Jumat

Tauhid Dua

Makrifat tauhidul iman adalah nikmat yang teramat besar, bahkan kenikmatan syurga tiada sebanding dengan nikmat menatap wajah Allah secara langsung. Itulah puncak dari segala puncak kenikmatan dan kebahagiaan. Rasulullah SAW sendiri menjanjikan hal ini dan baginda pernah menyebut bahawa
umatnya dapat melihat Allah SWT di saat fana maupun jaga (sadar).
KezahiraNya sangat nampak pada hamba. Hadis qudsi Al insanu syirri wa ana syirrohu (Adapun insan itu Rahasiaku Dan Aku pun Rahasianya). Firman Allah: Kuciptakan Adam dan anak cucunya seperti rupaku (Khalakal insanu ala surati Rahman). Kesimpulannya insan itu terdiri daripada tiga unsur, iaitu Jasad, Ruh/Nyawa dan Allah. Maka dengan itu hiduplah hamba.
Adapun Jasad, Nyawa, dan Allah taala, bagaikan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Umpama langit, bumi, dan makhluk yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Bagaimanapun pandangan insan terhadap Tuhannya adalah berbeza-beza, mengikut tahap pencapaian ilmu masing-masing. Pada pandangan nya, Allah Taala itu satu, dan hamba menyembahNya bersama-sama dan beramai-ramai, tetapi sebenarnya (hakikatnya) bukan begitu.
Itu hanya sangkaan umum saja. Dari segi makrifat Allah SWT itu Esa pada wujud hamba. Dalilinya, QS Al Qaf 50:16: Aku lebih dekat dari urat lehernya. QS Az Zariyat51 :21: Dalam diri kamu mengapa tidak kamu perhatikan. Masing-masing hamba sudah mutkak (esa dengan Tuhannya), satu persatu (esa) diberi sesembahan (Allah di dalam diri), kenapa berpaling mencari Tuhan yang jauh, ini sungguh melampaui batas (tidak makrifat).
Dalilnya, QS Al Hadid 57:4: Aku beserta hambaku di mana saja dia berada. Oleh itu, janganlah risau dan takut Allah sentiasa bersama kita ke mana sahaja kita pergi. Sekarang, mari kita lihat pula bagaimana Nabi Musa melihat Tuhannya, seperti mana yang diceritakan di dalam Al Quran. Allah SWT berfirman mengisahkan permintaan Musa untuk melihatNya QS Al A’raaf 7:143:
Dan tatkala Nabi Musa datang pada waktu yang kami telah tentukan itu, dan Tuhannya berkata-kata dengannya, maka Nabi Musa (merayu dengan) berkata:” Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku (Dzat-Mu Yang Maha Suci) supaya aku dapat melihat-Mu.” Allah berfirman: ”Kamu sekali-kali tidak dapat melihat-Ku, (rahasianya: tidak ada siapa yang dapat melihat Allah, hanya Allah dapat melihat Allah.
Hamba terdinding daripada Allah, kerana selain wujud Allah, masih ada Rasa wujud Hamba). tetapi pandanglah ke gunung itu, (Pada ketika Nabi Musa memandang gunung itu, begitu juga Allah Taala berpisah sementara daripada jiwa Nabi Musa, maka Nabi Musa pengsan, bukannya mendengar akan letusan gunung tersebut) jika ia tetap berada di tempatnya (sebagaimana sediakala) nescaya kamu dapat melihat-Ku.
(” Engkau adalah aku, aku adalah engkau “, apa yang disaksikan Nabi Musa adalah menyaksikan dirinya di luar dirinya untuk sementara waktu, setelah Allah bertajalli (menzahirkan kebesaran-Nya) kepada gunung itu, (maka) tajalinya itu menjadikan gunung itu hancur lebur dan nabi Musa pun jatuh pengsan.) Setelah Nabi Musa sedar, dan berkata: ”Maha Suci Engkau (wahai Tuhanku), aku bertaubat kepada Engkau dan akulah orang yang pertama beriman (pada zamanku)”
Demikian sedikit paparan tentang Nabi Musa melihat Tuhannya. Dan jelaslah Allah dapat dilihat tetapi bukannya dengan mata kasar, yang dilihat dengan mata kasar itu adalah hijab, oleh itu jangan tersalah, hati-hati, kalau tersalah boleh menjadi syirik dan kufur. Maha Suci Allah Yang Maha Berkuasa, tiada daya sekalian makhluk melainkan Allah.
1.keutamaan-keutamaan ma‘rifat : a. Terhindar dari kerusakan. Berdasarkan dawuh Sayyidina Ali Karromalloohu Wajhah : Tidak mengalami kerusakan orang yang menyadari akan kedudukan dirinya “. b. Ketika mati akan diberi kebaikan oleh Allah menurut bilangan makhluk. “Wahai hamba-KU ketika kamu bertemu dengan Aku dan kamu ma’rifat kepada KU, maka KU berikan kebaikan menurut bilangan Makhluk”
2. Apakah ma’rifat Billah itu ? Marifat menurut bahasa adalah menggetahui Allah SWT. Makrifat menurut istilah adalah sadar kepada Allah SWT, yakni: hati menyadari bahwa segala sesuatu, termasuk gerak-gerik dirinya lahir batin seperti : melihat, mendengar, merasa, menemukan, bergerak, berdiam, berangan-angan, berfikir dan sebagainya semua adalah Alloh SWT, yang menciptakan dan yang mengerakan. Jadi semuanya Billah !.
3. Mengapa Makrifat ( sadar Billah ) dinyatakan sebagai masalah yang paling pokok, pertama dan paling utama ? Marifat juga dinyatakan sebagai masalah yang paling pokok, pertama dan paling utama sebab Makrifat Billah adalah soal Iman, soal tauhid, yang menentukan bahagia atau tidaknya seseorang, bahkan yang pertama kali yang diperjuangkan Rosulullah SAW, di Makkah selama 13 tahun, dan wajib kita memiliki serta kita perjuangkan .
Sebagaimana kata ulamak:
‘‘Bodoh Billah ( tidak sadar Allah ) hukumnya haram, dan Makrifat Billah adalah wajib “ ( Jami’ul Ushul Auliyak Hal 159 )
‘’Pertama kewajiban seseorang adalah Makrifat kepada Tuhannya dengan yakin”. (Syekh Ibm Ruslan dalam kitab Zubad)
4. Apa makrifat Birrosul SAW dan sebutkan dasarnya ! Makrifat Birrosul adalah sadar kepada Rosulullah SAW yakni hati menyadari bahwa segala sesuatu termasuk gerak gerik dirinya lahir batin yang diridloi oleh Allah SWT adalah sebab jasa Rosuulullah SAW: Dasarnya ‘‘Dan tiada KU mengutus Engkau ( Muhammad ) melainkan rohmat bagi seluruh alam ’’
5. Sebutkan jasa Rosulullooh SAW. Yang paling besar nilainya bagi ummatnya ! Jasa Rosululloh yang paling tinggi nilainya bagi umatnya adalah Iman dan Islam.
6. Sebutkan kedudukan Rosulullooh Saw ! Kedudukan Beliau Rosululloh di sisi Alloh SWT adalah : Sebagai utusan Allah SWT kepada seluruh umat manusia / makhluk. “Tidaklah Muhammad itu melainkan sebagai utusan (ALL OH) “. Kami bersaksi bahawa tiada Tuhan selain Alloh, dan kami bersaksi bahawa Nabi Muhammad SAW itu adalah utusan Alloh. Sebagai perantara / saluran Nikmat.
Dalam hal ini ada dua (2) bagian:
1. Nikmat Ijab : adalah sebagai perantara wujudnya makhluk dengan melalui Nur Beliau Rosululloh SAW. Sesungguhnya Beliau Rosululloh SAW perantara yang terbesar semua nikmat yang diberikan kepada kita semua, bahkan Beliau adalah unsur darimana wujudnya semua makhluk Alloh SWT. sebagaimana dikatakan dalam Hadist Qudsi, Alloh SWT berfirman : “Andaikata tidak ada engkau (Muhammad) AKU (Alloh) tidak menciptakan makhluk “.
2. Nikmat Imdad : adalah Nur Beliau Rosululloh SAW , makhluk yang telah dipelihara kelestariannya.
Dalam hal ini ada dua (2) jalur :
Jalur batiniyah / Rohani
Jalur lahiriyah / jasmani untuk umatnya
Dasar nikmat Imdad yang tersalur melalui rohani :
Hadist Shoheh yang diriwayatkan Imam Ahmad, Imam Turmudzi, AI-Haldm dari Ibm Amfin sebagai berikut :
“Sesungguhnya Alloh SWT menciptakan makhlukNYA di dalam keadaan gelap, maka Alloh. SWT memancarkan atas diriku dari Nur-NYA, maka barang siapa terkena pancaran Nur tadi, ia akan mendapatkan petunjuk dan barang siapa tidak kena Nur itu ia akan tersesat”.
Dasar Nikmat Imdad yang tersalur melalui lahir. Dalam Surat AI-Maidah Ayat 15 disebutkan : “Sesungguh telah datang kepadamu sekalian dari Alloh SWT Nur (Muhammad SAW) dan Kitab Al – Qur’an yang menerangkan halal, haram, haq dan bathil “
7. Apa fungsi Beliau Rosululloh SAW ?
Beliau Rosulullah berfungsi sebagai juru selamat umat manusia dari kesesatan dan kehancuran di dunia dan di akhirat.
8. Bagaimana merealisasi makrifat Billah wa Rosulihi Saw. Secara sempurna ? Sila jelaskan. Makrifat Billah wa Rosulihi SAW baru dianggap sempurna bila dasari dalam hati diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, yakni di samping hati selalu sadar Billah dan sadar Birrosul, dibuktikan dengan amal perbuatan lahir selalu taat dan patuh atas segala perintah Allah SWT ( LILLAH ) dan selalu mengikuti tuntunan Rosulullah SAW (LIRROSUL) dalam kehidupan nyata sehari-hari. atau istilah lain benar -benar merealisasi dua kalimat Syahadat.
Kejauhan:
Kejauhan itu lupa hati.
Kedekatan itu ingat hati.
Kejauhan itu hijab (tertutup).
Kedekatan itu kasyaf (terbuka).
Hijab itu gelap, Kasyaf itu Nur.
Gelap itu jahil, Nur itu Makrifat.
Rasulullah SAW bersabda: “Firman Allah Ta’ala, aku ini sebagaimana yang disangka oleh hambaku, Aku bersama dia apabila ia ingat kepadaKu, apabila ia mengingatKu dalam dirinya, Akupun ingat padanya dalam diriKu, dan apabila ia mengingatKu dalam ruang yang luas, aku pun ingat padanya dalam ruang yang lebih baik.” (Hadis Qudtsi diriwayatkan oleh Bukhari).
“Guru Sufi berkata: “Hatimu sekarang bersama Tuhanmu dan Tuhanmu bersama engkau, tidak jauh dari engkau, Ia mendekatkan engkau kepadaNya, dan mengenalkan engkau denganNya.” Orang yang menjalankan Thariqat-dzikir secara sungguh- sungguh tidak mempunyai rasa khawatir dalam menjalani hidup, tidak waswas dalam menjalankan sesuatu kebenaran, dan tidak berprasangka buruk terhadap orang lain. Hati mereka tenang, jiwa mereka tenteram.
Firman Allah SWT: “… (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan dzikrullah. Ingatlah hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenang” (Ar-Ra’d 28). Dengan menjalankan Thariqat-dzikir dan latihan-latihan Thariqat, kaum Sufi merasakan kelezatan ibadah, merasakan makna- makna Qur’an yang mulia, dan Sunnah yang suci, yang belum tentu dapat dirasakan oleh orang-orang lainnya.
Sampai di tingkat tertentu orang yang berthariqat-dzikir merasakan seluruh alam dan dirinya hancur lebur masuk ke dalam Allah SWT. Pada saat ini orang tersebut berada dalam tingkat yang fana. Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rahman ayat 26-27: “Semua yang ada akan fana binasa, yang kekal adalah Tuhan sendiri yang Besar dan Maha Mulia.”
Dzikrullah itu dapat mengangkat seorang hamba yang mukmin dari bumi syahwat ke langit makrifat. Rasulullah SAW bersabda “Tidak ada seorangpun yang berkata Laa Ilaaha Illallah secara ikhlas dalam hatinya, kecuali Tuhan membukakan pintu langit sehingga ia bisa meninjau arasy. Guru Sufi mengatakan: “dalam asma yang tertinggi, orang dapat meningkat ke langit (mencapai martabat yang tinggi).”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar