analisa dari ratusan sumber pengajian guru kami, cukup jelas perbedaan antara RUH/NYAWA – NASF/JIWA – JASAD/JASMANI. Setidaknya menghasilkan kesimpulan sbb :
RUH –>STATIS dan NAFS –>DINAMIS
NAFS :
- NAFS merasakan kehidupan, terhubung dengan JASAD ( penghubungnya adalah RUH/NYAWA)
- NAFS merasakan kematian ( hanya merasakan tapi tidak mati).
- NAFS merasakan sesuatu , was-was, susah, sedih, resah, gembira, siksa.
- NAFS mengalami naik dan turun, kebangkitan dan kejatuhan.
- NAFS yang di janji di alam ‘alastu birrobikum’- TAUHID RUBBUBIYYAH
- NAFS Barang lama, tapi ada awalnya, artinya diciptakan.
- Ruh barang lama, tidak diciptakan tapi diwujudkan. Kalau pada manusia istilahnya ditiupkan.
- Ruh adalah unsur kehidupan.
- Selalu bersih dan terhormat.
- Tidak Was-was, tidak berkehendak, tidak berhawa, tidak susah, tidak resah, tidak sedih, tidak gembira, tidak merasa siksa.
- Tidak naik ataupun turun martabatnya.
Secara sederhana, RUH sifat kemuliaan. Jasad sifat hawa, sifat kejatuhan. Ruh dan Jasad ibarat KUTUB magnit. Sedangkan NAFS akan tertarik ke satu sisi. Jika cenderung ke JASAD akan jatuh ke hawa. Jika naik ke RUH akan mencapai kemuliaan.
NYAWA identik dengan RUH , yaitu unsur kehidupan.
Nyawa mengikat diantaranya. Mengikat NAFS dan JASAD . Jadi Nyawa identik dengan RUH. Sehingga ketika RUH dicabut ( mencabut cop listrik??) maka NAFS akan merasakan putus hubungan dengan JASAD. Akan merasakan kematian.
Atau mungkin seperti ini, dalam seperangkat komputer, JASAD adalah fisik dari CPU, MONITOR, KEYBOARD, MOUSE. NAFS adalah SOFTWARE / PROGRAM dalam komputer. Dan RUH adalah LISTRIK/ENERGI penghidupnya. JASAD jelas, NAFS hanya bisa di ketahui keberadaannya jika PC hidup. Dan Agar bisa hidup harus ada RUH-nya / Listriknya. Listrik menyambungkan fungsi HARDWARE dengan SOFTWARE. Jika listrik mati (dicabut), maka keduanya akan terpisah/ tidak befungsi.
Jika manusia mati, JASAD kembali ke tanah, RUH kembali ke ALAM RUH, dan JIWA/NAFS melanjutkan perjalanan panjang (umumnya dikatakan ke Alam Barzah)
Kita boleh bahas ini, tapi boleh juga mengabaikan. Seperti kita melihat, mendengar, berbicara, mencium, mersakan, bergerak ataupun tidur. Kita boleh memperhatikan hal tersebut boleh juga mengabaikan. Kita membahas ataupun tidak, kita tetap melihat, mendengar.. dst. Kita meyakini atau pun tidak kalau yang mendengar, melihat dst itu bukan jasad kita, kita tetap di dalam hukum Alam tersebut. Kita tetap mendengar, melihat dst..
Kita tidak harus percaya dan menyakini adanya RUH, NAFS yang berjalan/bermigrasi dari Alam Alastu birrobikum, hingga Irji’i ila robbikii. Karena kita bukan berada diluar kepercayaan, tapi di dalamnya.
Hal tsb hanyalah Hukum Alam biasa yang sudah menjadi ketetapan dari Tuhan, dan kita adalah komponen yang berada didalam Hukum Alam ini.
Bahwa, sama-sama telah kita ketahui yang namanya jiwa/nafs itu tidak mengenal mati, oleh karenanya jiwa / nafs ini akan mengalami perjalanan panjang. Dari Alam Tauhid Rubbubiyyah hingga kembali. Tapi kapan kita kembali padanya ? Semua terserah kita..
Dikit dulu, nanti di sambung dengan ulasan yang berkaitan dengan hal-hal tersebut. Di pahami dulu, agar tidak salah persepsi. Insya Alloh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar