Awal Kisah Ashabul Fill
Telah disampaikan sebelumnya, dalam kisah Ash-habul Ukhdud
(orang-orang yang membuat parit) bahwa Dzu Nawwas, yang merupakan raja
terakhir kejaraan Himyar. dia seorang musyrik. Dialah orang yang
membunuh Ash-habul Ukhdud. Ash-habul Ukhdud adalah orang-orang Nasrani
yang jumlahnya mendekati 20.033 orang. Tidak ada yang selamat darinya
kecuali Dawus Dzu Tsa'laban.
Kemudian Dawud pergi dan meminta bantuan kepada Kaisar, raja Syam,
yang juga penganut Nasrani. Kemudian dia menulis surat kepada Najasyi,
raja Habasyah, karena keberadaannya yang lebih dekat dengan mereka.
Dia mengutus Dawus yang didampingi oleh dua orang amir; Aryath dan
Abrahah bin ash-Shabah Abu Yaksum disertai satu pasukan besar. Kemudian
mereka masuk ke Yaman dan menyelinap ke rumah-rumah, hingga akhirnya
mereka berhasil merebut kerajaan dari Himyar dan Dzu Nawwas pun akhirnya
binasa, tenggelam di laut.
Habasyah berhasil menaklukkan Yaman dan mereka dipimpin oleh dua
orang pemimpin; Aryath dan Abrahah. Kemudian kedua pemimpin itu
berselisih pendapat dalam suatu urusan sehingga keduanya beradu mulut
dan berperang. Lalu salah satu dari keduanya berkata kepada yang
lainnya, "Sesungguhnya kita tidak perlu mengerahkan pasukan di antara
kita, tetapi mari kita berhadapan satu lawan satu. Siapa di antara kita
yang berhasil membunuh lawan, maka dialah yang berhak menduduki posisi
raja. Kemudian tantangan itu pun disambut oleh yang lainnya, sehingga
keduanya bertarung.
Masing-masing dari keduanya meninggalkan parit, lalu Aryath menyerang
Abrahah, kemudian menebasnya dengan pedang sehingga hidungnya
terpotong, mulutnya robek, dan wajahnya terkoyak. Kemudian 'Utudah,
pembantu Abrahah ikut menyerang Aryath, lalu membunuhnya.
Kemudian Abrahah pulang dalam keadaan terluka. Lalu dia mengobati
lukanya hingga akhirnya dia pun sembuh dan kemudian dia mampu melatih
bala tentara Habasyah di Yaman. Selanjutnya, Najasyi menulis surat
kepadanya yang isi-nya mencela apa yang telah dilakukannya seraya
mengancam dan bersumpah akan menduduki negaranya dan menelungkupkan
ubun-ubunnya.
Kemudian Abrahah mengirimkan utusan kepada raja Najasyi untuk
menyampaikan rasa dukanya sambil berbasa-basi kepadanya. Bersama utusan
tersebut, Abrahah mengirimkan hadiah dan sekantong tanah Yaman. Semuanya
itu dikirimkan bersamanya dan dia mengatakan dalam suratnya supaya raja
menginjak kantong ini sehingga dia terbebas dari sumpahnya dan inilah
ubun-ubunku telah aku kirimkan bersamanya kepadamu. Ketika semuanya itu
sampai kepadanya, dia sangat terheran dibuatnya dan merasa puas
dengannya serta mengakui keberadaannya.
Kemudian Abrahah mengirimkan utusan untuk mengatakan kepada Najasyi,
"Aku akan bangunkan untukmu sebuah gereja di negeri Yaman yang belum
pernah dibuat bangunan sepertinya. Lalu dia memulai pembangunan gereja
yang sangat besar di Shan'a, sebuah bangunan yang sangat tinggi serta
pelataran yang tinggi pula, yang dihiasi di semua sisinya. Bangsa Arab
menyebutnya dengan al-qalis, karena bangunannya yang tinggi. Sebab, orang yang melihatnya akan mengangkat kepala sehingga qalansuwab (peci) yang dikenakannya hampir terjatuh dan kepalanya karena tingginya bangunan.
Dan Abrahah al-Asyram bertekad untuk memindahkan haji bangsa Arab ke
gereja tersebut sebagaimana mereka selama ini berhaji ke Ka'bah di
Makkah. Dan dia serukan hal tersebut di wilayah kekuasaannya, sehingga
mengundang kebencian warga Arab 'Adnan dan Qahthan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar