Rabu

Kejayaan Islam di Spanyol

SELAMA ini sejarah dan nuansa Islami ada di Tanah Arab sehingga banyak yang pergi cuma umroh saja. Padahal kalau mau umroh, perlu juga diikuti dengan mengunjungi kota-kota sejarah Islam seperti Spanyol di Eropa.

Islam pernah mengalami kejayaan pada abad pertama hingga abad ketujuh Hijrah atau abad ketujuh hingga abad ke 13 Masehi. Daerah yang tunduk di sebelah Timur sampai ke Parsi dan ke sebelah Barat, selain ke Afrika juga ke Konstantinopel (Turki) dan semenanjung Andalusia di Eropa atau dikenal sebagai Spanyol sekarang ini.
Di Spanyol ada dua jejak sejarah Islam yang patut dikunjungi yakni The Alhambra, istana yang dibangun kerajaan Islam dan masjid Cardoba yang sekarang berubah menjadi gereja atau Katehdral Mez’quita.
Cukup membayar 13 euro, kita bisa masuk ke Alhambra di Granada melalui Barcelona melewati kota Valencia dan Murcia serta keluar nanti dari kota Madrid. Alhambra dibangun pada tahun 1842 yang sekarang menjadi lokasi kunjungan wisatawan mancanegara.
Masuk ke dalam istana peninggalan Kerajaan Islam itu bagaikan masuk ke dalam masjid. Namun sekarang fungsinya tidak lagi digunakan sebagai masjid, melainkan pengunjung cuma melihat-lihat keagungan ornamen Islam di sana.
Hampir seluruh dindingnya dipenuhi tulisan kaligarfi Arab sehingga dari jauh kelihatan seperti desain batik. Istana ini cukup unik dengan arsitektur bergaya kuno yang sekarang masih terus dipelihara dengan baik. Buktinya, jalan menuju keluar dari Alhambra di bawah reruntuhan daun-daun yang menguning dari jajaran pohon rindang di sepanjang jalan.
Dari Alhambra, kita melihat peninggalan Islam masjid Cordoba (Kathedral Mez’quita), terletak sekira 166 km di sebelah tenggara Madrid (ibukota Spanyol) di kaki bukit Siera de Montena pada sisi barat Sungai Guadalquiver.
Arealnya Cordoba adalah kota yang dikuasai bangsa Phoenisia dan kemudian Cartagana. Terakhir pada dua tahun sebelum masehi menjadi salah satu negara jajahan Romawi. Pada abad ke 6 masehi, bangsa Moor yaitu kaum muslimin dari Afrika Utara menyeberang selat Gibrartal dan menguasai semenanjung Andalusia ini termasuk Cordoba.
Abdurahman I pada puncak kejayaannya (kejayaan Islam) telah mendirikan masjid Cordoba pada tahun 936 masehi. Masa Raja Abdurahman III sekira 8 km dari lokasi masjid ini didirikan pusat administrasi yang dinamakan kota Medina-Azahra yang sangat indah dan mewah.
Kemudian masjid Cordoba ini mengalami perluasan selama beberapa orang khalifah (raja) yaitu Abdurahman II, Abdurahman III sehingga pada akhirnya luas masjid menjadi 2,4 hektar lebih. Hanya saja mihrab masjid ini tidak mengarah ke Makkah, akan tetapi mengarah ke Syria (Damaskus) yang diperkirakan arab mihrab ini hanya sekadar untuk mengenang ibu negara tempat mereka tunduk (Damaskus). Namun jika shalat, mereka tetap berkiblat ke Makkah.
Bangunan masjid ini sangat kokoh dan tahan gempa, bahkan pada gempa keras yang pernah terjadi tahun 1793 (gempa bumi Lisabon) tidak ada sedikitpun keretakan yang terjadi. Sedangkan bangunan Kathedral dalam bagian masjid ini didirikan pada awal abad ke-13 masehi telah mengalami keretakan yang saat ini masih dapat terlihat. Bangunan masjid ditopang dengan ribuan tiang-tiang (kolom) yang beronamen Arab (muslim) dan ditutup dengan kubah-kubah yang menyebabkan masjid ini tidak memerlukan sound system.
Bagian dalam masjid penuh dengan ukiran-ukiran motif Arab dilengkapi dengan khat (huruf AlQur’an) yang sangat indah sehingga tidak kalah indahnya dengan arsitektur masjid Nabawi di Madinah. Tiang-tiang penopang bagian masjid ini terdiri dari batu-batu granit gunung yang kilat dan saling memantulkan cahaya sehingga dengan cahaya matahari yang sedikitpun cukup menerangi ruangan masjid.
Pada awal abad ke-13, bangsa Moor Spanyol yang muslim tidak dapat mengatasi serbuan bangsa Eropa yang datang dari Utara (non-muslim) maka Cordoba ditaklukkan, termasuk masjid ini ikut diduduki.
Kemudian beberapa tiang (kolom) dihancurkan dan di dalam masjid bangunan masjid didirikan kathedral yang diberi nama Cathedral Mez’quita. Pada beberapa dinding masjid saat ini terlihat lambang-lambang non muslim. Sampai saat ini masih berdentang lonceng gereja tiap beberapa menit sekali.
Namun tidak terlihat para pelayan berjubah seperti pakaian suster pada agama Katolik. Bahkan terkesan tempat ini lebih banyak untuk kunjungan wisawatan daripada untuk berdo’a dan sembahyang. Namun beberapa kegiatan misa ritual agama Katolik tiap hari dilakukan sehingga sampai sekarang fungsi masjid ini tidak ada lagi. Untuk masuk ke masjid yang sekarang berubah menjadi gereja Katolik ini seharga 12 euro.
Kalau di Kairo, jamaah umroh dapat melihat kejayaan peninggalan kerajaan Islam seperti spink, piramid dan mummi Fir’aun yang masih tersimpan hingga sekarang. Cuma sayang, mummi yang sudah mengkerut itu tidak boleh difoto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar