Jumat

Awalnya Agama itu Ma'rifatullah



Sayyidina Ali berkata: “Awal-awalnya Agama itu ma’rifat.
AWWALUDDIN MA’RIFATULLOH.
Ma’rifatulloh itu paling awal.

Sudah selama itu tidak lewat situ (Ma’rifatulloh). Kalau tidak lewat situ lewat mana? Masuk rumah tidak melalui pintunya.
WA’TUL BUYUUTA MIN ABWAABIHAA.
Artinya: “Kamu mendatangi rumah harus melalui pintunya.”
Pintunya itu Ma’rifatulloh (Mengenal Gusti Alloh). Tidak Ma’rifatulloh akan tetapi langsung saja. Demi mati membela Islam. Belum tahu kok bicara begitu. Kok mati saja, berani mati, mestinya berani hidup.
Kok berani mati tidak berani mati juga mati. Yang banyak ujiannya itu kan hidup, berani hidup.
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLOH
Artinya: “Aku bersaksi tidak ada tuhan lainnya Alloh.”
Aku bersaksi, saksinya bohong-bohongan apa betulan? Kalimatnya ditambah AN. An ini ta’kid artinya sesungguhnya tidak bohong-bohongan, tak ada Tuhan lainnya Alloh.
Aku bersaksi Muhammad utusan Alloh. Menjadi saksi, (saksi palsu apa tidak palsu). Harus mengetahui mana sasaran syahadat Tauhid dan harus mengetahui mana sasaran syahadat Rosul.
Tapi sekarang ini ada sarjana Ushuluddin. Itu hebat sudah tahu sedalam-dalamnya. Anda mempunyai keyakinan, apakah Alloh itu ada apa tidak? Lho kok tidak berani menjawab. Mengatakan tidak ada berarti kafir, anda sembrono, kalau kafir masuk neraka, masuk neraka anda. Katanya masuk neraka itu tidak ada batasnya (Abadal Abad).
Tidak begitu! Masuk neraka itu juga ada batasnya dan juga keluar. Pengeran itu Rohman Rohiim menghukum orang kok tidak ada batasnya.
Saya dan anda itu maujud bukan wujud. Maujud itu diadakan. Mengapa diadakan? Karena asalnya tidak ada, kalau tidak diadakan ya tidak ada.
Sekarang ini Alloh Ta’ala ada apa tidak? Ada. Wah ini salah. Mengatakan tidak ada berarti kafir, mengatakan ada itu mengkhawatirkan.
Langit ada, matahari ada, bumi ada, gelas ini ada, meja ada, bolpoin ada, Tuhan ada. Kalau begitu sama Laisa Kamitslihi. Daun ada, cangkir ada tapi keadaannya tidak sama. Adanya ada tapi keadaannya tidak sama. Kalau begitu Tuhan ada, alam ini ada akan tetapi keadaannya tidak sama. Tapi adanya bagaimana? Ya sama. Kalau begitu ya tetap saja.
Terus bagaimana itu tadi apa anda di syari’at saja apa diteruskan ke Thoriqot apa ke Haqiqat.
Nanti kalau di Haqiqat kemudian tidak Sholat. Mblakrak (kemana-mana) itu nanti. Iyyaaka Nastaiin saja tidak mau Iyyaakana’ Budu, kesasar (tersesat) anda nanti. Istilah sekarang Jenar. Jenar dengan Siti Jenar itu berlainan.
Di waktu telah disebutkan kalau di Thoriqot itu:
AHDZUN BI AHWATHI KAL WARO’
Hati-hati..! Thoriqot itu hati-hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar