Untuk menjadi seorang muslim sejati, perdamaian mutlak harus
ditegakkan. Omong kosong jika ada seorang muslim yang rajin ibadah
ritual tapi masih suka mengkafirkan orang, menghantam orang lain yang
berbeda paham bahkan melakukan tindakan kekerasaan. Wujud nyata dari
iman adalah
perbuatan. Di Al Quran, kata “beriman” hampir semuanya
dipasangkan dengan kata “beramal saleh”. Jadi orang beriman sudah pasti
beramal saleh. Lah kalau ngakunya beriman tapi perbuatannya masih barbar
maka ibadahnya non sense! sia-sia!
Jadi, makin banyak orang yang beriman disuatu negara akan makin baik.
Orang yang beriman sudah pasti akan menegakan perdamaian dalam
masyarakat, tidak akan mengatakan kelompok yang tidak sepaham dengannya
dengan sebutan sesat atau kafir dan tidak akan pernah berebut benar
apalagi berbuat kekerasan!. Mari simak firman Allah berikut ini : Wahai
orang-orang beriman, masuklah kalian semua (kaffah) ke dalam perdamaian
(‘silm). Karena itu janganlah mengikuti langkah-langkah setan.
Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. (Q.S Al Baqarah (2) :
208)
Ayat tersebut seringkali diterjemahkan “wahai orang-orang beriman,
masuklah kamu ke dalam Islam (silm) secara keseluruhan (kaffah)”.
Terjemahan seperti ini justru agak lucu. Kalau orang beriman disuruh
masuk ke dalam Islam, lha memangnya tinggian mana antara orang Islam dan
orang beriman? Tentu derajatnya lebih tinggi orang beriman! Jadi lucu
kalau orang beriman disuruh masuk ke dalam Islam.
Orang beriman ya sudah pasti Islam. Tapi orang Islam malah belum
tentu beriman. Kenapa? untuk bisa disebut beriman, maka percaya kepada
Allah dan Rasul-Nya tidaklah cukup, tapi juga melibatkan penghayatan
yang menghujam ke dalam hati. Membutuhkan perasaan yang mendalam. Itulah
sebabnya di Q.S Al Hujurat (49) : 14, orang Arab Badui yang masuk
Islam, oleh Nabi Muhammad tidak disebut orang beriman tapi orang Islam
(tunduk, berserah diri) karena keimanan belum masuk ke dalam hati
mereka.
Jadi ayat diatas, harusnya diterjemahkan “wahai orang-orang beriman
masuklah kalian semua (kaffah) ke dalam perdamaian (silm)”. Kata “silm”
tidak hanya berarti “agama Islam” melainkan juga “perdamaian”. Dan pada
ayat diatas, kata “silm” lebih tepat diartikan sebagai “perdamaian”.
Demikian juga dengan kata “kaffah”. Ada lima kata “kaffah” dalam Al
Quran dan semuanya bermakna “seluruhnya” atau “semuanya”. Sebagai contoh
terdapat pada kata “kaffatan li al-nas” yang bermakna “semua manusia”.
Jadi jelas bahwa pada ayat diatas yang diseru untuk masuk ke dalam
perdamaian adalah “semua orang” yang beriman.
Dalam rangka menegakan perdamaian, tentu diperlukan sikap yang dapat
mencegah terjadinya kekerasaan atau peperangan. Maka dari itulah orang
beriman diseru juga agar tidak saling menghina satu sama lain dan
menjauhi segala prasangka. Ayat diatas ternyata masih berhubungan dengan
ayat dibawah ini : Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka (yang
diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan)… (Q.S Al
Hujaraat (49) : 11)
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah mau
mencaricari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu
menggunjing yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan
bangkai daging saudaranya sendiri ? (Q.S Al Hujaraat (49) : 12)
Dari tiga ayat diatas, maka jelaslah sudah bahwa ciri orang beriman
adalah menegakan perdamaian, tidak menghina satu sama lain dengan
sebutan sesat atau kafir dan senantiasa menjauhi prasangka.
Kalau ada ulama yang masih memprovokasi umatnya agar melakukan
kekerasan terhadap mereka yang berbeda paham, itu tandanya ulama
tersebut belum beriman.
Tongkrongannya saja yang berjubah, bersorban, berjenggot tapi hawa
nafsu masih dikedepankan dengan mengatas-namakan kebenaran Tuhannya.
Orang-orang Islam seperti inilah yang memperburuk citra Islam sebagai
agama yang keras. sangar. Maka dari itu janganlah kita menilai keimanan
seseorang dari simbol-simbol yang dikenakannya. Iman harus terwujud
dalam perbuatan yang positif! Jangan tertipu simbol lahiriah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar