Jumat

Struktur Diri Manusia


Sesungguhnya kita manusia itu sejatinya dalam satu diri yang kasat mata ini, juga Allah ‘letakkan’ diri yang lain yang tak-kasat mata. Ia adalah yang kita sebut “diri batin”. Sedang yang kasat mata ini disebut “diri lahir” kita.

 
Diri batin Allah ciptakan dengan bahan dasarnya dari cahaya-Nya, sedangkan diri lahir Dia ciptakan dari bahan dasar material dasar penyusun bumi, yaitu air, udara, tanah dan api. Kedua diri tersebut masing-masing juga memiliki kesadaran serta kelengkapan ‘indera’.
 
Allah menciptakan yang sejatinya manusia itu adalah diri batinnya, sebab ‘kesadaran’ diri batin meliputi kehidupan saat di Alam ‘Alastu’ seperti yang Allah nyatakan dalam (QS.Al-A’raaf[7]:172),
 
kemudian alam rahim ketika diri lahir kita dalam fase pertumbuhan dari zygot hingga bayi.
 
Kemudian ketika diri lahir mengalami kehidupan alam dunia ini diri batin pun menyertainya.
 
Ketika nanti diri lahir kita ajal dan dikembalikan ke bumi,
 
diri batin kita melanjutkan kehidupan di alam kubur/barzakh. Setelah itu kehidupan di Padang Mahsyar, lalu kehidupan Akhirat.”
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”
(QS. Al-A’raaf[7]:172)
 
Kesadaran kedua diri tersebut berbeda. Itu dikarenakan ada 2 ciptaan/makhluk yang memang berbeda., Contoh yang mudah untuk merasakan kesadaran kedua ‘diri’ tersebut adalah ketika kita mengalami peristiwa nglindur saat tidur. Saat kita nglindur, kesadaran kita mengalami 2 kesadaran pada saat yang sama. Satu kesadaran mengerti bahwa kita sedang berada di tempat kita tidur, dan kesadaranlainnya lagi merasa kita di skenario mimpi.
 
Contoh yang lain lagi adalah pada orang-orang shiddiqqin atau yang tingkat diri batinnya sama atau lebih tinggi dari ‘shiddiqqin’. Pada tingkat diri batin seperti mereka, kesadaran lahirnya mampu -seizin Allah- melakukan dialog/komunikasi dengan diri batinnya. Kedua diri tersebut bisa berkomunikasi.
 
Apakah maksud Allah menciptakan manusia dengan struktur seperti itu?
 
Dari riwayat yang mashur di kalangan ulama Tashawuf dikatakan bahwa Allah itu menciptakan kita (manusia) agar Dia kita kenali. Nah, agar pengenalan kita mencapai intensitas yang tertinggi maka Allah buat struktur-diri kita seolah-olah mirip Dia yang juga memiliki ‘aspek batin dan lahir/dhohir’
 
Aspek batin Allah lebih kompleks daripada aspek lahirnya, maka demikian pula diri batin kita Allah ciptakan juga lebih kompleks dibandingkan dengan diri lahir kita..
 
Sudah seharusnya kesadaran maupun tindakan keduanya itu bersatu dalam mengabdi kepada Allah. Proses perjuangan menyatukan kedua diri ini yang disinyalir oleh Rasulullah saw sebagai “Jihad Akbar” (Perjuangan Yang Besar).
 
Dalam hidup kita yang sebentar di dunia ini, seharusnya Perjuangan Yang Besar inilah yang kita prioritaskan paling utama, karena kalau kita Allah izinkan memenangkan perjuangan tersebut, Insya Allah status Haqqatu Qattihi (taqwa yang sejatinya taqwa) Allah sematkan kepada kita. Dan kalau kita menjadi hamba-Nya yang taqwa sejati, maka di mata Allah kita adalah orang mulia.
 
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar