Mau tidak mau, makhluk hidup harus mempercayai pada sesuatu yang
ghaib. Apabila tidak mempercayai hal yang ghaib, berarti kita sudah
tidak percaya pada GUSTI ALLAH. Lho kok bisa? Jelas bisa. Alasannya,
bukankah GUSTI ALLAH itu ghaib? Antara manusia dan GUSTI ALLAH terdapat
ribuan hijab yang menutupi sehingga kita tidak bisa melihatNYA secara
langsung.
Bahkan kita tidak bisa merabaNYA karena GUSTI ALLAH itu sifatnya tidak wujud.Kalau wujud, berarti bukanlah GUSTI ALLAH.
Itulah yang harus kita jadikan sebagai pegangan agar kita tidak
terperdaya dalam memahami dan menyembah pada yang bukan GUSTI ALLAH.
Nah, seperti dijelaskan GUSTI ALLAH lewat Al’Quran, ALLAH sendiri
sangat dekat. GUSTI ALLAH dalam Al’Quran menjelaskan yang kurang lebih
artinya, “Kalau engkau bertanya tentang AKU, AKU ini sangat dekat.
Bahkan lebih dekat dari urat lehermu sendiri.” Dari situlah kita bisa
melihat bahwa GUSTI ALLAH itu dekat.
Pada tubuh seluruh manusia terdapat GUSTI ALLAH. Dimanakah
posisiNYA? GUSTI ALLAH itu berada pada hati nurani yang paling dalam.
Hati manusia dibagi menjadi 2 bagian yakni hati besar dan hati kecil.
Perlu diketahui bahwa hati besar selalu berkata bohong, menghasut, iri,
dengki dan lainnya. Sedangkan hati kecil selalu mengatakan hal-hal yang
bersifat kebaikan, sabar, lembut dll.
Pada hati kecil itulah GUSTI ALLAH bersemayam. Namun kita tidak bisa
memburu keberadaan GUSTI ALLAH dikarenakan adanya ribuan hijab yang
menghalangi itu sendiri. GUSTI ALLAH akan menyatu dan menguasai tubuh
kita, jika GUSTI ALLAH sendiri yang berkehendak.
Dalam pikiran manusia juga dibagi menjadi 2 yaitu pikiran materiil
dan spirituil. Kalau pikiran materiil yang lebih menonjol, tentu manusia
itu akan memburu hal-hal yang bersifat materiil seperti kekayaan,
kemakmuran, pangkat, jabatan, lawan jenis dan lainnya. Namun kalau
pikiran spirituil yang menonjol, maka seorang manusia boleh dikatakan
hampir mirip dengan malaikat. Oleh karena itu, antara sisi materiil dan
spirituil haruslah seimbang. Di satu sisi kita wajib bekerja untuk
mencari materi, di sisi lain kita juga wajib untuk manembah dan memuji
kebesaran GUSTI.
Untuk mendalami sisi spirituil, GUSTI ALLAH menciptakan piranti yang
disebut dengan GURU SEJATI. Sebetulnya antara GUSTI ALLAH dan GURU
SEJATI itu pada prinsipnya sama. Jika seseorang mulai memiliki keinginan
dan kerinduan terhadap TUHAN, maka GURU SEJATI itulah yang akan memandu
untuk lebih bisa mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH.
Bahkan banyak orang yang berpendapat bahwa GURU SEJATI yang ada pada
manusia itu adalah NUR MUHAMMAD. Pendapat itupun ada benarnya.
Pasalnya, manusia yang hidup di dunia ini selalu memiliki NUR MUHAMMAD.
NUR MUHAMMAD
itulah yang menjadi penghubungantara seorang manusia dengan GUSTI ALLAH.
itulah yang menjadi penghubungantara seorang manusia dengan GUSTI ALLAH.
Nah, biasanya GURU SEJATI itu senantiasa mengajarkan lewat kata hati
kita. Ia senantiasa menggerakkan rasa dan hati kita untuk selalu
mendekat kepada GUSTI. Bahkan tidak jarang GURU SEJATI juga mengajarkan
apa yang harus dilakukan dalam sebuah ritual. GURU SEJATI bersemayam
dalam rasa.
Contohnya, pernahkah Anda merasa kesepian walaupun berada di tengah
keramaian? Nah, kalau Anda sedang dalam posisi seperti itu, cobalah
untuk mendengarkan hati kecil Anda dan mengikuti rasa yang muncul. Sebab
kata hati kecil dan rasa itu adalah GURU SEJATI Anda sendiri. Setiap
manusia memiliki GURU SEJATI. Tergantung manusia itu sendiri apakah GURU
SEJATI tersebut lebih banyak didengarkan ataupun lebih memilih untuk
mendengarkan hati besar yang dipenuhi oleh setan.
Untuk itu, kenalilah GURU SEJATI Anda. Dengan mengenali GURU SEJATI
Anda, maka Anda akan bisa selalu ‘bermesraan’ dengan GUSTI ALLAH. Paling
tidak, rasa yang akan muncul adalah kedamaian dan ketentraman yang ada
dalam diri Anda, meskipun Anda tidak memiliki uang. Penasaran? Coba Anda
praktekkan sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar