Sabtu

Ruh Malaikat bukan yang Menerima Tauhid Rububiyyah

Ketika manusia dalam kandungan umur 4 bulan barulah ada Ruh dari Unsur Malaikat yakni Malaikat meniupkan Ruh pada jasmani itu tadi.  Jadi yang dari Malaikat itu adalah Ruh tapi namanya masih JISIM
yakni JISMUN LATHIIFUN.
Dan Jismul Lathif ini luarnya dibungkus dengan jasmani lapis tujuh ; bulu-kulit-daging-darah-otot-tulang-sumsum.
Dalamnya ada  (JISMUN LATHIIFUN, artinya: susunan halus), tapi luarnya dibungkus dgn (JISMUN KASYIIFUN, artinya : susunan kasar) yang tersusun dari empat unsur (air, tanah, api, udara).
Jadi Jismul Lathif itu adalah yang dari Malaikat, oleh karena itulah bila kita bisa bertemu maka kita jadi sakti/digdaya.
Jadi didalam diri kita itu ada unsur malaikatnya, ada unsur apinya, ada unsur anginnya, ada unsur buminya, dan didalam bumi itupun ada emasnya, ada intannya, ada batubara, ada bensin, dsb.
Oleh sebab itu didalam diri manusia itu ada keinginan untuk mengajak kepada yang sebangsanya sesuai dengan masing-masing unsurnya.
Ada keinginan mengumpulkan emas, perak, karena barang-barang itulah yang sebangsa dengan unsur tanah.
Malaikat adalah suci, makanya yang dari unsur Malaikat itu mengajak kepada kebaikan saja, mengajak terbang ke alam Malakut, tapi yang dari unsur tanah justru mengajak ke bawah, sehingga terjadilah tarik-menarik, tinggal terserah hati kita akan mengikuti yang mana ; ikut ke atas silahkan, ikut ke bawah juga silahkan, tidak ikut ke atas dan ke bawah tapi di tengah-tegah juga silahkan.
Kalau didalam arena tarik-menarik itu kita jatuh, ya tidak apa-apa asal kita bisa bangun lagi, jatuh-bangun jatuh-bangun itu hal yang biasa pokoknya tidak jatuh terus.
Apakah kita bisa bertemu Jismul Lathif ?
Bisa, asalkan kita mau menempuh caranya.
Rupanya Jismul Lathif itu persis dengan rupa kita ini, hanya saja tidak bisa diraba, tapi rupanya sama persis.
Dan Jismul Lathif itu tadi bukanlah RUH ROBBANI, bukan ANFUS yang menerima Tauhid Rububiyyah, karena Jismul Lathif itu adalah jisim.
Jadi ANFUS yang dari alam Arwah dan telah menerima Tauhid Rububiyyah itu dibungkus dengan Jismul Lathif.
Dan Jismul Lathif dibungkus dengan Jismun Kasyif ; bulu-kulit-daging-darah-otot-tulang-sumsum.
Sedangkan (RUH MIN AMRI ROBBI) tidak akan kami bahas disini. ” Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya RUH-Ku, maka hendaklah kalian hormat kepadanya “.(S. Al Hijr, 15:29):
Dia (Allah) mengatakan ‘RUH-Ku’, dan bukan RUH Adam
Setelah lengkap, barulah manusia itu keluar dan terlahir di dunia ini.
WALLOOHU AKHROJAKUM MIN BUTHUUNI UMMAHAA-TIKUM LAA TA`LAMUUNA SYAI-AN. (An Nahl / 78).
Artinya : ” Dan Alloh telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu, dan kamu dalam keadaan serba tidak tahu apa-apa “.
Oleh karena manusia lahir itu membawa iman, dan iman itu adalah suci, maka didalam hadits diterangkan :
QOOLA ROSUULULLOOHI SHOLLALLOOHU `ALAIHI WASALLAM : KULLU MAULUUDIN YUULADU `ALAL FITHROH.
Jadi iman itu adalah pembawaan.
Kalau seandainya ada orang yang mengatakan bahwa iman itu keluar dari hati, maka pernyataan itu adalah keliru karena hati itu tidak bisa menimbulkan iman, bahkan didalam Alqur-an diterangkan bahwa Nabi-Nabi itu hanyalah mengingatkan saja, bukan menimbulkan iman.
Yang benar adalah : Iman itu pembawaan Jiwa, sebagaimana telah diterangkan didepan.
Manusia lahir di dunia ini dalam keadaan tidak tahu apa-apa : (LAA TA`LAMUUNA SYAI-AN), maka Alloh Ta`ala menjadikan pendengaran dan penglihatan:
WAJA`ALA LAKUMUS SAM`A WAL ABSHOORO WAL AF-IDAH. (An Nahl / 78).
Artinya : “Dan Alloh menjadikan bagi kamu pendengaran dan penglihatan serta hati “.
Dan dengan pemberian Alloh berupa panca indera itu sehingga manusia bisa mengetahui segala sesuatu.
Tulisan diatas memperjelas perbedaan antara RUH dan NAFS. Bahasan Ruh ‘hanya’ akan sebatas Ruh malaikat. Karena bahasan Ruh malaikat-pun sudah lebih dari cukup untuk melatih menyambungkan JIWA kita kepada jiwa-jiwa yang tenang, jiwa yang selalu dalam ridlo Allah.
Bahasan ke-ROHANI-an sementara di jeda dulu. Jadi yang akan kita bahas, kenapa kita lupa dengan janji Jiwa kita. Apa saja yang menutup Jiwa kita.  Ikuti di tulisan berikutnya..

Tidak ada komentar: