Rabu

Berjuang dijalan Allah

PERJALANAN ISRO’ MI’ROJ NABI MUHAMMAD S.A.W
Ketika Nabi Muhammad s.a.w isro’ dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqsho, ditengah perjalanannya beliau bertemu dengan beberapa ayat, diantaranya : Sebagaimana yang diterangkan dalam hadis.

FASARO WASARO JIBRIILU, FA-ATAA ‘ALAA QOUMIN YAZRO’UUNA FII YAUMIN WA YAHSHUDUUNA FII YAUMIN KULLU MAA HASHODA ‘AADA KAMAA KAANA. FAQOOLA NABIYU SHOLLALLO HU ‘ALAIHI WASALLAMA : YAA JIBRIILU, MAA HADZAA ? QOOLA HAA-ULAAIL MUJAAHIDUUNA FII SABIILILLAAHI, FAYUDLOO’AF LAHUMUL HASANAT BISAB-I MI-ATI DLO’FIN WAMAA ANFAQUU MIN SYAI-IN FAHUWA YAKHLIFUU.
Hadis ini diriwayatkan oleh Bizari, imam abu Ya’la, imam ibnu Jarir, imam Nashor, imam abi Hatim, imam ibnu Hadi, imam ibnu Mardaweh, imam Baihaqi. Dinukil dari kitab Tafsir Durul Mansur jilid IV, halaman 144.
Artinya : Ketika Muhammad s.a.w berjalan dengan Malaikat Jibril, maka sampailah pada suatu kaum yang menanam padi, sekarang padi ditanam, besok pagi sudah berbuah. Dan setiap kali dipanen, buahnya muncul kembali sebagaimana semula. Lalu Nabi tanya kepada Malaikat Jibril : Ya Jibril, apakah ini ?. Jawab Jibril : Mereka itu adalah orang-orang yang berjuang di jalan Alloh, bagi mereka dilipat gandakan kebaikannya dengan 700 kali lipat. Dan sesuatu yang mereka nafkahkan, maka mereka akan mendapat imbalan.

Dalam hadis ini diterangkan :Ketika Muhammad berjalan dengan Jibril, bertemulah mereka dengan orang-orang yang sedang bercocok tanam (menanam padi). Dan anehnya, begitu padi ditanam, besoknya langsung berbuah. Dan setiap kali buahnya dipanen, dengan seketika muncul lagi. Jadi buahnya itu terus menerus dan bertambah banyak. Melihat hal yang demikian itu, lalu oleh Nabi Muhammad ditanyakan kepada Jibril : Wahai Malaikat Jibril, yang demikian itu percontohan dari apa?
Jawab Jibril : Itu adalah percontohan dari orang yang berjuang dijalan Alloh (JIHAD FII SABIILILLAH) dan orang-orang yang mau menafkahkan hartanya untuk berjuang fii sabilillah atau fii sabiili rohman, bukan untuk sabili syaithon (jalan syaithon).
Tapi sekarang ini banyak orang yang propaganda, katanya berjuangan fi sabilillah, namun kenyataannya tidak mau mengeluarkan hartanya. Jadi berjuang fii sabilillah itu ada hubungannya dengan harta benda.
Sehubungan dengan hadis ini (karena bertemu dengan pohon padi) lalu Nabi Muhammad s.a.w bersabda :
QOOLA ROSULULLOHI SHOLLALLOOHU ‘ALAIHI WASALAMA : MATSALUL MUKMINI MATSALUTS TSUMBULATI, TAS TAQIIM MARROTAN WATAHIRRU MARROTAN
Hadis ini keterangan dari shohabat Jabir.
Artinya : Bersabda Rosulullohi shollalloohu ‘alaihi wasallama : Perumpamaan orang mukmin itu seperti pohon padi, tegak sekali dan menunduk sekali.
Coba kita perhatikan : Buah padi itu asalnya adalah tegak (mendongak keatas), ini saat belum terisi. Dan inilah yang dimaksud dengan TASTAQIIM MARROTAN. Namun setelah buah padi itu berisi, maka merunduklah ia, semakin banyak isinya, semakin merunduk. Dan ini yang disebut dengan WATAHIRRU MARROTAN.
Begitu juga dengan orang mukmin, ketika jiwanya belum terisi oleh ilmu, apa ilmu syareat atau ilmu thoriqoh atau ilmu ma’rifat atau ilmu hakekat, maka dia akan tegak sekali (mendongak keatas), namun ketika telah terisi oleh ilmu2 (diantara ilmu tersebut) maka akan merunduklah ia. Dan bagi yang semakin banyak ilmunya, semakin pula ia menunduk.
Maksudnya itu bukan mendongak /menundukkan luarnya tapi dalamnya (jiwanya) dan jika hanya mendongak / menundukkan luarnya itu biasa. Seperti orang yang melihat bulan, bintang ya pasti mendongak keatas, dan bila mencari puntung rokok, ya menundukkan kepala.
Jadi yang dimaksud dengan semakin bertambah ilmu semakin bertambah pula menunduknya itu adalah semakin bertambah tawadlu’, atau bertambah hati-hati.
Demikian itu adalah sifatnya orang mukmin (semakin bertambah ilmunya, bertambah pula tawadlu’nya). Dan seandainya ada orang mukmin yang bertambah ilmunya tapi bertambah pula mendongaknya keatas (tambah sombongnya / tambah mbegedutnya), maka itu menandakan isinya sudah kosong atau kropos.
Berita atau petunjuk yang demikian ini adalah dari Nabi Muhammad s.a.w, kita hanya mencocokkan saja terhadap orang mukmin, apakah orang mukmin itu bertambah mendongakkan kepala (tambah sombong) dengan tambahnya ilmu ataukah bertambah menunduk (tawadlu’) dengan tambahnya ilmu.
          
PENGERTIAN DAN KEUNTUNGAN TAWADLU’
Masalah tawadlu’ itu Nabi Muhammad bersabda :
QOOLA ROSUULULLOOHI SHOLLALLOO HU ‘ALAIHI WASALAMA :
MAN TAWAA’DLO-A LILLAAHI ROFA-’AHULLOOHI.
(‘An Abi Huroiroh).
Bersabda Rosulullohi s.a.w : Bagi siapa yang merendahkan diri kepada Alloh, Alloh mengangkatnya.
Dan yang dimaksud dengan tawadlu’ itu adalah tunduk kepada Alloh / taat akan perintah-perintah Alloh dan menjauhi larangan-larangan Alloh.
Jadi bagi siapa yang ingin diangkat derajatnya oleh Alloh kemakom yang tinggi indalloh maka jalannya harus tawadlu’, rendah diri, tidak boleh takabbur (sombong). Meskipun disangka bodoh, biarkan saja, kan hanya disangka saja, bukankah dengan persangkaan saja tidak akan mengurangi ilmu kita?. Kadang karena takut dikatakan bodoh lalu menyampaikan ilmunya sembarangan.
          
SIFAT TAKABBUR
Takabbur itu sebabnya macam2, tapi yang jelas sifat takabbur adalah sifatnya iblis. Kadang ada yang karena banyak mengerjakan sholat tahajud lalu takabbur. Dimana-mana bercerita kalau sholat tahajjudnya sampai 300 rokaat, hingga membuat dahinya bengkak. Sedangkan bila mendengar orang yang dzikir hanya 120X, maka dia memamerkan dzikirnya yang sekali duduk saja bisa 5000X. Jadi masalah sholat tahajjud banyak rokaat itu baik dan dzikir yang banyak juga baik, asal tidak boleh takabbur. Banyak ilmu itu baik, asal tidak takabbur. Kaya juga boleh, asal jangan takabbur. Jika fekir, juga tidak boleh takabbur, masak sudah fekir, takabbur. Bila kaya lalu takabbur, jelas ada yang dibangga-banggakan, sedangkan kalau fekir terus takabbur, ini apa yang dibanggakan.
Bila diberi anugerah wajah yang tampan atau cantik juga tidak boleh takabbur. Sebenarnya ketampanan dan kecantikana manusia itu masih kalah dengan kucing. Coba seandainya manusia tidak mandi dan tidak bersisir sampai 1 hari, pasti kulitnya kotor dan rambutnya amburadul seperti sarang burung. Sedangkan kalau kucing meskipun tidak pernah mandi dan bersisir dia akan tetap kelihatan klemis dan rapi. Kucing kalau habis buang kotoran pasti kotorannya ditimbun. Maka bila ada manusia yang buang kotoran trus ditinggal begitu saja (tanpa ditimbun) maka berarti kalah dengan kucing. Dan efeknya, bila datang banjir, kotorannya bisa menyebar sebab terbawa arus air selanjutnya bisa menyebabkan gatal-gatal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar