HUKUM MENCARI MA-UL HAYAT
Di dalam Alqur-an diterangkan bahwa hukumnya mencari Ma-ul Hayat adalah WAJIB.
Adapun ayat yang mewajibkan kita mencari MA-UL HAYAT adalah sebagaimana tersebut dalam surat Al anfal/S.8/ayat24 yang berbunyi :
YAA AYYUHAL LADZIINA AAMANUS TAJIIBUU LILLAAHI WALIR ROSUULI IDZAA DA-’AAKUM LIMAA YUHYIIKUM.
Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman,
hendaklah kamu semua menyambut ajakan Alloh dan ajakan Rosululloh
ketika kamu diseru untuk sesuatu yang menghidupkan kamu.” (Al Anfal/s.8/
ayat 24)
Menurut ayat tersebut diatas, kita sebagai orang mu’min wajib mencari MA-UL HAYAT. Dan kewajiban ini adalah pokok, bukan sunnah.Kalau sekian lamanya banyak orang mu’min yang belum mencari MA-UL HAYAT, itu namanya belum melaksanakan kewajiban yang pokok. Jangankan mencari, beritanya saja belum mendengar, malahan yang didengar berkali-kali hanya hukum (ini halal – itu haram, ini makruh – itu mubah, ini riba dan lain-lain).
Jadi masalah mencari MAUL HAYAT ini sebenarnya banyak luput dari pengamatan. Malahan kami sendiri sering mendengar di pengajian – pengajian, baik pengajian kecil / akbar, di TV-TV, di surat-surat kabar, semuanya itu jarang menceritakan MA-UL HAYAT, padahal itu wajib dicari.
ALASAN WAJIB MENCARI MA-UL HAYAT
1. Dikarenakan perasaannya, fikirannya, kesadarannya masih mati.
Dalam surat Al Anfal/s.8/ayat 24 tersebut di atas ada kalimat yang berbunyi “ YAA AYYUHALLADZIINA AAMANUU” (artinya Wahai orang-orang yang beriman).
Mengenai hal ini, tidak terbilang banyaknya orang yang bisa membaca Al qur-an, dan juga tidak terbilang banyaknya orang yang tahu dan mengerti maknanya Alqur-an yang dibaca, seperti contoh:
- Bahwa “YAA- AYYUHAL LADZII NA AAMANUU” itu artinya “Wahai orang -orang yang beriman”.
- Bahwa “YAA – AYYUHANNAASU” itu artinya : “ Wahai manusia “
Apakah kita merasa bahwa tatkala membaca “YAA AYYUHALLADZIINA AAMANUU “ itu kita ini orang yang beriman …?
Apakah kita merasa bahwa tatkala kita membaca “YAA -AYYUHANNAASU” itu Alloh bercakap-cakap dengan kita?
Padahal semua orang tahu bahwa itu adalah DAWUHNYA ALLOH dan yang didawuhi itu adalah MANUSIA. Manusia kapan?… Kalau manusia sekarang, kan berarti Alloh bercakap-cakap dengan kita…?Dan manusia juga sering mengatakan ini dawuhnya Alloh, akan tetapi tidak merasa bahwa kita yang didawuhi, kalau didawuhi berarti kita bercakap-cakap dengan Alloh dan Alloh bercakap-cakap dengan kita.
Akan tetapi kalau kita membaca Al qur-an dan bilang kalau kita bercakap-cakap dengan Alloh, maka gegerlah masyarakat. Sedangkan Al Qur-an itu mengandung 114 surat. Dan pokok surat itu jelas, yaitu :
BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM ( Dengan nama Alloh yang Maha pengasih dan penyayang)
Dan pokok persoalannya surat juga sudah jelas, yaitu ada surat Ar
ro’du, ada surat Al Baqoroh dan lain – lain. Dan yang disurati juga
jelas yaitu manusia.Akan tetapi kalau ditanya : Surat Fatihah itu suratnya siapa…? jawabnya suratnya Gusti Alloh. Kalau suratnya Gusti Alloh, lalu siapakah yang disurati itu, manusia ataukah hayawan (kambing, sapi)…? jawabnya adalah : manusia. Tapi kalau kita bicara bahwa “Aku disurati Gusti Alloh” maka gegerlah masyarakat.
Anehnya, kalau kita disurati pak lurah saja, dimulyakan suratnya. Apalagi yang mengirim surat itu atasannya, sampai dibuat jimat. Tapi kalau disurati Gusti Alloh itu dibiarkan saja hanya ditumpuk dan ditaruh begitu saja. Kalau butuh baru diambil sampai kondisinya berdebu dan ditepuk-tepuk sampai keluar debunya akhirnya tambah menjadikan batuk.
Dan bila waktu membaca suratnya Gusti Alloh itu tidak merasakan apa-apa, seperti contoh membaca surat Al Anfal/s.8/ayat 24 yang berbunyi:
“ YAA AYYUHALLADZIINA AAMANUU”
(artinya Wahai orang-orang yang beriman), tidak merasa bercakap-cakap dengan yang menyurati, ini tandanya adalah perasaannya, fikirannya, kesadarannya masih mati.
Apakah sebabnya masih mati ?…. ini sebabnya adalah belum minum MA-UL HAYAT ( Air Hidup ).Mengapa belum minum MA-UL HAYAT?… karena belum tahu tempatnya. (Tahu tempatnya tapi tidak bisa mengambilnya, padahal wajib ).
Jadi alasan kita diperintah mencari Maul Hayat adalah karena perasaan kita, fikiran kita, kesadaran kita masih mati, buktinya adalah kita tidak merasa disurati, tidak merasa diajak bercakap-cakap dengan Alloh, dan lain-lain, ketika kita membaca Alqur-an.
- Sudahkah kita berfikir ke arah situ…?
- Sudahkah kita merasakan diwaktu membaca…?
- Sudahkah kita sadar…?
Untuk hal ini akan kami ulas lagi di tulisan selanjutnya… Tentang TINGKATAN-TINGKATAN HIDUP. Semoga manfaat !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar