Rabu

Kemerdekaan dari Neraka


Hati manusia itu bisa di ibaratkan seperti kaca cermin. Dan setiap kali manusia melakukan dosa, maka sama dengan menggoreskan satu titik hitam (NUKTHOTUN SAUDA-UN) ke cermin hati. Bila melakukan dua kali dosa berarti menggoreskan dua titik hitam, bila tiga kali dosa, berarti tiga titik hitam, demikian
seterusnya. Jadi dosa-dosa itu bisa merubah hati manusia tapi tidak merubah jasmani manusia. Meskipun manusia itu dosanya banyak, tetap tidak akan merubah jasmaninya, jika tampan ya tetap tampan. Adapun yang berubah itu adalah hatinya, bila semakin banyak berdosa maka hatinya akan semakin hitam akhirnya gelap.
 
Jadi hati manusia itu asalnya putih, tapi oleh karena terkena dosa dari mata, dari telinga, dari lisan, dari tangan dan kaki dst akhirnya mengumpul titik-titik hitam di cermin hati, sehingga hati menjadi hitam dan gelap. Lalu bila hatinya juga keras seperti batu, karena dalam Alqur-an ada ayat yang menerangkan :
FAHIYA KAL HIJAAROTI AU ASYADDU QOSWAH
“Maka dia (hatinya) seperti batu atau lebih keras (dari batu)”. Maka hatinya jadilah batu hitam.
Batu bahasa Arabnya HAJAR.
Hitam bahasa Arabnya ASWAD.
Bila digabung jadilah HAJAR ASWAD.
           
Kemudian disuruh mengecupnya supaya putih lagi. Tapi umumnya yang dikecup oleh orang-orang itu hanya HAJAR ASWAD yang di Timur Tengah saja, sedangkan hatinya sendiri (HAJAR ASWADnya) sendiri tidak pernah dikecup. Seharusnya HAJAR ASWAD nya sendiri itu dikecup dengan SAQOOLATAL QULUB (dengan pembersih hati) yakni DZIKRULLOH (ingat kepada Alloh) supaya bersih, bukan tetangganya yang disuruh ngecup. Dan bila hati (hajar aswadnya) tidak dikecup sendiri (dibersihkan dengan dzikir) maka akan hitam terus.
 
Bagi siapa yang waktu didunianya tidak sempat SAQOLATAL QULUB (membersihkan hati atau tidak sempat dzikir) maka akan dicuci dineraka. Kalau sudah bersih, lalu dikeluarkan dari neraka. Jadi tidak ada manusia yang selamanya dineraka.
ABADAL ABADA (Selama lamanya / abadi selamanya). Itu tidak ada.
           
Soal waktunya atau lama tidaknya itu tergantung kotorannya. Bila kotorannya banyak dan tebal, misalnya waktu didunia sudah banyak dosa tapi tidak bertaubat, maka lamanya dineraka mungkin sampai 1 juta tahun atau 200 juta tahun. Setelah dicuci dineraka terus diangkat dan dimasukkan atau dibersihkan di maul hayat (banyu urip / air hidup). Kalau didunia ini, banyu uripnya / air hidup adalah dzikrulloh. Setelah dimasukkan ke banyu urip lalu diangkat lagi sudah dalam keadaan bersih. Kemudian dahinya dikasih stempel tulisan ROQOBATUN MINAN NAR (Kemerdekaan dari neraka). Terus masuk surga.
           
Jadi yang ada stempelnya di dahi itu berarti habis pesakitan. Ini diterangkan dalam kitab Daqoiqul akhbar. Dan kitab ini memang mubalaghohnya sangat berlebihan.
           
Kalau anda membaca kitab Daqoiqul Akhbar dan kebetulan membaca ceritanya neraka, bisa-bisa anda tidak bisa tidur, karena membayangkan ngerinya.
           
Namun kalau menurut orang tasawuf, adanya neraka itu merupakan rohmat besar.
Mungkin ada yang menyangkal : Neraka kok rohmat, bukankah itu merupakan siksa Alloh?.
Jawab : Pangeran itu Rohman Rohim, masak yang Maha Rohman Rohim itu menyiksa?. Alloh itu tidak pernah menyiksa manusia, yang menyiksa manusia adalah diri manusia sendiri, bukan Alloh.
           
Begitu juga dengan adanya neraka, neraka dibuat adalah untuk disediakan bagi manusia yang waktu didunia tidak sempat membersihkan dirinya dari dosa. Jadi neraka itu rohmat. Karena semua manusia itu mestinya masuk surga, sebab manusia adalah makluq yang mulya. Dan terhadap makluq yang mulya itu disediakan tempat yang mulya juga, yakni surga, supaya cocok. Yang menempati mulya dan yang ditempati juga mulya. Tapi berhubung manusia (makhluq yang mulya) itu kadang dalam keadaan kotor, maka dicuci dulu dalam neraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar