Dalam sebuah diskusi, seorang teman berkata kepada saya bahwa kami seharusnya seperti gajah yang kemana-mana berjalan bersama dan bersatu bersama kalangannya (sesama gajah) untuk mencapai tujuan. Kalo dalah bahasa kita, kurang lebih seperti pepatah “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”.
Seorang teman saya yang lain kemudian menimpali ucapan tersebut secara iseng dengan berkata bahwa kami semua bukan gajah, kami ini manusia. Dan apa yang terjadi kemudian? Sebuah debat kusir yang tiada ujungnya dan pada akhirnya berjung pada sebuah kesimpulan (asumsi saya seh) bahwa sebagian dari kami tidak mengerti apa arti dari kata-kata tersebut (alias bego) dan sebagainya… dan sebagainya…
Hal yang hampir sama juga terjadi pada diri saya sendiri. Beberapa waktu yang lalu saya diundang untuk bergabung pada sebuah mailing list, dan karena diundang dan atas nama silaturrahmi maka saya pun approve untuk bergabung. Masalahnya, beberapa waktu kemudian saya tidak di-approve untuk menjadi anggotanya.
Pada awalnya saya pikir itu dari pengelola mailing list (biasanya kan memang setelah beberapa lama admin tidak approve maka otomatis keanggotaan kita ditolak), tetapi setelah saya baca ulang ternyata sang admin memang tidak meng-approve undangan yang telah diberikan. Saya utarakan ini kepada teman saya, dan teman saya bilang kalo sang admin mungkin salah klik. Ya sudah, udang saja saya lagi… begitu ucap saya. Dan sampai sekarang saya belum menerima undangannya lagi… :)
Sejauh yang saya tahu, semua manusia memiliki otak. Betul? Dan isi otak masing-masing manusia tidak sama. Pola pikir, pandangan, keinginan ataupun mimpi yang ada dalam otak setiap manusia itu pun ada yang sama dan ada pula yang berbeda. Seringkali terjadi, ketika kita tidak menemukan persamaan dengan orang lain maka kita akan secara otomatis akan mengabaikan orang tersebut, menganggapnya berbeda dan kadang kemudian kita pun sedikit demi sedikit akan “mengucilkan” orang tersebut.
Pertanyaan sederhana dari saya, kenapa harus seperti itu? Bukankah dengan perbedaan itu maka kita akan semakin kuat? Bukankah perbedaan bisa memberikan warna tersendiri dalam kesatuan (atau apapun istilahnya) dan persamaan menjadi tali pengikatnya?
Nah ya, walau saat ini (saya dan mungkin bersama beberapa temen yang lainnya) dianggap berbeda, kami masih bangga bahwa kami masih diakui (walo secara tidak langsung). Perbedaan itu malah menunjukkan bahwa kami eksis dan nyata… bukannya selalu menjadi pengekor dari suara terbanyak…
Berbeda itu indah, kawan… :)
Seorang teman saya yang lain kemudian menimpali ucapan tersebut secara iseng dengan berkata bahwa kami semua bukan gajah, kami ini manusia. Dan apa yang terjadi kemudian? Sebuah debat kusir yang tiada ujungnya dan pada akhirnya berjung pada sebuah kesimpulan (asumsi saya seh) bahwa sebagian dari kami tidak mengerti apa arti dari kata-kata tersebut (alias bego) dan sebagainya… dan sebagainya…
Hal yang hampir sama juga terjadi pada diri saya sendiri. Beberapa waktu yang lalu saya diundang untuk bergabung pada sebuah mailing list, dan karena diundang dan atas nama silaturrahmi maka saya pun approve untuk bergabung. Masalahnya, beberapa waktu kemudian saya tidak di-approve untuk menjadi anggotanya.
Pada awalnya saya pikir itu dari pengelola mailing list (biasanya kan memang setelah beberapa lama admin tidak approve maka otomatis keanggotaan kita ditolak), tetapi setelah saya baca ulang ternyata sang admin memang tidak meng-approve undangan yang telah diberikan. Saya utarakan ini kepada teman saya, dan teman saya bilang kalo sang admin mungkin salah klik. Ya sudah, udang saja saya lagi… begitu ucap saya. Dan sampai sekarang saya belum menerima undangannya lagi… :)
Sejauh yang saya tahu, semua manusia memiliki otak. Betul? Dan isi otak masing-masing manusia tidak sama. Pola pikir, pandangan, keinginan ataupun mimpi yang ada dalam otak setiap manusia itu pun ada yang sama dan ada pula yang berbeda. Seringkali terjadi, ketika kita tidak menemukan persamaan dengan orang lain maka kita akan secara otomatis akan mengabaikan orang tersebut, menganggapnya berbeda dan kadang kemudian kita pun sedikit demi sedikit akan “mengucilkan” orang tersebut.
Pertanyaan sederhana dari saya, kenapa harus seperti itu? Bukankah dengan perbedaan itu maka kita akan semakin kuat? Bukankah perbedaan bisa memberikan warna tersendiri dalam kesatuan (atau apapun istilahnya) dan persamaan menjadi tali pengikatnya?
Nah ya, walau saat ini (saya dan mungkin bersama beberapa temen yang lainnya) dianggap berbeda, kami masih bangga bahwa kami masih diakui (walo secara tidak langsung). Perbedaan itu malah menunjukkan bahwa kami eksis dan nyata… bukannya selalu menjadi pengekor dari suara terbanyak…
Berbeda itu indah, kawan… :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar