Kamis

Diantara Cara Mendidik Anak


Ditulisan sebelumnya dikisahkan tentang  sahabat Al Qomah. Dari tulisan tersebut dapatlah kita ambil pelajaran untuk diri kita dan keluarga kita.

Oleh sebab itu didiklah anak-anak jangan sampai kasar terhadap orang tuanya. Sekarang banyak pendidikan dan hanya kecerdasan yang di kejar tetapi budi pekerti terhadap orang tua tidak ada. Padahal dalam Al Qur-an telah di sebutkan;
ZUIYINA LINNAASI HUBBUSY SYAHWATI MINAN NISAA-I WAL BANIINI
Hatinya manusia itu di hiasi keinginan pertama mempunyai anak laki-laki. Tidak ada yang ingin mempunyai anak pertama itu perempuan pasti anak laki-laki. Kalau ada yang mempunyai keinginan mempunyai anak pertama perempuan itu bohong. Sebab yang menerangkan ini yang menciptakan manusia itu sendiri.

Dan anak jangan sampai sering-sering di takut-takuti, seperti di takuti ada genderuwo atau kuntilanak. Sebab kata-kata itu nanti akan menancap dalam pikirannya akhirnya menjadi anak penakut
Kalau bercerita, ceritakanlah kisah-kisah pahlawan, para nabi-nabi.
Sebab kata-kata itu tajam, kata-kata itu bisa lebih luas daripada alam. Bisa lebih panas daripada api. Bisa lebih kasar daripada brongkalan (tanah yang keras). Bisa lebih tajam daripada silet. Bisa lebih berat daripada bumi. Bisa lebih manis daripada madu. Bisa lebih pahit daripada butrowali, orang terkena pahitnya kata-kata kadang-kadang seumur hidup masih ingat , tetapi kalau kena pahitnya butrowali lalu makan yang manis pahitnya langsung hilang. Begitu pula sebaliknya apabila mendengar kata-kata yang manis larut semuanya. Uang yang ada di dalam dompet mendengar kata-kata yang manis tari-tarian.
Setelah Al Qomah bisa mengucapkan Laa Ilaaha illalloh kemudian wafat. Jenazahnya di antar oleh para shohabat dan juga Kanjeng nabi ikut mengantarkan. Kemudian nabi bersabda:
Barang siapa yang menyakiti hati orang tua dosa besar karena itu jalan jati dirimu.
Para shohabat banyak yang menangis mengetahui peristiwanya Al Qomah itu.
Di sebutkan dalam Al Qur-an:
WA IN JAHADAKA ALA AN TUSYRIKA BIHI MAA LAISA LAKA BI ‘ILMUL FALAA TUTI’ HUMA WASHOHIBUHUMA FID DUNYA MA’RUFAN
Jika orang tuamu memaksa kamu supaya kamu musyrik kepadaku jangan di turuti tetapi kamu harus tetap bergaul dengan baik.
Musyrik itu dosa besar, walaupun lain agama harus bergaul yang baik.
Ada aliran aneh bin ajaib sama-sama mengaku Islam beda aliran tidak mau salaman dengan ibu bapaknya, karena najis.
Itu bukan ajaran Al Qur-an, agama hanya di jadikan kedok dan akhir-akhir ini banyak.
Bacalah setiap selesai sholat doa;
ROBBIGHFIRLII WALIWALIDAYYA WARHAMHUMA KAMAA ROBBAYAANI SHOGHIIRO.
Kalau orang tuanya sudah meninggal dunia setiap hari kamis atau satu bulan sekali sholat Birrul Walidain. Yang belum pernah sholat Birrul Walaidain hukumnya wajib. Tetapi kalau sudah pernah sholat hukumnya sunnah. Kalau tidak bisa sebulan sekali karena banyak kesibukan sebab mengikuti jalan kehidupan ya setahun sekali.
Terhadap jalan jatidiri tidak tahu tetapi kalau untuk jalan kehidupan yang jauh di jelang yang dekat di hampiri, yang tinggi di daki yang rendah di turuni. Berat di pikul ringan di jinjing, pandangan jauh di layangkan pandangan dekat di tundukan. Emas bungkal di asah, kayu jenjang di keping. Kadang-kadang karena jalan kehidupan ini antara sie anak dengan bapak karena uang sedikit sudah berbelah rotan bertolak punggung. Itulah sebabnya supaya di ingat-ingat ayat Al Qur-an ini: USYKURLII WALIWALIDAIKA ILAIYYAL MASHIIR (Al Isro’)
Jalannya jatidiri itu syukur kepada Alloh dan syukur kepada manusia.
Boleh mencintai istri tapi jangan sampai mengalahkan jalan jatidirinya.
WA MAN KAANA HAADZIHI A’MA FAHUWA FIL AKHIROTI A’MA WA ADHOLLU SABIILA
Jadi taubat itu hakikatnya kembali kepada jalan jatidiri. Jatidiri hanya Alloh dan orang tua. Dalam Al Qur-an banyak di terangkan. Di antaranya;
USYKURLII WALIWALIDAYYA ILAYYAL MASHIIR
Bersyukurlah kepadaku dan kepada orang tuamu hanya kepadakulah kamu kembali.
Oleh sebab itu bagaimanapun pandainya kita dan modern jangan sampai lupa dengan jalan jatidiri.
Kisah..
Ada orang desa berkeinginan anaknya maju kemudian di sekolahkan di kota dan lulus dari perguruan tinggi. Oleh karena orang tuanya sangat senang kemudian anaknya di ajak jalan-jalan ke kota. Di kota bertemu dengan teman seperguruan tinggi. Kemudian ibunya di suruh menunggu di bawah pohon asam sedangkan anaknya menemui temannya. Oleh temannya di tanya, siapa yang menunggu di bawah pohon asam? Tidak di jawab ibuku tetapi di jawab pembantuku. Merasa malu mempunyai ibu dari desa yang mobrot-mobrot. Jadi tidak meletakan malu pada tempatnya.
Lain hari sie anaknya di lamar setelah di lamar kemudian di ajak ke kota dan bertempat tinggal di rumah yang baik. Pengantin baru, mobilnya baru, rumahnya baru (KULLU JADDIDIN SURUURUN = segala yang baru menyenangkan).
Kemudian orang tua yang di desa menjenguk anaknya yang sudah menetap di kota dengan membawa hasil tanaman yang menjadi kesukaan anaknya. Setelah sampai di rumah anaknya ternyata pintu pagarnya tidak di bukakan justru menyuruh kepada pembantunya supaya orang yang ada di depan pintu pagar itu di beri uang. Jadi oleh anaknya orang tuanya itu di anggap pengemis. Malu mengakui bahwa yang datang itu adalah orang tuanya.
Orang tuanya menangis karena anaknya tidak mau mengakui sebagai ibunya. Kemudian berdoa kepada Alloh, Yaa Alloh saya tidak mempunyai anak seperti itu tidak apa-apa. Tidak lama kemudian langit berubah menjadi mendung lalu hujan angin, pohon besar yang ada di dekat rumahnya tumbang dan menimpa anaknya sampai mati.
Begitulah doanya orang tua. Sudah lupa dengan jalan jatidirinya. Na’udzubillahi min dzaalik. Ini supaya menjadi peringatan bagi kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar