana saja
mereka menghadap di situlah Wajah Allah? Betapa mungkin mereka
takut, sedang tiada selembar daun pun jatuh di suatu tempat tak pula tumbuh melainkan semua itu atas Kehendak dan Izin Kekasih Yang Maha Cantik dan Maha kasih. Dan betapa mungkin gelombang peristiwa dan kejadian, walaupun gunung-gunung semua beterbangan dan langit tergulung, membuatnya sedih sedangkan tiada satu ruang dan waktu selembut apa pun melainkan Kekasih Nan Maha Lembut Meliputinya dengan aliran memerah Kasih Sayangnya yang tak terperi.
takut, sedang tiada selembar daun pun jatuh di suatu tempat tak pula tumbuh melainkan semua itu atas Kehendak dan Izin Kekasih Yang Maha Cantik dan Maha kasih. Dan betapa mungkin gelombang peristiwa dan kejadian, walaupun gunung-gunung semua beterbangan dan langit tergulung, membuatnya sedih sedangkan tiada satu ruang dan waktu selembut apa pun melainkan Kekasih Nan Maha Lembut Meliputinya dengan aliran memerah Kasih Sayangnya yang tak terperi.
Ia nan selalu merasakan buaian dan dekapan mesra,
ia pula nan selalu berbulan madu,
di awan-awan lagit membiru dengan asmara,
ia pula nan selalu dibuai-buai oleh Tuhannya, Wali bobo oh Wali bobo,
ia pula nan selalu dicumbu-guraui oleh Tuhannya,
duhai Majnunku duhai Romeoku.
ia pula nan selalu berbulan madu,
di awan-awan lagit membiru dengan asmara,
ia pula nan selalu dibuai-buai oleh Tuhannya, Wali bobo oh Wali bobo,
ia pula nan selalu dicumbu-guraui oleh Tuhannya,
duhai Majnunku duhai Romeoku.
Bagi para pecintaNya, Sungguh Kekasih itu Dekat, Dekat
Sekali, bahkan lebih dekat dari urat lehernya. Hingga, udara dan dedaunan
senantiasa merupakan alunan Salam baginya dari Kekasih. Hawa dan kelembutannya
adalah sentuhan lembut lentik Jemari Sang Maha Layla. Kicau-kicau burung adalah
merdu panggilannya, oh Qays-ku, pinta sang Maha Layla. Dan desahan jengkerik
dan serangga-serangga dari jauh seolah adalah hehijaban cadar berlapis seribu
bahkan tujuh puluh ribu dari Layla, Di Sinilah WajahKu, Di Sinilah WajahKu,
bisiknya mesra.
tiada mungkin bayi cari pelukan selain ibunya,
apa pula Qays ada dalam pelukan selain Lyala
segala mayapada, dan nanti bakapada ini,
tak lain dan bukan selain pelukanNya kasihNya
apa pula Qays ada dalam pelukan selain Lyala
segala mayapada, dan nanti bakapada ini,
tak lain dan bukan selain pelukanNya kasihNya
Maka bila orang ta’at agar memperoleh tsawab (ganjaran
surgawi / pahala), sang pecinta ta’at karena malu.
Bila orang menangis mengingat neraka, sang pecinta menangis
karena rindu. Bila orang tangisi nasibnya dan kerendahan ruhaninya, sang
pecinta menangis karena WajahMu yaa Laylaku, di manakah ia? Bila orang
bertaubat, dan terimalah taubatku Wahai Yang Maha Pengampun, maka pecinta
rintihkan Lakukan Apa Yang Layak Bagi diriMu, dan jangan lakukan apa yang
kuinginkan, waf’al bi maa anta ahluh, wa laa taf’al bimaa ana ahluh .
Bila orang meratap-ratap dengan berbagai bala` dan bencana ,
maka pecinta menangis syahdu atas segala Perhatian Kekasihnya yang Abadi
kepadanya.
Langit ini adalah langitMu, dan bumi ini adalah bumiMu
maka walau di tangan ku ada piala, kutahu ini adalah pialaMu
Timur ini adalah baratMu, dan barat ini adalah timurMu
maka walau di mata ku ada Kamu, ku tahu ini adalah tatapanMu
maka walau di tangan ku ada piala, kutahu ini adalah pialaMu
Timur ini adalah baratMu, dan barat ini adalah timurMu
maka walau di mata ku ada Kamu, ku tahu ini adalah tatapanMu
lagit dan bumi, dan dua dunia
melangit dan membumi, dosa-dosa hamba
melangit dan membumi, dosa-dosa hamba
namun lagit dan bumi, MilikMu Layla
WajahLayla, buat Majnun lupa diri, apalagi dosa
AnggurMu, namun dari PialaMu
Dalam PialaMu, namun dengan TuanganMu
TuanganMu, namun dengan IsyaratMu, minumlah
Kuminum, namun dengan tenggakanMu, mabuklah
Dalam PialaMu, namun dengan TuanganMu
TuanganMu, namun dengan IsyaratMu, minumlah
Kuminum, namun dengan tenggakanMu, mabuklah
Kumabuk, namun bukan karena Anggur
Kusempoyong, namun bukan karena Piala,
BibirMu Nan Mendayu Merah duhai Penuang
Buat Hatiku Membara Merah, Duhai Sayang
apa pun yang dikatakan, orang
apapun yang kukatakan, “aku”
apa pun yang dikatakan, angin
apapun yang kukatakan, “aku”
apa pun yang dikatakan, angin
Engkau adalah Engkau, MuliaMu adalah JelitaMu
orang-orang nan cari Kemuliaan, adalah bak,
rusa-rusa nan cari Kerusaan, adalah bak,
para pedagang nan cari Perdagangan, adalah bak,
pecinta nan mencari Wajah, nafilah sirnalah tanpa bak !
rusa-rusa nan cari Kerusaan, adalah bak,
para pedagang nan cari Perdagangan, adalah bak,
pecinta nan mencari Wajah, nafilah sirnalah tanpa bak !
Wa Allohu a’lam bi ash-showwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar