SEJAUH MATA MEMANDANG
Purwokerto, secara geografis terletak di bagian selatan provinsi Jawa
Tengah dan merupakan ibukota dari Kabupaten Banyumas. Kota ini terletak
di kaki gunung Slamet yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah.
Cuaca tidak terlalu panas, bahkan bisa dikatakan adem dan kalau malam
mewajibkan untuk memakai selimut. Kota ini cukup unik, sebuah kota kecil namun dari segi fasilitas lumayan cukup lengkap, misal memiliki terminal bus kelas A dan terbesar se-Jawa Tengah, juga RS Margono Sukarjo yang menjadi RS rujukan dari RSUD lain. Dan yang paling penting adalah adanya Perguruan Tinggi Negeri bernama Universitas Jenderal Soedirman, populer dengan UNSOED.
mewajibkan untuk memakai selimut. Kota ini cukup unik, sebuah kota kecil namun dari segi fasilitas lumayan cukup lengkap, misal memiliki terminal bus kelas A dan terbesar se-Jawa Tengah, juga RS Margono Sukarjo yang menjadi RS rujukan dari RSUD lain. Dan yang paling penting adalah adanya Perguruan Tinggi Negeri bernama Universitas Jenderal Soedirman, populer dengan UNSOED.
Akhirnya, dalam waktu singkat saya bisa menguasai kota ini, maksudnya
bisa menghapal jalan-jalan utama dan beberapa tempat penting di kota
ini. Dalam waktu setengah hari bisa menjajagi keempat kecamatan
sekaligus, disambut dengan Museum Panglima Besar Jenderal Soedirman di
Purwokerto Barat , terminal di Purwokerto Selatan, BaturRaden di
Purwokerto Utara dan terakhir di jalan UMP di Purwokerto Timur.
Semula agak bingung membedakan Purwokerto dengan Banyumas. Saya kira
mereka terpisah dan Purwokerto adalah kotamadya sendiri, bukan bagian
dari Banyumas. Setelah membaca sejarah kota, ternyata sejarahnya amat
panjang. Singkat cerita, pada zaman pendudukan Belanda karena alasan
kesejahteraaan akhirnya dua wilayah tersebut di-merger dengan ibukotanya
adalah di Purwokerto. Jangan salah, kota ini merupakan bagian penting
dari perjalanan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dari kota ini,
tentu Anda kenal dengan Jenderal Gatot Subroto, beliau adalah wakil
kepala staf Angkatan Darat dan penggagas AKABRI. Juga R. Wirya Atmadja
yang merupakan tokoh pendiri BRI, dan di kota ini terdapat museum BRI
yang mempunyai koleksi mata uang sejak zaman Majaphit. Dan Mayang Sari,
pelantun lagu “Tiada Lagi” yang sangat terkenal pada tahun 1998an, serta
Titik Sandora, yang cukup terkenal di tahun 70-an.
Apa sih yang identik dengan Kota Purwokerto? Ngapak, Baturraden,
mendoan, dll, tapi saya tidak mau membahas itu karena sudah banyak di
bahas orang. Mending membahas identik-identik baru yang lebih fresh dan
menyegarkan.
UNSOED
Akhir-akhir ini saya cukup akrab dengan kampus ini, padahal
sebelumnya otak kudu loading dulu pas denger nama ini, ini kampus apa,
ada di mana? Sebenarnya ini tergolong kampus tua, berdiri sejak tahun
1963. Pendirian universitas negeri di Purwokerto adalah buah dari
kerjasama yang erat antara kalangan Nasionalis-Soekarnois, kelompok
Islam, dan militer dalam situasi ekonomi dan politik yang tidak kondusif
saat itu. Pendirian sebuah universitas negeri di Purwokerto membawa
dampak positif secara ekonomi dan sosial.
Apa sajakah? Lihat saja gambar ini (foto diambil pagi hari).
Foto ini saya namakan Jalan Kampus, sesuai namanya memang benar di
sini suasana anak kost sangat kentara. Di sepanjang jalan ini berdiri
semua bisnis jasa yang semuanya ada hubungannya dengan keperluan
mahasiswa. Sebut saja rumah makan, warung internet, laundry, fotokopi,
rental film, rental komik, dan tentunya kamar kost. Jalanan ini tidak
pernah sepi dan tetap ada aktivitas sampai 24 jam.
Secara ekonomi, masayarakat sekitar diuntungkan dengan kondisi ini.
Ribuan kamar di kost disewakan dan mata pencaharian berubah menjadi kota
jasa. Ditambah lagi dengan kondisi sekarang dimana Unsoed yang makin
terkenal saja di Indonesia. Mahasiswa semula hanya berasal dari
Kabupaten sekitar, misal Purbalingga, Cilacap, Kebumen, Tegal dst, namun
tidak demikian sekarang. Banyak lulusan anak SMA dari Jakarta, Sumatra,
Kalimantan pun jadi melek dan melirik kampus ini dengan tawaran biaya
hidup yang murah. Hasil surfing internet, ada komentar dari mahasiswa
yang merasa betah tinggal dikota ini
so, kalo kalian pengen ngerasain belajar di sini, ane jamin gan, bakal ilang tuh rindu ama kota kelahiran. hehe. secara ane lahir di jakarta, dengan segala macam kesumpekan dan kesibukan yang rutin itu, menjengkelkan lah. Purwokerto itu enak, ga ada macet, di jalanan kota, truk di larang masuk (kecuali lagi ada proyek konstruksi), becak masih ada, andong masih ada …..
Bagaimana suasana di kampus ini? Ada teman yang bilang kalau
mahasiswi di Unsoed cantik-cantik, dan setelah saya masuk ke kampus,
dalam hati saya berkata “Ternyata teman saya tidak bohong”. Jangan
heran dikampus ini yang Anda temui bukanlah bahasa Ngapak, tapi malah
dominan bahasa Sunda. Ya, banyak mahasiswa dari daerah Ciamis,
Tasikmalaya, Garut, Cirebon yang sekolah di kampus ini. Jika saya ajak
teman saya tadi, paling dia gak mau pulang dan betah di kampus.
Alun-alun dan Taman Merdeka
Inilah pemandangan di alun-alun Purwokerto. Yang bikin takjub adalah rumputnya yang bagus dan dirawat secara serius oleh pemerintah daerah. Di sisi timur taman terdapat giant screen dengan tulisan PURWOKERTO terpampang jelas di kiri jalan, turut menhidupkan suasana kota. Di sis barat berdiri Masjid Agung yang juga terawat kebersihannya dengan baik. Sore dan malam hari, di sini cukup ramai. Masyarakat memanfaatkan lahan terbuka ini menikmati santai dengan keluarga sambil menyantap kudapan yang banyak ditawarkan.
GOR Satria
Terletak di sebalah timur perempatan Ovis, persisnya di Jalan Dr. Suharso. Ada dua GOR di kota Purwokerto, satu lagi adalah GOR Soesilo Soedirman (milik Unsoed) yang sering dijadikan homebase Pelatnas Atletik karena memiliki Trek Lari yang berstandar Internasional. Namun saat ini, pemandangan pedagang makanan di kaki lima depan GOR ini menjejali setiap ruas jalan. Bahkan, bisa dikatakan tempat ini adalah salah satu situs kuliner penting di Purwokerto. Banyak bermunculan restoran yang siap memanjakan para penikmat wisata kuliner dari mulai Pecel Lele, Bebek Goreng/Bakar, Ayam Goreng/Bakar, dan Iga Bakar.
Aston Imperium Hotel
Hal yang membuat tercengang kedua dari kota ini adalah didirikannya
Hotel Aston yang merupakan hotel berkelas internasional. Saat ini, hotel
yang memegang dominasi adalah hotel Dynasty yang berlokasi di Jl Dr.
Angka, dan jika benar pada akhir tahun 2011 ini pembangungan hotel
selsai dirampungkan, maka hotel dengan 12 lantai lengkap dengan
convention hall ini akan menjadi kekuatan magnet baru di Perempatan
Oviste Isdiman ini.
Bus Efisiensi
Orang Purwokerto, siapa yang tidak kenal bus
ini. Malayani trayek Jogja-Purwokerto dan Jogja-Cilacap, dengan armada
yang bersileweran tiap 1 jam, bus ini menjadi pilihan favorit bagi
penumpang. Sesuai dengan namanya, perusahaan memang memegang prinsip
efisiensi dalam bisnisnya. Berangkat tepat waktu (in time, not on-time),
istirahat di rest area Kebumen hanya 10 menit, dan melayani
pemberangkatan setiap 1 jam. Selain itu, juga memberikan fasilitas
shutle bus di Ambarketawang Jogja secara cuma-cuma. Semula shutle bus
juga tersedia di Kota Purwokerto, namun sejak Desember 2010 ditutup
karena banyak sopir taxi, tukang ojeg, sopir angkot yang demo karena
dianggap merebut penumpang. Ah dasar tukang ojeg, ha..ha..
Kereta Api Logawa
Seandainya ada Logawa FansLover, mungkin
saya akan segera bergabung. Betapa tidak, kereta yang namanya diambil
dari nama sungai di Banyumas ini memang berbeda. Walau tergolong kereta
ekonomi, namun cukup nyaman dan tidak sesumpek KA Progo. Setiap hari
kereta ini menyusuri rel dari Stasiun Purwokerto-final di Jember (Jawa
Timur). Pemandangan sepanjang perjalanan sungguh menakjubkan. Hamparan
sawah hijau, pohon kelapa, sungai, terowongan menghiasi perjalanan yang
dimulai pukul 6.00 pagi.
Plat R
Kata teman kost, kalo ada cewek cantik gak
jadi cantik kalo naik motor plat-nya R. Ha..ha..Ini becandaan saja,
alasannya saking terkenalnya orang Purwokerto pakai bahasa Ngapak, jadi
digeneralisir yang plat R juga ngapak, makanya gak jadi cantik kalo
cewek cantik tapi ngapak. Sebenarnya plat R tidak hanya di Purwokerto,
tapi juga kabupaten eks-karesidenan Banyumas seperti Cilacap,
Purbalingga, dan sekitarnya. Mari dengan motor plat R ini, kita
jalan-jalan menyusuri jalanan di Purwokerto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar