Sabtu

Tingkatan Tingkatan Hidup



Tulisan ini adalah penjelasan lanjutan dari tulisan yang kemarin. Kemarin disampaikan dawuhnya Alloh Ta’ala dalam Al Qur-an surat Al-Anfal ayat 24.

YAA AYYUHALLADZIINA AAMANUSTAJIIBUU LILLAAHI WALIRROSUULI IDZAA DA’AAKUM LIMAA YUHYIIKUM (Al-Anfal / 24).
“Yaa Ayyuhalladziina Aamanuu” : Wahai orang-orang yang beriman.
“Istajiibuu Lillaahi Walirrosuuli” : Sambutlah ajakan Alloh dan ajakan Rosululloh.
“Idzaa Da’aakum Limaa Yuhyiikum” : Ketika Alloh dan Rosululloh mengajak kamu untuk sesuatu yang dapat menghidupkan kamu.
Orang beriman mendapat perintah ini berarti orang-orang mukmin itu sudah hidup. Sebab kalau tidak hidup untuk apakah diperintah menyambut ajakan Alloh dan Rosululloh ?

Apakah mungkin orang yang mati itu diperintah menyambut suatu ajakan atau menerima ajakan?
Jadi adanya perintah menyambut ajakan,  menunjukkan bahwa orang mukmin itu sudah hidup. Akan tetapi anehnya bunyi ayat diatas orang mukmin diperintah untuk menyambut ajakan Alloh dan Rosululloh yang ajakan tersebut untuk menghidupkan orang mukmin. Lha ini hidup yang bagaimana ?
Berdasarkan ayat ini, maka hidup itu memang mempunyai tingkatan-tingkatan.
  • Ada hidup yang ditandai oleh perkembangan. Ini hidupnya alam tumbuh - tumbuhan. Kalau di alam tumbuh-tumbuhan itu berkembang, maka tandanya tumbuh-tumbuhan tersebut hidup. Dan kalau tumbuh-tumbuhan itu tidak berkembang, maka itu tandanya mati.
  • Ada hidup yang ditandai dengan keluar masuknya nafas atau peristiwa kimia yakni ditandai oleh pertukaran zat atau getaran jantung, ini hidupnya jasmani manusia dan hayawan. Jadi hidup yang seperti ini bukan hanya manusia saja, tapi kerbau, sapi hidupnya juga demikian. Hidup yang demikian itu adalah hidup sandaran terhadap hidupnya ruhani.
  • Ada lagi hidup yang tidak ditandai oleh keluar masuknya nafas atau pertukaran zat tapi hidupnya dengan sifat, yakni hidupnya ruh.  Jadi ruh memamg hidup akan tetapi hidupnya ruh itu bukan dengan pertukaran zat tapi hidupnya dengan sifat, memang ruh itu dzatnya bersifat hidup.
Jadi ruhani hidup, jasmani juga hidup, sama-sama hidup akan tetapi hidupnya lain. Hidupnya jasmani sandaran kepada hidupnya ruhani. Oleh sebab itu hidupnya jasmani terbatas kepada adanya yang disandarinya. Selama yang bersandar masih jadi satu dengan yang disandarinya maka ia hidup. Tapi kalau yang disandari itu pergi maka jasmani pasi geblak/jatuh, jasmani pasti mati.
Hidup sandaran itu dalam bahasa Arab disebut : “Hayaatun ‘Idhoofiyyah”. “Hayaatun” artinya : Hidup. “’Idhoofiyyah” artinya : sandaran. Jadi hidupnya jasmani bersandar kepada hidupnya ruhani.
Kalau hidupnya ruhani itu hidup dengan sifat yang dalam bahasa Arabnya disebut : “Hayaatun Shifaatiyyah” artinya : Hidupnya dengan sifat. Makanya hidupnya ruhani tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
  • Di alam arwah hidup.
  • Di dunia dengan jasmani juga hidup.
  • Di alam barzakh tanpa jasmani juga hidup.
  • Di neraka hidup.
  • Di syurga hidup, karena memang sifatnya itu sifat hidup.
Jadi hidupnya ruhani tidak terbatas oleh tempat dan waktu, dimana saja kapan saja ruhani tetap hidup.
Di tulisan selanjutnya, akan kami perjelas tentang HIDUP . Memang akan terkesan di ulang-ulang. Kami berusaha agar saudara-saudara semua bisa memahami. Maklum-lah tidak semua pembaca berkemampuan sama.
Semoga Manfaat…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar